Disclaimer : I do not own Death Note or Inuyasha either! Inuyasha belongs to Rumiko Takahashi-sensei and Death Note belongs to Tsugumi Ohba-sensei and Takeshi Obata-sensei.

A/N: Kagome sekarang berumur 16 tahun, dia kelas 1 SMA di sekolah yang sama dengan Light Yagami dan bersahabat dengan Sayu Yagami adik Light. Bola empat arwah telah utuh, Naraku telah dikalahkan. Semua berakhir dengan happy ending, Miroku menikah dengan Sango, Inuyasha kini bersama dengan Kikyo yang kembali hidup utuh dengan darah dan daging tidak hanya hidup dengan tubuh yang terbuat dari tanah kuburan dan jiwa perempuan mati lain yang diserapnya, Shippou menemukan kawanan rubah lainnya tak jauh dari hutan Inuyasha. Semua bahagia kecuali bagian dimana Kagome terpisah jauh dari mereka semua di jaman modern karena sumur pemakan tulang itu tidak mengijinkannya kembali ke zaman feudal walau bola empat arwah masih dimiliki olehnya, sampai beberapa waktu yang lalu.

Gelap

Kemudian kosong

Kedua mata Light terbuka, dia tersadar di suatu tempat yang gelap pekat, semua ingatannya masih sempurna. Kematian yang dirasakannya masih menyakitkan, seperti itukah yang dirasakan semua orang yang dibunuhnya? Ataukah lebih menyakitkan? Rencana yang telah dia persiapkan sesempurna mungkin telah gagal walau kesalahan tidak berasal darinya. Light tidak pernah memperhitungkan kejutan yang akan dia terima di akhir cerita. Dia tidak mengerti apa yang salah dengan rencananya dengan keinginannya untuk merubah dunia menjadi lebih baik. Mereka yang jahat tidak pantas hidup lebih lama lagi di dunia yang memang sudah membusuk, dunia akan jauh lebih baik tanpa mereka.

Namun kenyataannya dia ada di kekosongan ini, apakah dengan ini berarti dia termasuk salah satu dari mereka? Tidak dapat dipungkiri ada banyak korban yang tidak bersalah yang jatuh saat dia ingin mencoba menciptakan sebuah dunia yang baru, tapi bukankah suatu pengorbanan itu diperlukan? Harus ada yang merubah dunia ini, hanya dia yang bisa melakukannya tanpa ternodai oleh keinginan akan harta, hanya Light yang bisa. Dia tidak pernah mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri atas semua hal yang telah dilakukannya, dia berusaha keras. Segala pikiran, tenaga, dan waktu telah dia curahkan untuk kebaikan manusia lain.

Hanya para penjahatlah yang dia eksekusi menuju kematian, itupun hanya penjahat dengan niat. Dia tidak mau menghukum para pelaku kejahatan kecil untuk langsung menghadap kematian. Dia tidak menghukum para pembunuh yang membunuh orang karena terdesak dan untuk melindungi dirinya sendiri atau orang lain. Cita-citanya hanyalah agar manusia tidak lagi berani bertindak semaunya, mereka lebih peka akan hidup bersih dari kejahatan karena ada sang penghakim yang setiap saat akan memantau pergerakan mereka. Dengan begitu, dunia akan menjadi tempat yang lebih baik untuk ditinggali...

Light menutup matanya, dia membuka kelopak matapun sama saja baginya karena tidak ada satu titik cahayapun yang berhasil terlihat oleh pandangannya di alam ini.

Light, sebuah suara samar terdengar, belum sempat dia meresponsnya tiba-tiba sesuatu terjadi.

Rasa sakit itu mencengkram jantungnya, menghantamnya, aliran darah terhenti. Dengan mata membelalak dia tergeletak mati.

Kehampaan terasa...

Light sedang mengendari motor dengan kecepatan tinggi saat sebuah truk menghantamnya. Rasa sakit itu tak terlukisakan, seluruh tubuhnya tergilas hancur. Dia dikelilingi oleh serpihan-serpihan bagian dalam tubuhnya yang kini berceceran di aspal.

Hening yang kelam, melingkupinya setiap dia selesai melewati suatu proses kematian dan itu diisi oleh Light dengan perdebatan di otaknya yang menyiksa, antara Light Yagami dan Kira. Antara benar atau salah, baik atau jahat.

