Chapter 1
Tittle: Reinkarnasi
Author: Hime Putri Akira137
Disclaimer: Mashashi Kishimoto
Genre: Drama, Romance, Slice of life, Fantasy, Mistery, Crime, Supernatural, Horror.
Pairing: ItaKyuu dan SasuNaru.
Rate: M
Warning: Yaoi, BL, slash, lemon scene, AU, RnR.
Summary: Mereka tau akan keajaiban dari sebuah reinkarnasi tapi tidak semua orang yang dapat memiliki kelebihan itu yang mereka tau sebuah reinkarnasi adalah kelahiran yang akan membutuhkan waktu yang lama agar terlahir kembali tapi tidak untuk dia baginya sebuah reinkarnasi adalah hal yang sangat singkat.
Don't like don't read
.
.
.
Dia tampan selalu tersenyum kepada orang sekitar mau berbaik hati membantu yang lemah keluarganya kaya orang tuanya baik adiknya juga tampan semuanya sempurna tidak ada yang cacat sedikit pun. Bagi orang sekitar dia adalah pemuda yang sangat tampan idaman tiap wanita jika bisa mereka dapat memilikinya untuk menjadi kekasih mereka tapi hal itu sangatlah mustahil dapat terjadi. Mata onyxnya menatap senang tapi dibalik semua itu hanya satu orang yang tau akan tatapan itu yang mereka tau adalah ketampanan dari pemuda itu bukan sisi gelap pemuda itu.
Pemuda mahasiswa bernametag Kyuubi Namikaze dibajunya hanya dapat menatap kakak kelasnya itu dari kejauhan. Menatap sendu dan takut jika mereka berhadapan ingin rasanya dia memanggil tapi rubynya merasakan hal yang buruk menatap cemas sekitarnya. Tapi saat onyx dan ruby tidak sengaja bertemu Kyuubi dapat melihat betapa menakutkannya kakak kelasnya itu dia takut entah mengapa tapi dia sangat takut, tatapan kakak kelasnya itu bagaikan tatapan yang menusuk seperti orang mau membunuh siapa saja yang melihatnya. Kyuubi tetap pada tempatnya hingga ada seseorang yang menepuk bahunya menyadarkannya dari lamunan menakutkannya.
"Kyuubi apa yang kau lakukan disini" tanya orang yang menepuk bahu Kyuubi tadi yang hanya dapat tatapan kesal.
"Aku sedang melihat senpai" kata Kyuubi kembali terfokus pada orang yang dia perhatikan tadi.
"Kyuubi dengar kau jangan diam disini datangi dia jika kau telat dia bisa diambil orang" kata teman Kyuubi yang langsung dapat pukulan keras dikepalanya.
"Diamlah kau Deidara nanti ada yang dengar aku bisa dibully" kata Kyuubi menatap sendu jalanan.
"Lihat Kyuu dia kemari" kata teman Kyuubi membuatnya berbalik melihat kakak kelasnya berjalan menuju kearahnya.
Jantungnya berdegup kencang rasa takut semakin meningkat hawa dingin yang dia rasakan membuat perutnya mual dia terdiam saat sudah berhadapan dengan kakak kelasnya orang yang dia kagumi tapi kenapa dia takut seharusnya dia senang bukannya takut, apa yang dapat dia perbuat jika rasa ketakut ini semakin meningkat. Kyuubi yang bersebelahan dengan Deidara langsung menggenggam tangan Deidara kuat membuat Deidara yang merasakannya sedikit bingung tapi dia hanya bisa diam merasakan sakit ditangannya dia merasa bingung kenapa Kyuubi menggenggam tangannya dengan erat tapi kenapa Kyuubi takut padahal yang Deidara tau Kyuubi sangat mengagumi Itachi tapi kenapa Kyuubi merasa takut bukankah itu membuatnya bingung.
"Kau Kyuubi Namikaze dari kelas 2-A ya" tanyanya yang hanya dapat anggukan pelan dari Kyuubi dan rasa tegang yang tidak dapat mencairkan dirinya ketika sudah berhadapan dengan kakak kelasnya yang tersenyum hangat padanya tapi Kyuubi tidak dapat menggerakan mulut atau tubuhnya entah mengapa rasanya kaki dan tubuhnya berat ingin rasanya dia lari tapi tidak bisa.
"Kyuubi" gumam Deidara pelan melihat tangannya digenggam kuat dan dapat dia rasakan tangan Kyuubi yang basah akibat ketakutan dan gugup entah kenapa tapi baru kali ini Deidara merasakan sikap Kyuubi sangat ketakutan seperti ini.
"Aku Itachi Uchiha salam kenal" katanya tersenyum pada Kyuubi yang terbelalak berjalan mundur dengan pelan dengan genggam tangan pada Deidara yang semakin kuat.
Srek
Benda perak itu menembus perut Itachi membuat darah keluar mengenai jalanan mengalir menentukan arah turunnya jalanan Deidara dan Kyuubi hanya dapat terdiam terbelalak melihat apa yang ada didepannya Itachi kakak kelasnya ditusuk orang bagaimana bisa ada orang yang dapat melakukan hal itu, ini sangat mustahil karena tidak ada seorang pun yang dendam terhadap Itachi dia sangatlah baik terhadap orang hingga luluh hati mereka akan kebaikannya tapi ini bukan khayalan belaka ini fakta Itachi ditusuk orang tidak ada yang melihat insiden ini kecuali Kyuubi dan Deidara serta pembunuh yang langsung menarik pisaunya lagi berlari meninggalkan Itachi yang masih berdiri menahan tubuhnya agar tidak jatuh.
