Disclaimer: Kubo Tite

Terlalu singkat untuk dibilang fiksi, terlalu panjang untuk dibilang drabble. Jadi, apa ini? Hadiah untuk Rena Cyrus. Semoga suka dan selamat kerja sebagai humas IFA 2011, ya. Maaf saya belum nyelesaikan challenge-mu, padahal udah lama daftar. Apakah ini canon atau missing scene, saya masih bingung. Silahkan Anda tentukan. Ini bukan fiksi yuri atau shoujo-ai.

(c) Vienny


Belum ada siswa di kelas. Bukan karena hari masih terlampau dini guna memulai kegiatan. Jam istirahat memang haram hukumnya untuk berada di dalam kelas. Tidak ada satupun siswa yang berminat untuk melewatkan istirahat di dalam kelas. Terutama setelah berjuang dengan rumus-rumus kalkulus, integral, turunan, matriks, vektor, dan kawan-kawannya.

Mereka pun sama. Berdua, duduk di bawah pohon mahoni yang rindang. Agak jauh dari bangunan utama, sedikit mendekati parkiran. Angin semilir berhembus sesekali.

Yang berambut hitam hanya memandang kotak bekalnya dengan pandangan yang tidak biasa. Sementara, yang berambut orange dengan lahapnya menghabiskan bekal makan siangnya itu. Setelah agak lama, barulah ia menyadari tindakan kawannya itu.

"Ada apa, Kuchiki-san? Sakit?" Inoue bertanya. Diusapnya remah-remah roti yang tertinggal di sekeliling mulutnya itu.

Kuchiki –yang berambut hitam- hanya memandang Inoue dengan mata ungunya yang indah. Sesekali ia mengerutkan alis. Kemudian, ia menarik nafas. "Aku takut dengan orang sepertimu."

Inoue menaikkan alis. "Mengapa?"

Kuchiki terdiam. Ia menarik-narik ujung rambut hitamnya. Ia menunduk. "Jangan tersinggung. Setelah ada selama seratus tahun dan berkeliling di dunia fana ini, aku sudah berpengalaman dengan orang-orang sepertimu."

"Ada yang salah denganku?" Inoue bertanya tak nyaman. Ia mengubah posisi duduknya agar lebih sopan.

"Orang sepertimu, yang kelihatannya menerima segala sesuatunya dengan baik dan penuh senyum, biasanya dalam hatinya pendendam. Orang sepertimu mengumpat orang lain dalam hati," Kuchiki mendesis. "Dalam hatinya, ada rasa tidak suka yang dipupuk. Lama kelamaan, akan menjadi bukit. Kalau itu ketahuan semasa ia masih hidup, masih bisa ditolong dengan menyelesaikan masalah itu di psikiater atau dengan orang yang bersangkutan. Kalau itu dibawa sampai mati, kemungkinannya buruk."

"Apa yang akan terjadi?"

Kuchiki menelan ludah. "Menjadi hollow."

Inoue mengerang. Ia punya cukup alasan untuk tidak menyukai mahkluk musuh shinigami itu. Kakaknya yang berubah menjadi hollow, Tatsuki yang menangis karena hollow, Ichigo yang harus melawan hollow, cukup alasan.

"Suatu saat nanti, aku takut kau akan berbalik menusukku. Menusuk kami." Kuchiki menambahkan.

"Kuchiki-san bukan yang pertama berujar seperti ini." Inoue memejamkan matanya sambil tersenyum. "Memang orang lain biasanya begitu, tetapi, mereka kan orang lain. Aku ya aku. Aku tulus, kok. Sungguh! Percayalah padaku. Sudah cukup aku kehilangan mereka yang berharga dalam hidupku. Aku tidak mau lagi kehilangan, makanya aku bersikap seperti ini."

Keraguan masih ada dalam hati Kuchiki. "Oh, baiklah. Maafkan aku."

"Daijobu, ne! Kesalah pahaman harus diluruskan, bukan?" Inoue menepuk pundak Kuchiki.

Owari


Important note:

...bukan hanya untuk Rena, ini juga wujud rasa penasaran saya terhadap sikap Orihime yang selalu baik. Saya jadi penasaran, dia beneran baik, atau Cuma covernya doang.

promosi, ah

mampir ke fanfiksi saya yang Fireflies ya #kabur