Light kembali ditelah oleh kegelapan setelah proses kematian yang telah dia ulangi dari korban pertama yang dia tulis di Death Note, semua itu terulang lagi dan lagi. Serangan jantung, tertabrak mobil setelah membajak bis, dia bunuh diri dengan dengan menceburkan diri di tengah-tengah laut dari sebuah kapal fery seperti yang dilakukan tunangan agen FBI yang membuntutinya. Dia merasakan semua kematian yang telah dia berikan kepada semua orang itu baik itu penjahat maupun orang yang tak bersalah.

Kematian yang paling menyakitkan dirasakan olehnya selain kematiannya sendiri adalah kematian yang dilaluinya sebagai Raye Penber, agen FBI yang membuntutinya. Light membuatnya memberi data-data agen FBI yang lain, kemudian menggiringnya ke kematian dengan serangan jantung.

Apa yang membuat kematian Raye Penber itu lain dari yang lain adalah karena saat kematiannya Light menyaksikannya! Dia menyaksikan saat Raye Penber terjatuh sesaat setelah turun dari kereta, terbaring di tanah tak berdaya saat sang jantung melemah hingga berhenti berdetak. Kini Light disana, dia merasakan kematian Raye Penber, dia yang sekarat karena serangan jantung memandang dirinya sendiri berdiri tegap di pintu kereta memandangnya yang dipeluk oleh kematian. Sebuah senyum terukir di wajahnya dengan tatapan dingin dan kejam, tatapan seorang pembunuh yang puas akan hasil kerjanya. Dia menatap monster di dalam dirinya sendiri.

Mentalnya hancur menyaksikan itu, entah berapa lama dia terkurung di dalam kegelapan yang pekat. Akhirnya dia kalah oleh pikiran-pikirannya yang menyiksa, dia merasa otaknya telah lumpuh. Kepercayaan dirinya selama ini telah menguap tidak berbekas, kejeniusannya yang menjadi modalnya tidak berarti lagi. Dia ingin menjerit, dan berlari entah dari mana dan kemana. Tapi semua itu tidak bisa dilakukannya, tubuhnya terpaku kaku terbaring di sebuah tempat yang dingin dan keras. Dia tidak dapat bergerak bila tidak dalam proses pengulangan sebuah kematian.

Untuk beberapa lama pikirannya sunyi, hingga hatinya menerima kenyataan. Dia merasa bodoh, apa yang dicita-citakannya begitu tinggi. Dia begitu naive, dia merasa hebat tapi kenyataannya dia kosong. Bagaikan menggenggam udara di genggaman, takkan bisa diwujudkan. Dia hanyalah wakil dari apa yang paling dibencinya, para penjahat. Dia ingin membangun sebuah dunia tanpa kejahatan yang berpondasi dari kejahatan itu sendiri, seperti mencuci tangan dengan kotoran manusia.

Pengulangan sebuah proses kematian lainnya yang dia timbulkan. Light tersadar di sebuah bagasi truk kecil yang terkunci, tubuhnya hanya terbalut selembar selimut. Dia bergerak ke motor di hadapannya membuka tutup tangkinya, mencelupkan ujung selimut yang menutupi tubuhnya lalu dengan keberuntungan yang dimilikinya dia menemukan sebuah korek api tepat di salah satu kotak kardus yang berada di dalam truk. Dia membakar ujung selimut yang kini telah basah oleh bensin, nyala api merah yang indah di hadapannya. Dengan gerakan yang pasti dia memasukan kain yang terbakar itu ke dalam tangki motor, dengan sekejap dia ikut tertelan ledakan. Motor sang penculik yang telah mati meledak membakarnya, dan ledakan mobil menghanguskan jasadnya. Dunia yang dimasukinya ini berwana, dan sangat nyata dengan warna kematian.

Sunyi yang menyiksa, lagi-lagi...

Dia pasti telah gila saat ini, penyesalan tidak akan berguna. Hatinya hampa, lebih hampa dari tempatnya berada. Dia pernah menjadi anak yang dapat dibanggakan oleh orang tuanya, kakak yang melindungi adiknya. Dia telah menjadi murid dan warga negara yang baik. Semua sebagaimana mestinya sebelum buku itu memasuki kehidupannya, sebuah buku yang menghancurkan hidupnya.

Tidak, keputusannyalah yang telah menghancurkan hidupnya. Membuatnya terdampar di alam yang tidak dia ketahui, tidak ada surga atau neraka untuknya. Mungkinkan dia akan selamanya tersesat di tempat yang gelap, hampa, selamanya seperti ini? Tidak hidup, tidak mati, dan selamanya akan tersiksa oleh pikirannya sendiri? Keluarganya adalah hal terbaik yang pernah dimilikinya. Andai saja ada suatu cara untuk membawanya kembali di hari dia menemukan buku itu, dia akan membuangnya jauh-jauh dari hidupnya. Bila ada suatu cara, dia akan melakukan apa saja. Apapun itu...