"Hahh... hwaaaaaaa Itachi-senpai" Kyuubi berteriak tapi tidak berani mendekati Itachi yang masih berdiri yang kini mulutnya mengeluarkan darah yang sangat banyak hingga mengenai seragam sekolahnya bukannya kesakitan Itachi malah tersenyum pada Kyuubi yang membatu tidak percaya dengan apa yang dia lihat seharusnya Itachi jatuh dari keseimbangannya tapi ini, dia masih berdiri walau sedikit menahan sakit diperut kirinya yang ditusuk tadi.
"Kyuubi" Itachi menyeringai sebelum jatuh tepat didepan Kyuubi yang membatu saat akan meminta tolong pada Deidara orangnya malah tidak ada ditempat menghilang tanpa pamit.
"Itachi-senpai" Kyuubi menatap takut Itachi yang berada didepannya jatuh tidak bernyawa tapi Kyuubi tidak tahu pasti kakak kelasnya mati atau tidak tapi dilihat darah yang dilihat keluar sangat banyak mungkin saja Itachi sudah mati akibat pendarahan yang sangat banyak.
Pikiran Kyuubi kacau akan kejadian tadi padahal baru saja dia bertatapan wajah dengan kakak kelasnya tapi sekarang orang yang dia kagumi mati tepat didepannya. Tangan Itachi bergerak pelan secara mengejutnya menggenggam kaki Kyuubi yang melihat kakinya yang digenggam oleh tangan Itachi.
"Kyaaaa... lepas... hwaaaaa" Kyuubi terduduk terhempas menyentuh aspal jalanan tidak dapat menahan keseimbangannya saat kakinya digenggam oleh Itachi yang kemudian ditarik dengan paksa.
"Kyaaaaaa" Kyuubi berteriak keras saat Itachi merangkak maju ketubuhnya semakin membuat teriakannya semakin kencang ketakut yang dia rasakannya semakin besar.
Kenapa. Kenapa tidak ada yang menolongnya saat dia dalam keadaan seperti ini dimana orang-orang yang berlalu lalang dan dimana Deidara yang selalu ada disetiap dia dimana pun disekolah, dimana? Semua orang padahal tadi dia masih ada disampingnya berdiri menggenggam tangannya erat agar rasa tegang dan takutnya hilang tapi sekarang rasa takutnya semakin meninggkat dengan suasana yang sunyi tidak ada orang yang lewat atau siapa pun yang ada hanya dirinya yang masih dalam ketakutan dan Itachi yang telah mati tergelak didepannya tapi sekarang bukanlah mati tapi Itachi berada didepannya menindihnya menatapnya penuh keinginan seharusnya dia mati akibat pendarahan yang sangat banyak itu bagaimana bisa Itachi dapat bertahan dengan darah yang keuar sebanyak itu. Kemana semua orang dia sangat ketakutan.
"Kyaaaaaaa" Kyuubi semakin berteriak keras ketika dia bertatapan dengan Itachi dengan mulut yang penuh darah yang keluar menetes mengenai seragam sekolah Kyuubi tapi sekarang dia tidak dapat melakukan apa pun selain berdiam diri menatap Itachi yang berlumuran darah yang dapat dia lakukan sekarang adalah berteriak ketakutan.
"Kyuubi"
.
.
.
"Tidaakkkkk" Kyuubi terbangun membuka matanya terbelalak terkejut dengan deru nafas yang putus-putus berhembus kuat menatap sekitar ternyata dia berada didalam kamarnya.
Tap. Tap. Tap
"Kyuubi ada apa kau baik-baik saja?" Kata seorang wanita paruh baya ketika masuk kamar Kyuubi langsung memeluknya agar Kyuubi merasakan tenang dalam dekapannya.
"Ibu... hikss...Kyuubi takut.. hiks" Kyuubi terisak menyembunyikan wajahnya dipelukan ibunya yang sangat tau apa yang dirasakan anaknya inisekarang.
"Tenanglah ibu ada disini tidak ada yang perlu kau takutkan apa yang kamu takutkan Kyuubi" tanya wanita itu mengelus kepala Kyuubi lembut mencoba agar Kyuubi dapat tenang didekapannya.
"Itachi-senpai dia..." Kyuubi tidak ingin melanjutkan perkataan semakin terisak mengeratkan pelukannya pada ibunya.
"Tenanglah Kyuubi sudahlah, kau mau dengar apa yang terjadi terhadap dirimu kemarin" kata wanita itu melepaskan pelukannya pada Kyuubi yang masih terisak dan air mata yang mengalir dipipi persolennya.
Kyuubi tidak menjawab dia hanya mengangguk menatap ibunya yang hanya tersenyum lembut menghapus jejak air mata dipipi Kyuubi "Kemarin kau pingsan saat Itachi dibunuh orang entah siapa pelakunya pihak kepolisian mencari tau pelakunya tapi keluarga Uchiha melarang keras tindakan para kepolisan tapi tidak ada yang tau akan kejadian itu katanya yang tau hanya kau saja."
"Tapi ibu disana ada Deidara dia juga melihatnya" Kyuubi langsung angkat bicara saat tau bahwa kematian kakak kelasnya bukanlah mimpi belaka tapi kenyataan tapi dia tidak terima hanya dia yang jadi saksi mata kematian kakak kelasnya.
"Tidak ada. Deidara saat itu baru datang ke gerbang sekolah saat dirimu pingsan dan tubuh Itachi yang keluar darah tergeletak tidak jauh dari kau pingsan" kata wanita itu mencoba membuat anaknya tidak merasa tegang lagi.
"Hahh... aku harus berangkat ke sekolah" daripada berdebat dengan ibunya lebih baik Kyuubi berangkat sekolah mencari tau apakah mimpinya itu bukanlah mimpi belaka.
"Baiklah ibu akan menyiapkan bento untukmu" kata wanita itu beranjak dari tempatnya meninggalkan kamar putra sulungnya yang hanya mengangguk.
Kyuubi menatap sendu ke arah jendela menatap bangunan rumah tradisional yang ada disampingnya. Rumah Itachi terlihat banyak orang berpakaian hitam datang berdiri didepan halaman rumah yang penuh orang-orang yang menangis pilu akan kematian pewaris utama Uchiha. Mata Kyuubi terfokus pada jendela yang tertutup korden putih didepannya, menatap sendu apakah benar jika kakak kelasnya telah mati berarti mimpinya adalah sebuah kenyataan tapi ada yang janggal. Gorden putih itu tertiup mengikuti arah angin membuatnya terbuka setengah membuat dahi Kyuubi berkerut melihat ada sosok yang tengah berdiri didalam kamar seberangnya itu.
"Hah..." Kyuubi langsung menutup kordennya beranjak dari tempat tidurnya pergi ke kamar mandi.
.
.
.
Kyuubi berjalan melewati rumah Itachi yang penuh orang-orang berpakaian hitam dengan membawakan sebuket bunga untuk kematian Itachi dan disana Kyuubi melihat kedua orang tua Itachi dan adiknya yang hanya diam tidak menangis atau menjerit seperti kerabat mereka yang lain ini semakin membuatnya bingung hingga tidak sengaja Kyuubi bertatapan dengan ibunya Itachi dengan langkah cepat Kyuubi pergi dari sana dengan kepala tertunduk.
Wanita paruh baya yang tadi melihat Kyuubi hanya menatap nanar padahal ada sesuatu yang harus dia katakan pada Kyuubi tapi sayang terlambat mungkin nanti dapat dia sampaikan apa yang ingin dia sampaikan pada Kyuubi.
Kyuubi semakin mempercepat jalannya dengan berlari melewati rumah-rumah besar yang tinggi. Hingga akhirnya Kyuubi sampai digerbang sekolah dia melihat beberapa murid yang baru saja datang menuju gerbang sekolah entah kenapa Kyuubi merasa diperhatikan perasaan was-wasnya terhadap lingkungan sekitar membuatnya takut akan hal yang buruk.
"Kyuubi" dengan tubuh menegang Kyuubi menoleh ke belakang dan dia langsung menghela nafas lega saat mengetahui siapa yang memanggilnya yang ternyata adalah Deidara teman satu sekolahnya.
"Deidara huft..." Kyuubi mendengus pelan membuat Deidara bingung tapi dia tidak menghiraukannya.
"Kyuubi bagaimana perasaanmu apakah sudah baikan?" Tanya Deidara yang langsung membuat Kyuubi menoleh bingung dengan perkataan Deidara yang tidak dia mengerti memangnya dia kenapa hingga banyak orang yang menghawatirkannya.
"Apa maksudmu Deidara memangnya aku kenapa?" Banyak hal yang tidak Kyuubi ketahui tentang keadaannya kemarin dan mimpi itu.
"Bukannya kemarin kau pingsan saat Itachi-senpai dibunuh" kata Deidara mencoba mengatakan tentang kejadian kemarin.
"Hah... ja-jadi itu bukan mimpi" Kyuubi terkejut membulat rubynya memancarkan rasa ketakutan mengingat kejadian kemarin bahwa mimpi itu bukanlah sekedar mimpi tapi sebuah kenyataan yang tidak dapat dia jelaskan hanya dengan sebuah kata-kata.
"Kau kenapa Kyuubi, sudahlah ayo kita ke kelas sebentar lagi bel berbunyi dan kita juga harus ke aula untuk berdo'a untuk kematian Itachi-senpai" kata Deidara menyadarkan Kyuubi dari ketakutannya mengangguk pelan mengikuti arah jalan Deidara.
.
.
.
Di kediaman Uchiha setelah selesai mayat Itachi dikuburkan semua kerabat dan keluarga pulang ke rumah masing-masing dengan duka yang tidak akan pernah mereka lupakan merasa bahwa kenyataan yang didapatkan tidak seindah yang dipikirkan. Kedua orang tua Itachi dan adiknya hanya berdiam di ruang tamu menatap satu sama lain suasana rumah yang terasa dingin tidak mereka hiraukan hanya diam menunggu waktunya sampai pintu rumah diketuk. Fugaku Uchiha kepala keluarga hanya menatap datar foto anaknya yang dipajang ditengah ruang tamu. Mikoto Uchiha sorang istri sekaligus seorang ibu hanya menghela nafas lelah tidak dapat menangis akibat kematian putra sulungnya mungkin bisa saja dia menangis pilu tapi dia tidak dapat melakukanya jika tidak hal buruk akan terjadi pada dirinya. Sasuke Uchiha hanya diam menatap lurus kedua orang tuanya yang terlihat tengah berpikir tapi satu hal yang tidak dapat dia pikirkan kenapa kedua orang tuanya tidak memperbolehkannya menangis padahal dia sangat terpukul akan kematian kakaknya.
Tok. Tok
Suasana menjadi tegang menatap satu sama lain melihat arah pintu yang masih tertutup sepertinya ada orang diluar sana entah siapa.
"Ibu. Ayah. Sasuke ini aku Itachi" Mikoto terkejut matanya membulat menatap suaminya meminta kepastian agar dapat diizinkan membuka pintu atau tidak oleh suaminya yang mengangguk pelan.
Mikoto beranjak pergi meninggalkan suami dan anaknya yang hanya diam tidak menyusul. Sasuke menatap ayahnya yang menggeleng palan sepertinya mengerti apa yang tengah dipikirkan anak bungsunya.
"Ayah. Sasuke" mata mereka mengarah pada seseorang yang memanggil nama mereka hal pertama yang dilihat Fugaku adalah wajah anak sulungnya yang terlihat sehat tidak sakit atau pun cacat tapi tidak untuk Sasuke dia terkejut tapi tidak menunjukkan rasa keterkejutnya dan dia hampir saja berteriak mengingat suasana rumahnya yang tegang.