Light

Samar-samar dia mendengar sebuah suara lembut namun tidak asing di telinganya, dia pernah mendengarnya di suatu tempat. Suara seorang wanita? Batinnya tertawa, menertawakan diri sendiri. Hanya Sayu dan ibunyalah wanita yang dia hormati, dia tidak pernah menghargai mereka yang tergila-gila kepadanya. Dan dia, menyesal. Kesalahan sekecil apapun yang pernah dilakukan saat dia masih hidup membuatnya merasakan penyesalan.

Setelah berapa lama waktu yang menyiksa dilewatinya di entah alam apa dia berada saat ini, Light sudah tidak berani berharap akan apapun, dia telah menerima seandainya itu adalah hukuman untuknya. Hukuman untuk seorang manusia yang berpikir bisa menjadi dewa dengan meminjam kekuatan dari Dewa Kematian. Dia tidak akan menyalahkan Ryuk, Shinigami yang memberikan catatan kematian itu. Dia tidak lagi merasa menjadi korban Ryuk si Shinigami, salah satu dari dewa kematian yang dikenalnya.

Dia merasakan dingin yang teramat sangat, dingin yang berubah menjadi puluhan mata pisau tajam menusuk kulit, daging, dan menembus tulangnya. Andai saja dia bisa meredakan rasa dingin itu dengan memeluk dirinya sendiri, namun ia tidak bisa. Dia masih tubuh kaku yang terbaring, tubuh mati dengan jiwa tersiksa. Kini Light telah menerima semuanya, kehampaan disisinya selamanya. Air mata mulai menetes di pipinya, deras dan tak terbendung. Penyesalanlah yang tersisa, tidak ada lagi harapan.

Light

Suara wanita itu semakin jelas, samar-samar Light seakan dapat melihat iris biru dari sepasang mata. Dan semakin lama-lama semakin jelas, kedua mata itu berasal dari sebuah wajah manis seorang gadis remaja. Apakah dia mengalami lagi proses kematian korbannya? Tidak, dia yakin benar bahwa Takada yang dia buat membakar dirinya sendiri adalah korban terakhirnya dari catatan kematian yang ditulisnya.

Wajah yang dilihatnya itu seakan mempunyai selaput tipis sinar berwarna merah muda yang menyinarinya, menyinari tempatnya berada. Wajah itu sangat jelas dan nyata. Dia seperti pernah melihat wajah itu, mendengar suara itu. Rambut gadis itu panjang hitam dan lebat, bibinya berwarna pink, pipinya sedikit merona merah sangat hidup, tapi kedua mata itu memandangnya sedih.

Light, suara itu penuh kekhawatiran.

Tanpa sadar Light mengangkat tangannya, berusaha menggapai wajah itu. Dia bisa melihat tangan kanannya, menyentuh wajah gadis itu, membelai wajahnya tapitapi ia tak dapat merasakan apapun. Gadis itu tersenyum, lalu Light seakan-akan ditarik oleh kekuatan sangat besar yang tak terlihat. Dia tertarik menjauh dengan secepat kilat dari gadis itu lalu seakan tenggelam di dalam dirinya sendiri.

-.

"Yagami-kun" iris biru keabu-abuan itu menatapnya dengan simpati, kedua tangan gadis itu menangkup kedua pipi Light yang basah oleh air mata.

Mata Light terbelalak memandang sekitar, dia berdiri di satu sudut sekolah dengan tangan masih menggenggam catatan kematian itu. Dengan refleks dia melompat mundur dan di saat bersamaan melemparkan buku catatan berwarna hitam itu ke tanah. Wajahnya penuh ketakutan dan shock. Ketenangan yang selalu ditunjukannya kini berganti oleh ketegangan yang tidak hanya dipancarkan di wajahnya namun juga di seluruh tubuhnya.

Lapangan sekolah tempat mereka berada sudah sangat sepi, hanya beberapa kelas yang masih diisi dengan kegiatan test susulan itupun di gedung bagian belakang sekolah. Light terhuyung-huyung berjalan mundur kebelakang, gadis itu menuntunnya untuk duduk di bangku terdekat di bawah sebuah pohon rindang. Mereka berdua duduk, kedua tangan Light mencengkram ujung bangku dan kedua bola matanya masih menatap buku itu dengan pandangan yang tidak bisa dijelaskan hanya dengan kata-kata.