"Kakak dimana ibu?" Sasuke mencoba mencairkan suasana yang tegang dan hawa yang dingin itu dia ingin cepat-cepat masuk ke kamarnya mencoba menenangkan diri dan menyadarkan dirinya dengan apa yang dia lihat itu benar atau hanya mimpi belaka.
"Dia di dapur mengambilkan minuman, Sasuke kau tidak berangkat sekolah?" Tanya Itachi yang duduk disofa panjang samping Sasuke.
"Tidak karena sekolah sedang libur karena rapat" Sasuke mencoba agar tidak berteriak dan berlari saat berdekatan dengan kakaknya yang terlihat lebih menyeramkan dari sebelumnya dia meninggal.
"Begitu lebih baik aku sekolah" kata Itachi berdiri dari duduknya menuju lantai dua bersiap-siap memakai seragam sekolah tapi langsung dicegat ibunya.
"Jangan Itachi kau baru saja datang, apa kamu tidak lelah bukannya besok kamu juga akan bersekolah" kata Mikoto yang baru datang membawakan nampan berisikan empat gelas teh occha dan beberpaa makanan ringan seperti dango.
"Baiklah ibu tapi cuma untuk sehari" kata Itachi yang hanya dapat anggukan dari Mikoto yang tersenyum senang.
"Sasuke bisakah kau ke supermarket" kata Mikoto yang menaruh nampan tadi diatas meja lalu mendekati Sasuke memberikan sebuah catatan kecil dan uang beberapa lembar kepada Sasuke yang hanya mengangguk pelan yang kemudian beranjak pergi.
.
.
.
Selesai berdo'a di aula semua murid dibubarkan pergi menuju kelas mereka masing-masing untuk melanjutkan belajar mereka yang kemarin seperti halnya Kyuubi yang berjalan menuju kelasnya dengan membawakan gelas kaca kecil yang didalamnya ada lilin menyala.
Sesampainya dikelas lantai dua Kyuubi menaruh lilin yang tadi dia bawa diatas meja kosong tepat dimana kursi Itachi duduk, menatap sendu lalu beranjak pergi entah kenapa tidak ada orang yang seberani Kyuubi yang dengan mudahnya menyentuh atau menaruh sesuatu diatas meja Itachi, terkadang Kyuubi bertanya pada Deidara sebenarnya apa yang ditakuti dari Itachi seorang pemuda tampan yang derajatnya yang tinggi tapi seribu sayang Deidara hanya bisa mengalihkan pembicaraan, awal Kyuubi pernah bertanya tentang Itachi kepada semua orang tapi mereka hanya dapat bungkam ketika berbicara mengenai Itachi ingin rasanya Kyuubi mencari tau identitas Kebenaran dari Itachi tapi saat ingin melakukannya semua murid mencegahnya dan ada juga yang mengancamnya jika Kyuubi tetap melakukannya maka hampir semua murid akan mengancam Kyuub dan tidak segan pada Kyuubii. Sampai sekarang Kyuubi tidak berani melakukan rencananya tapi secara diam-diam identitas Itachi mulai terkuak tapi tetap saja dia masih belum mengetahui jelas misteri yang tersembunyi semuanya masih tertutup rapat.
'Kenapa tidak ada satu pun dari mereka yang menaruh lilinnya diatas meja Itachi apa mereka tidak menghargai orang yang sudah mati' batin Kyuubi menggeleng pelan merasa kesal tapi dia hanya diam kembali ke kelasnya pergi dari kelas Itachi.
Saat sampai di kelas banyak mata menatap Kyuubi intens entah kenapa tatapan itu seperti tidak suka akan keberadaannya tapi Kyuubi tidak menghiraukannya dia langsung pergi menuju kearah kursinya disamping jendela menatap ke kiri pemandangan taman disamping halaman kelasnya.
"Kyuubi apa yang kau lakukan?" Kata Deidara menghampiri Kyuubi yang tengah duduk langsung menegadah keatas menatap Deidara dengan bingungnya.
"Apa maksudmu Deidara?" Kyuubi dengan penasaran menanyakan apa yang telah dia perbuat hingga Deidara menganggap perbuatannya salah.
"Kenapa kau menaruh lilinnya diatas meja Itachi-senpai" kata Deidara membuat Kyuubi bingung apakah Deidara melihatnya membawa lilin lalu mengikutinya ke kelas atas.
"Kenapa?" Kyuubi mencoba menggali perkataan Deidara bisa saja dia tau akan kebenaran identitas Itachi yang mulai terkuak dengan perlahan.
"Hahh... sudahlah lupakan" bukannya mendapat jawaban yang akan membuatnya sedikit senang karena rasa penasarannya akan terjawab tapi yang Kyuubi dapat malah helaan nafas yang membuatnya tidak dapat berharap banyak pada teman sekelasnya.
'Kenapa padahal sedikit lagi' Kyuubi menundukkan kepalanya entah kenapa rasa penasarannya semakin besar pada identitas asli Itachi yang masih menjadi misteri.
.
.
.
Sasuke yang baru saja sampai di supermarket langsung bernafas lega dia mendapati keanehan dirumahnya walau yang dia tau keanehan itu belum dapat dia cari jawabannya?sosok kakaknya masih menjadi misteri bagaimana bisa kakaknya bisa hidup kembali saat baru saja mayatnya dikuburkan.
"Sasuke" Sasuke tersentak saat ada yang menyentuh bahunya menatap terkejut tapi dia dapat mengendalikan keterkejutannya dengan menatap wajah sang pelaku dengan datar dan malas.
"Naruto" pemuda itu tersenyum senang pada Sasuke menatap penuh kebahagian entah kenapa rasa tegang dan takut akan kakaknya langsung hilang ketika melihat senyum cerah pemuda manis itu.
"Wahhh. Sasuke kau tersentak" Naruto Namikaze seorang pemuda tetangga Sasuke dan teman satu sekolahnya mereka berdua kurang akur tapi biar begitu jika sudah diluar area sekolah mereka akan sapa meyapa jika bertemu.
"Apa maksudmu" Sasuke segera pergi setelah mengambil keranjang belanjaan mulai memilih bahan makanan yang tertulis dicatatan dari ibunya.
"Tidak apa, aku turut berduka Sasuke atas kakakmu" Sasuke melihat betapa sedihnya Naruto terlihat dari matanya yang sangat tau akan posisinya sekarang.
"Iya tapi lebih bagusnya kamu tidak mengatakan itu Naruto" kata Sasuke memasukkan bahan-bahan keperluan didalam keranjang belanjaan.
"Kenapa memangnya bukannya wajar jika aku mengatakan hal itu" Naruto mengikuti jalan Sasuke yang masih fokus pada urusannya memilih bahan makanan.
"Tidak apa lupakan yang tadi" dingin seperti biasanya dan Naruto tidak suka itu kenapa sebab mereka sudah dari kecil berteman tapi sikap Sasuke masih dingin padanya walau Naruto maklum dengan hal itu tapi wajarkah Sasuke bersikap dingin padanya padahal mereka adalah teman.
"Baiklah aku pulang dulu ya" Naruto tersenyum lagi membuat Sasuke merasa bersalah karena bersikap dingin tapi apa daya dia tidak mungkin bersikap baik kepada orang lain jika bukan alasan tertentu.
Naruto berbalik meninggalkan supermarket itu pergi keluar menuju jalanan yang penuh orang-orang yang berlalu lalang ditrotoar, Sasuke yang melihatnya hanya menghela nafas lelah kembali melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda tadi jika ini terus terjadi cepat atau lambat Naruto akan mengetahui kenapa sikapnya dingin.
.
.
.
Kyuubi berjalan pulang sendiri melewati tiap jalanan yang terlihat sepi karena hari mulai menjelang sore, badannya terasa sakit karena hari ini dia piket makanya dia sedikit terlambat pulang ke rumah. Saat berjalan melewati rumah keluarga Uchiha suasananya terasa tegang dan hawa dingin mulai Kyuubi rasakan dengan kepala tertunduk Kyuubi mencoba mempercepat jalannya.
"Kyuubi" tubuh Kyuubi langsung menegang ketika ada seseorang memanggilnya suara ini terdengar familiar ditelinganya tapi dia tidak dapat mengenali orang yang memanggilnya.
Bukannya menoleh Kyuubi malah berdiam diri ditempar tidak berani menatap ke belakang. Kyuubi semakin ketakutan saat orang yang memanggilnya berjalan mendekatinya dan menyentuh bahunya membuatnya berkeringat dingin mencoba melawan rasa takutnya tapi apa daya dia tidak bisa.
"Kyuubi kau kenapa?" Ruby itu membulat menatap terkejut dengan apa yang dia lihat didepannya seorang wanita paruh yang tengah kebingungan dengan tingkah laku Kyuubi.
"Eh bibi Mikoto tidak apa aku baik-baik saja" Kyuubi sedikit takut dengan wanita didepannya bagaimana bisa seorang ibu dapat tersenyum saat anaknya baru saja meninggal beberapa jam yang lalu dan kini Kyuubi mendapati beberapa kejanggalan dari senyum dan sikap wanita didepannya itu.
"Hmm... aku ingin kau besok datang ke kelas Itachi dan berikanlah sesuatu yang terkesan nantinya" Kyuubi semakin kebingungan dengan perkataan wanita didepannya ini bagaimana bisa dia memberikan sebuah hadiah kepada seseorang yang telah dianggap tidak ada didunia ini lagi.
"Untuk apa?" Kyuubi tidak akan memberikan seseorang hadiah tanpa alasan tertentu baginya ini tidak masuk akal bagaimana pun Itachi baru saja di makamkan kepada siapa dia akan memberikan hadiah itu kepada Sasuke adik Itachi itu mustahil dekat saja tidak.
"Kau berikan saja aku harap kau dapat melunakkan hatinya" bukannya menjawab pertanyaannya Mikoto malah berkata kearah lain.
"Baiklah" Kyuubi tidak dapat melawan orang tua bagaimana pun dia harus menghormati orang yang lebih tua daripada dirinya yang masih muda tapi bagaimana dia menyiapkan hadiahnya kalo saja dia tidak tau hadiah apa yang terkesan untuk Itachi.
"Deidara mungkin dia tau" Kyuubi hanya dapat mengandalkan Deidara karena Kyuubi hanya murid pindahan jadi dia tidak tau apa-apa tentang rumor sekolahnya atau identitas Itachi makanya tiap kali dia melakukan sesuatu dia akan bertanya pada Deidara yang lebih tau tentang sekolah dan rumor yang berada disekolahan itu.
.
.
.
Makan malam yang terasa canggung akan keheningan malam dan kebungkaman tiap percakapan tidak dapat mencairkan suasana yang tegang dan hawa yang dingin hingga makan malam selesai pun mereka hanya dapat berdiam diri bungkam melakukan aktivitas mereka masing-masing tanpa suara gangguan entah kenapa malam ini seperti hal yang baru mereka hadapi sunyi, sepi, senyap tiada suara pun yang terdengar kecuali suara angin yang bertiup kencang dan suara jangkrik yang tiap harinya berbunyi tanpa henti.
Sasuke mengerjakan tugasnya dengan perasaan was-was karena dia merasa kakaknya bukanlah kakaknya perasaannya mengatakan bahwa kakaknya adalah seorang iblis jahat yang dapat membunuhnya kapan saja tapi bagaimana mungkin dia ini adiknya wajarkah dia takut kepada kakaknya yang baru saja di makamkan dan datang dengan keadaan utuh mengenakan setelan jas hitam yang rapi dan lengkap bukannya terkejut dan berteriak keluarganya hanya diam membisu tidak merasakan keanehan dari anak sulung mereka bagaimana pun Sasuke merasa ada yang aneh dengan kakak dan keluarganya tapi kepada siapa dia akan bertanya?