"Lihat aku Yagami-kun, semuanya sudah berakhir. Kau bisa memulai awal yang baru.." suaranya terdengar lirih, gadis itu menghapus jejak air mata dari sudut-sudut matanya yang merah seperti habis menangis. Light menarik diri, ia memberikan tatapan tak percaya.

Beribu-ribu pertanyaan muncul di benaknya secara bersamaan, dia sama sekali tidak mengerti apa yang terjadi. Ingatan-ingatan itu kembali menghantamnya, semua kenangan yang ia miliki dapat terlihat dengan jelas. Dia telah lulus sekolah, dia telah kuliah di unversitas yang sama dengan L, detektif yang mengincarnya. Dia bertemu Amane Misa dan menjalin hubungan dengannya karena dia adalah Kira kedua. Kemudian kematian L, dia menjadi penerus L. Dia telah menjadi polisi, bekerja bersama dengan ayahnya. Muncul Near bersama dengan SPK, adiknya Sayu telah diculik oleh para mafia, lalu ayahnya terbunuh saat mengepung Mello dan mafia. Dan dia adalah Kira! Apakah itu semua hanyalah mimpinya di siang hari!? Apakah dia telah gila? Setelah semua yang dia lalui mengapa dia berada di Sekolahnya lagi dengan hari yang sama saat dia pertama kali menemukan buku sial tersebut.

Kagome menghela nafas dia beranjak untuk mengambil buku itu lalu duduk kembali di samping Light.

"Jauhkan buku itu dariku!" perintahnya dengan suara sedikit serak.

Nafas Light yang memburu baru saja mereda saat Ryuk si Shinigami yang membawa catatan kematian itu dengan tiba-tiba muncul di hadapan mereka berdua. Kagome dan Light terkesiap, tubuh Light kembali gemetar hebat.

"Ryuk" Light setengah meneriakkan nama sang Shinigami.

Shinigami yang berdiri di depan mereka sangat tinggi, hampir dua kali tinggi tubuh mereka. Wajahnya hanyalah tengkorak, dengan mata besar yang menonjol tanpa kelopak mata, garis hitam menyerupai bibir membingkai semua giginya yang runcing. Semua yang menyelimuti tubuhnya berwarna hitam, sangat kontras dengan tubuhnya yang seputih kerangka. Ryuk terheran-heran karena manusia dihadapannya ini telah mengetahui namanya, padahal dia baru memegang catatan kematian yang dijatuhkan olehnya tidak lebih dari beberapa menit yang lalu. Ryuk sedikit membungkuk hingga kepalanya sejajar dengan kepala mereka. Kedua bola mata besarnya memandang mereka dengan sangat mengintimidasi, kedua remaja ini sedikit terkejut tetapi tidak takut kepadanya.

Dua manusia yang menarik, yang satu mengenaliku dan yang satu seorang miko yang kukira sudah tidak ada lagi yang tersisa di zaman ini, batin Ryuk.

Kagome menyerahkan buku itu kepadanya "Aku yakin ini bukumu" katanya sambil tersenyum tipis.

Ryuk menerima buku itu tapi mengacuhkan gadis di depannya, tatapannya masih tertuju kepada Light "Bagaimana kau tahu namaku?" tanyanya kepada Light penasaran.

Light tidak dapat menjawab, dia terlalu bingung. Di dalam pikirannya dia tetap bertanya-tanya apakah ini salah satu ilusi akan kematian seseorang yang harus dia lewati.

"Mengapa kau tidak mau menggunakannya?' tanyanya kepada Light lagi, masih penasaran.

Light menggeleng dengan cepat, "Aku tidak akan pernah mau berhubungan dengan buku itu ataupun denganmu lagi" jawabnya tegas.

Ryuk menerima buku itu dari Kagome, dia menggaruk-garuk kepala bagian belakangnya. Dia berpikir kedua remaja ini sangat aneh, baru saja dia bertemu dengan mereka tetapi mengapa anak laki-laki itu mengetahui namanya dan dia mengatakan tidak mau berhubungan lagi dengannya maupun catatan kematian ini. Hal ini memang sedikit mengurangi rasa bosannya yang akut tetapi apa yang terjadi membuatnya sedikit pusing, walaupun biasanya Shinigami tidak pernah mengalami pusing.

Sepertinya dia harus mencari hiburan dari manusia lain, pikirnya. "Baiklah kalau begitu" Ryuk mengangkat bahu tanda tak peduli lalu dia terbang menghilang.

Mereka berdua duduk berdampingan dalam diam. Kagome adalah sahabat Sayu adik Light, mereka berjarak dua tahun dibawah Light, mereka berada di satu sekolah yang sama. Sejak minggu lalu Kagome telah berjanji pada Sayu akan datang untuk mengerjakan tugas sekolah bersama sahabatnya, namun saat ini Sayu sedang mengerjakan test susulan yang tertinggal karena dia sakit dua hari yang lalu saat test itu diadakan.

Keringat dingin masih mengalir turun di kening Light, tenggorokannya seakan berpasir, sangat kering. Lututnya masih terasa lemas, dia seperti baru saja berlari marathon sejauh lima kilometer hampir tidak ada tenaga yang tersisa di tubuhnya. Dia memejamkan mata sesaat, namun kilasan kejadian tentang berbagai macam kematian yang dia lewati kembali memenuhi pikirannya dengan jelas. Cepat-cepat Light membuka kembali matanya, puas dengan lapangan sekolah sepi yang ada di depannya. Tidak ada kematian, tidak ada rasa sakit yang luar biasa. Dia menarik nafas panjang melalui hidung, dia mengeluarkannya perlahan. Itu dilakukannya beberapa kali, untuk meredakan degup jantung dan menenangkan dirinya.

"Apa yang kau ketahui?" tanya Light yang setelah memperoleh sedikit sikap tenangnya, walaupun sejujurnya dia masih kalut.

Semua yang dia rasakan begitu nyata, dia benar-benar telah melewati semua kejadian itu bertahun-tahun, dan dia telah mengalami kematiannya, memikirkan kematiannya sendiri membuat dia bergidik. Bila memang dia telah mati mengapa dia ada disini, tapi itu tidak mungkin hanya khayalannya karena Ryuk baru saja muncul di depannya. Ryuk terkejut dia telah mengetahui namanya, bagaimana mungkin dia lupa setelah bertahun-tahun dia berada di sekitarnya. Ryuk si Shinigami nyata, catatan kematian nyata, pertarungan otak dan nyali dengan L, Near, Mello sebagai lawan itu nyata? Kematiannya di gudang Yellow Box apakah itu juga nyata? Dan semua kematian yang telah dilaluinya itu begitu terasa nyata dan menyakitkan, tetapi Light sama sekali tidak mengerti apa yang terjadi.

Kagome menatapnya dalam-dalam, dia sedang menimbang-nimbang apa yang harus dikatakannya "Apa yang kau ingat?" dia bertanya balik.

"Aku ingat kalau aku telah.. mati" sangat berat bagi Light untuk mengucapkan kata terakhir itu.

Kagome melihat ekspresi wajah Light seperti orang yang menahan sakit, "Selain itu?" tanyanya lagi, Kagome bertanya-tanya apakah dia masih mengingat semuanya ataukah tidak.

Light menghela nafas berat, wajahnya berubah serius. Kepalanya tertunduk, dia berpikir keras, namun sia-sia. "Entahlah aku pikir aku telah gila" katanya tawar tanpa emosi.

"Tidak kau tidak gila, aku bisa pastikan itu" Kagome tersenyum kecil, bagaimanapun dia masih sangat khawatir dengan apa yang dipikirkan oleh kakak dari sahabatnya itu.

Light tertawa kecil, sedikit dipaksakan "Shinigami, catatan kematian, akan sangat tidak masuk akal bagi banyak orang"

"Tidak bagi kita" ujar Kagome cepat "Toh baru saja kita menemui salah satunya, ya kan?" dia berusaha bersikap normal, tapi suaranya yang masih sedikit gemetar menghianatinya.

Light melirik jam di tangannya, dia menelan ludah dengan kentara. Jelas-jelas dia sedang meragukan kewarasannya. "Apa yang kau ketahui tentang apa yang ku lalui?"

Kagome menoleh kepadanya "Ceritanya sangat panjang Yagami-kun" katanya pelan.