Kriet
Pintu terbuka dengan suara decitan yang nyaring membuat Sasuke yang asik belajar dimeja belajarnya sedikit bergidik merinding mendengarnya tapi hawa yang dia rasakan membuatnya ketakutan dibelakangnya seperti ada seseorang yang tengah berdiri menatap Sasuke tajam tapi Sasuke tidak berani menatap ke belakang jadi dia lebih fokus pada tugasnya yang belum dia selesaikan. Dengan hati yang berdegup kencang keringan dingin meluncur dari pelipisnya hingga kosentrasinya tidak dapat menghentikan perasaan cemasnya akan orang yang ada dibelakangnya yang terus memandanginya bagaikan orang yang siap untuk membunuhnya.
"Sasuke apa yang sedang kau lakukan?" Seringainnya merekah menatap lurus punggung Sasuke.
Sepertinya Sasuke mengenali suara itu terdengar seperti suara kakaknya tapi dia belum tau pasti jika itu benar atau tidak jadi dia hanya diam tetap fokus pada pekerjaannya dia tidak perduli tugasnya selesai atau belum yang penting dia tidak melihat kakaknya yang tengah berdiri di belakangnya.
"Apa kau takut padaku Sasuke" suara itu tepat ditelinga Sasuke yang tubuhnya langsung menegang mendengarnya menatap asal suara dengan ekor matanya tapi dia tidak menoleh memastikan siapa dibelakangnya.
Keringat dingin mulai turun dari pelipis Sasuke yang mencoba tenang tidak berteriak saat kakaknya berada dibelakangnya berbisik tepat ditelinga kanannya.
"Aku tidak akan membunuhmu karena kau adikku Sasuke meski pun kau memberitahu semua orang bahwa aku adalah iblis" Sasuke tersentak berdiri dari kursinya melihat ke belakang tapi yang dia lihat adalah ruangannya yang rapi dan bersih dengan pintu kamar yang tertutup lalu suara tadi suara siapa bagaimana bisa suara kakaknya dapat terdengar.
Sasuke bergegas menuju kasurnya mencoba membuang pikiran negetif tentang kakaknya dan segera menutup matanya agar kejadian tadi dapat dia lupakan dengan tidurnya yang kemudian diganti dengan bangun pagi yang disambut malaikatnya yang menunggunya didepan gerbang rumahnya.
.
.
.
"Hah.. hah.. hah..." kaki itu terus berlari mencari keterangan mencoba menghindar kegelapan yang abadi dan kejaran dari seseorang.
Kyuubi
Kecepan berlarinya semakin bertambah rasa takutnya tidak dapat membuatnya melakukan apa-apa dia merasa cemas. Iblis itu kenapa mengincarnya kenapa harus dia memangnya ada apa dalam dirinya hingga iblis dengan tenangnya berjalan pelan mengikuti arah larinya.
"Kenapa. Kenapa kau mengincarku... hah...hah" Kyuubi merasa tidak tahan lagi dia terduduk dengan deru nafas yang cepat dan terputus-putus.
Kelak kau akan tau
Kyuubi.
"Berhentilah menjadikanku incaranmu" Kyuubi berteriak menangis mencoba agar yang dia lihat tidaklah nyata.
"Hah... hah... hah..." Kyuubi terbangun dari tidurnya dengan keringat dingin yang bercucuran diwajahnya menatap langit-langit kamarnya.
Kyuubi melihat kearah jam dinding yang menunjukan pukul tengah malam kenapa dia harus memimpikan hal seperti itu dan mimpi itu apa maksunya dia tidak mengerti dengan yang dikatakan kakak kelasnya.
Daripada memikirkan hal itu Kyuubi kembali menutup matanya melanjutkan mimpinya berharap agar tidak mendapati mimpi lagi dan dapat membuatnya tidur nyenyak yang akan terbangun dengan nyaman.
.
.
.
Sarapan pagi yang terasa hambar bagaikan gula yang dicampurkan banyak air seperti itulah makanan pagi Sasuke yang terasa dilidahnya padahal pagi ini dia mendapati makanan kesukaannya tapi kenapa terasanya hambar dan suasana rumah ini terlalu canggung tidak seperti hari-hari yang dia lewati dulu ibunya atau kakaknya pasti akan membicarakan sesuatu hal yang akan mencairkan suasana rumah ini apakah semua ini berhubungan dengan kakaknya yang baru saja datang ke rumah mereka.
Sasuke beranjak dari duduknya mengambil tas sekolahnya lalu berjalan keluar rumah setelah memasang sepatu sekolahnya dan dia mendapati malaikatnya tengah berdiri tersenyum padanya. Sebuah senyuman yang dapat menenangkan dirinya dari rasa takut akan kakaknya dan tegang karena rumahnya yang terasa canggung.
"Sasuke kau sudah siap" senyum itu tidak akan pudar selama dia dapat membuat malaikatnya bersamanya tapi meski begitu dia tidak dapat membalas senyum malaikatnya dengan cara apa pun selain anggukan dan tatapan datar.
"Ayo Naruto" Sasuke berjalan beriringan dengan Naruto secara diam-diam mereka menggenggam tangan mereka merasakan kehangatan yang ada disamping mereka.
"Kau kenapa Sasuke genggaman tanganmu erat tidak seperti biasanya" Naruto sedikit bingung dengan Sasuke yang hari ini bertingkah aneh tapi dia tidak dapat melakukan apa-apa selain bertanya.