Light mengingat bertahun-tahun yang lalu saat dia memungut buku itu, membaca petunjuk penggunaan, disaat itulah suara Kagome memanggilnya untuk menanyakan Sayu dengan terburu-buru dia memasukkan catatan kematian itu ke dalam tasnya. Di rumah, dia mengetes catatan kematian itu untuk pertama kalinya dengan menulis nama seorang penjahat yang menyekap beberapa orang. Dalam waktu empat puluh detik kemudian penjahat itu meninggal seperti yang tertera di halaman pertama catatan kematian yang ditemukannya. Nama orang yang ditulis di buku itu akan mati! Bila tidak ditulis penyebab kematian dalam empat puluh detik, orang itu akan meninggal dengan serangan jantung. Apakah tahun-tahun yang dia lewati sebagai Kira itu hanya ilusi?

Entah mengapa Kagome yang selama ini hanya dikenalnya sebagai sahabat adiknya, sepertinya mengetahui apa yang dilaluinya. "Jelaskan kepadaku" Light menatapnya dengan lekat, pandangannya seperti memohon untuk penjelasan. Jiwanya masih rapuh atas apapun yang dia alami di alam sana.

Kagome menggigit bibir bawahnya, hanya dialah yang bisa menjelaskan kepada Light apa yang terjadi. Tapi bila dia menjelaskan apa yang dia ketahui, apa yang dia lakukan, dia akan mengungkapkan hal yang sangat ingin dilupakannya tentang era feudal dan dia tahu dia akan sekali lagi hancur hanya dengan mengucapkan kata-kata itu dari mulutnya akan membuatnya mengingat dia yang terpisah ratusan tahun darinya.

"Yagami-kun kau memang telah mengalami kematian" mata Light sedikit terbelalak, Kagome meletakkan tangan kanannya di bahu Light lalu menepuknya perlahan berusaha menenangkan.

Light memejamkan mata erat-erat untuk sesaat, kepalanya menggeleng kecil. Matanya terbuka kembali menatap Kagome "Bagaimana bisa?"

Ini dia pertanyaan yang cepat atau lambat akan diajukan Light kepadanya, dan dengan menjawab pertanyaan itu Kagome akan mengungkapkan rahasia yang dimilikinya. Rahasia tentang perjalanannya menembus ruang dan waktu, perjalanannya tentang pergulatannya dan kawan-kawannya mempertaruhkan nyawa memperebutkan pecahan bola empat arwah di jaman feudal tempat dimana hanyou yang sangat dia cintai berada. Hanyou yang menggenggam hatinya, cinta pertama yang takkan bisa ditemuinya lagi karena sumur keramat itu telah tertutup dan tidak akan berfungsi lagi sebagai portal antara dunia saat ini dan dunia yang dicintainya.

"Aku membuat permintaan kepada bola empat arwah yang kumiliki" jelasnya, Light menerima jawaban itu dengan memberikan pandangan aku tidak mengerti dan dia pasti akan bertanya lebih banyak lagi kepada Kagome.

Disaat itulah suara langkah kaki terdengar mendekati mereka, "Kagome-chan, maaf telah membuatmu menunggu lama" suara Sayu yang riang terdengar, dia menunduk sambil tersenyum manis.

"Onee-chan?" serunya "Aku kira kau sudah pulang lebih dulu?" kata-katanya terhenti saat dia menyadari ada yang tidak biasa pada kakak dan sahabatnya. Kagome memasang wajah serius, teramat serius tidak seperti biasanya. Dan kakaknya yang biasanya selalu tenang kali ini nampak gusar.

Kagomelah yang pertama melepaskan diri dari tatapan light, dia berpaling ke Sayu "Tidak apa-apa Sayu-chan aku tidak keberatan, lagipula Yagami-kun menemaniku" ucapnya disertai dengan senyum tulus kepada Sayu.

Mereka bertiga beranjak untuk pulang, disepanjang perjalanan Sayu asik bercerita tentang apapun yang terjadi hari itu di kelasnya sedangkan Kagome hanya menjadi pendengar yang baik sambil sesekali mengiyakan atau memberikan pertanyaan pendek. Namun Light tetap terdiam, dia begitu tenggelam di dalam pikirannya sendiri.


E/N: Well, I JUST DON'T WANT LIGHT DIE AS A VILLAIN!

ON HIATUS! Bcoz there' s a big gap in this story that i need to rethink. And i thought that i the only one who love Inuyasha-Deathnote crossover in Indonesia :(

Gw baru aja browsing di ffn, dan ternyata fic ini satu-satunya crossover DeathNotexInuyasha yg bahasa indonesia! Hell, no! Am i the only one, who loves to see them together? Rasanya sedih dan bimbang, antara translate fic ini trus posting ke crossover communities atau dibiarin aja, biar ada satu"nya crossover ini di fandom bahasa indonesia?

*heavilysigh*