"Tidak apa aku hanya tidak ingin genggaman kita lepas" Sasuke mencoba agar tidak merasakan takut pada kakaknya dan bersikap seperti biasanya.
Naruto merasa Sasuke hanya menjadi hal itu sebagai alasan tapi dia tidak akan memaksa Sasuke sebelum orangnya mau dipojok oleh dirinya.
.
.
.
Kyuubi merasa hidupnya begitu penuh dengan rasa ketakutan bagaimana dia mengatasi rasa ketakutannya tapi ada satu orang yang dapat membantunya dalam mengatasi hal ini tapi dia merasa malas melakukannya karena orang itu dapat melakukan apa saja padanya.
"Hahh... kuso jika dia tidak membantuku maka aku akan mengancamnya" Kyuubi merasa sangat kesal sekarang.
Matanya membulat terkejut dengan apa yang dia lihat bukan karena segerombolan gadis yang tengah menggosip tapi dia melihat sosok Itachi kakak kelasnya tengah berjalan menuju kelasnya bagaimana mungkin Itachi masih-?
"Ti-tidak mungkin" jelas-jelas Kyuubi melihat kejadian kematian Itachi tapi kenapa hari ini dia datang dengan normalnya tanpa ada cidera apa pun di tubuhnya padahal Itachi sudah mati Kyuubi melihat pendarahan itu tapi yang Kyuubi lihat itu bukanlah halusinasinya ini fakta kehidupannya kenyataanya.
Ruby itu semakin membulat saat bertemu onyx kelam menatap penuh keinginan tapi ruby tidak dapat mengartikannya dalam sebuah kalimat.
Kyuubi segera bergegas pergi dari lorong sekolah menuju kelasnya mencoba melupakan kejadian dia bertatapan dengan Itachi tadi.
Sesampainya dia langsung dihadiahi tatapan datar dari teman-teman sekelasnya yang dengan kepala tertunduk Kyuubi menuju kursinya duduk dengan tenang menatap luar jendela yang terlihat lebih tenang daripada perasaannya yang kacau balau akibat kejadian-kejadian aneh beberapa hari ini.
"Kyuubi apa kau sudah melihatnya" Kyuubi membulat matanya saat pertanyaan Deidara yang terdengar tidak asing sepertinya Kyuubi tau kemana arah pembicaraannya itu.
"Iya. Kenapa Deidara padahal aku melihat kejadiannya?" Banyak hal yang ingin dia tanyakan tapi mungkinkah mendapatkan jawabannya.
"Itulah yang terjadi" sekali lagi Kyuubi merasa kecewa dengan jawaban yang dia dapatkan kali ini bagaimana bisa berdiam diri menatap dirinya yang dalam ketakutan ini.
.
.
.
Naruto tidak dapat menahan lagi dia harus mencari tau kenapa Sasuke bersikap aneh padanya dari mata itu Naruto sering melihat ada rasa ketakutan yang teramat dalam bagaimana Naruto dapat membantu jika masalahnya saja dia tidak tau.
"Aku akan memaksanya untuk mengatakannya" dengan nyali yang kuat Naruto berdiri dari kursinya beranjak dari duduknya berjalan menuju kursi Sasuke yang berada disamping jendela menompang dagunya dengan tangannya sepertinya Sasuke banyak pikiran.
Brak
Sasuke hampir saja akan memukul orang yang berani memukul mejanya dengan keras dan yang melakukannya adalah malaikatnya kehangatannya.
"Ada apa Naruto?" Sasuke merasa malas adu mulut dengan Naruto sekarang karena pikirannya sekarang sedang kacau dia tidak dapat berpikir jernih sekarang.
"Katakan ada apa denganmu" Naruto memajukan kepalanya tepat bertatapan dengan Sasuke yang kini jaraknya hanya 5cm jika dari jauh ada yang melihatnya dalam keadaan seperti ini pasti mereka dikira sedang berciuman.
"Tidak ada Naruto" kata Sasuke memundurkan kepalanya menatap kesamping dimana letak luar jendela berada.
"Aku mohon Sasuke sebenarnya apa yang kau rahasiakan mungkin saja aku dapat membantumu" kata Naruto mempout bibirnya kesal.
"Aku kurang yakin jika kau dapat membantuku Naruto tapi lebih baik kau tau masalahnya" Sasuke tau semakin dia diam akan masalah ini maka Naruto tidak akan segan melakukan hal yang diluar kewajaran terhadapnya.
"Baiklah kau ceritakan sekarang aku tidak akan menceritakan kepada orang lain" kata Naruto perasaan senang dia duduk didepan kursi Sasuke mulai mendengarkan cerita akan permasalahan Sasuke.
.
.
.
Pulang sekolah seperti hari biasanya Kyuubi berjalan pulang seorang diri merasa penuh kewaspadaan terhadap lingkungannya tiap kali orang memanggilnya dia pasti tidak berani lagi menoleh ke belakang entah kenapa akhir-akhir ini sering dihantui bagaimana bisa dia tenang jika terus-terusan seperti ini.
"Kyuubi" ruby itu membulat untuk kesekian kalinya suara ini terdengar familiar ditelinganya walau tidak berani menoleh tapi secara perlahan Kyuubi menoleh.
"Itachi-senpai" Kyuubi masih belum percaya bahwa kakak kelasnya masih hidup bagaimana dia dapat percaya jika memang benar dia sendiri yang melihat peristiwa itu.
"Kau mau pulang" tanya Itachi yang hanya dapat anggukan kaku dari Kyuubi yang merasa kepalanya sulit untuk digerakan.
"Baiklah ayo pulang bersama" Itachi tersenyum pada Kyuubi yang hanya terkejut bagaimana bisa kakak kelasnya bersikap baik-baik saja padahal kemarin Kyuubi melihat Itachi dibunuh orang.
"A-ano senpai" Itachi membalas perkataan Kyuubi dengan gumaman yang langsung membuat Kyuubi gugup dan takut.
'Apa yang harusku tanyakan?' Kyuubi kebingungan sendiri bingung mencari pertanyaan.
"Kyuubi terima kasih atas hadiahnya" Itachi menunjukan sebuah kalung dengan buahnya berbentuk seperti bulan yang terbuat dari kristal murni.
"Iya senpai sama-sama" ketakutan Kyuubi pada Itachi sedikit berkurang tapi tetap saja dia tidak dapat menghilangkan rasa takut kejadian kemarin.
"Baiklah sampai jumpa Kyuu" kata Itachi yang ternyata sudah sampai didepan rumahnya.
Kyuubi hanya mengangguk saja mempercepat jalannya menuju rumahnya dan menghela nafas lega saat sudah tidak bersama Itachi lagi dia merasa jantungnya melompat-lompat kegirangan.
.
.
.
"Aku pulang" ucap Itachi melepaskan sepatu dan kaus kakinya lalu meletakkannya dirak sepatu.
"Selamat datang" kata Mikoto dari dapur yang sepertinya tengah sibuk mengurusi masalah dapur.
"Ibu dimana ayah dan Sasuke?" Itachi merasa suasana rumahnya terlihat sepi karena tidak terlihat ayah dan adiknya yang sering duduk diruang tamu sekedar menonton televisi.
"Ayahmu masih berkerja dan Sasuke dia ada dirumah keluarga Namikaze katanya ada tugas kelompok" Itachi hanya mengangguk paham beranjak dari tempatnya menuju lantai dua.
.
.
.
Selesai mandi Kyuubi langsung menuju ruang tamu mendapati ibunya tengah asik menonton televisi dengan majalah tentang pakaian yang ada dipangkuannya itu membuat Kyuubi mendengus kesal.
"Kyuubi tolong kau siapkan air minum dan makanan buat Sasuke dan Naruto" perintah Kushina ibu Kyuubi dengan seenaknya.
"Iya. Kenapa harus aku!" jawab Kyuubi ketus dengan amat terpaksa dia mematuhi perkataan ibunya yang sangat keterlaluan padanya. Padahal dalam hati dia sangat tidak ikhlas.
.
.
.
"Bagaimana Naruto bisa kau kerjakan sendiri jika salah lagi aku tidak akan segan" ancam Sasuke membuat Naruto mempout mulutnya kesal karena Naruto sangat yakin seratus persen ancaman itu bukan hanya perkataan.
"Baiklah jika salah nanti jangan marahi atau ancam aku lagi" kata Naruto mulai mengerjakan tugas latihan dari Sasuke yang terlihat sulit dia kerjakan.
"Jangan mengeluh Naruto Namikaze" Sasuke mulai membaca buku yang tadi sempat tertunda akibat ocehan panjang Naruto.
Tok. Tok
Kyuubi pun masuk dengan membawakan nampan berisikan dua buah gelas teh occha dengan makanan chesse cake strawberry.
"Naruto" panggil Kyuubi membuat Naruto menghentikan tugas latihannya lalu duduk menatap Kyuubi dengan penasarannya.
"Kau harus menolongku Naruto" kata Kyuubi dengan tidak ikhlasnya meminta pertolongan kepada adiknya yang manja ini.
"Kenapa? Ada masalah apa" Naruto menatap aneh Kyuubi yang dibalas dengan tatapan tajam yang dapat membuat nyali Naruto ciut karena tatapan mematikan dari kakaknya.
"Aku tidak dapat tenang akan teror ini Naruto" Kyuubi menundukan kepalanya lalu mengangkatnya lagi menatap serius Naruto.
"Teror apa maksudmu kakak? Aku tidak mengerti" Naruto bingung dengan apa yang dikatakan kakaknya karena setahu Naruto siapa yang berani meneror kakaknya yang ada kakaknya meneror orang.
Sasuke yang diabaikan hanya diam mendengarkan percakapan dua kakak-adik ini merasa tidak ada kaitannya dengan dirinya tapi satu kata yang dapat melibatkannya yaitu ketika Naruto mengatakan bahwa dia ikut terlibat dalam permasalahan Kyuubi.
"Hmm... Jadi kalian berdua ada kaitannya, ini mungkin akan sulit dilakukan tapi tetaplah bersama dan berusaha" kata Naruto mencoba menimbang-nimbangkan pemikirannya untuk melakukan pertolongan pada teman dan kakaknya.
"Tapi bagaimana caranya agar semuanya berakhir" tanya Sasuke menatap malas merasa bosan tapi dia juga ingin mengakhiri ini semua.
"Aku akan mencoba tapi rasanya sulit" kata Naruto membuat Sasuke kesal.
Duk
"Kau berkata seperti itu terus memangnya selama kau melakukan itu dulu merasa kesulitan" pukulan lembut mendarat lembut dikepala Naruto yang mengaduh kesakitan karena pukulan Kyuubi.
"Itu dulu sekarang aku tidak melakukannya lagi semenjak paman Iruka menikah" kata Naruto mulai memakan chesse cake strawberrynya.
"Aku tidak perduli kau bisa atau tidak! Kepada siapa lagi aku meminta ini kecuali kepadamu" kata Kyuubi hampir berteriak jika tidak mengingat bahwa dia sedang ada dirumah.
"Baiklah aku akan melakukannya"
.
.
.
To Be Continue
.
.
.
Selesai juga akhirnya mohon reviewnya ya yg membangun terima kasih sudah kasih saran membuat fanfic ini terlebih dahulu jangan jera dengan Hime ya.
Imouto: kalo bisa reviewnya yang pedas ya jangan lupa pakai sambel biar enak
Me: heh apa yang aku lakukan disini *menatap tajam*
Imouto: sebagai penutup saja kok. Bagi yang baca makasih ya mohon review yang membangun.
RnR
