Backstage
Proudly Presents by :
.
.
Bap3arls
.
.
Park Chanyeol EXO
Byun Baekhyun EXO
And Others
.
.
Romance/Drama/ YAOI
.
.
Rated : T+
.
.
Menceritakan tentang Byun Baekhyun seorang pria dari desa yang bergabung dengan grup besar bernama EXO. Dan inilah kisah dari nama besarnya.
.
.
Ini adalah kisah dibalik sebuah panggung untuk sebuah grup besar. Ada begitu banyak kejadian yang tidak pernah terlihat atau tidak akan mungkin terlihat oleh banyak pasang mata tentang mereka.
Yang tidak mereka ketahui dalam kehidupan Baekhyun. Dan yang tidak pernah terlihat dari belakang panggung.
"Kalian tidak mengerti, kalian tidak paham, kalian tidak tau rasanya menjadi aku.."
.
Karena sebuah karya tidak pernah lepas dari tangan sang penciptanya.
Meskipun pada akhirnya karya itu akan di ikuti oleh oranglain.
.
.
I just wanna tell u something. If u don't like EXO/CHANBAEK/GS or anything in this fiction please left this page.
I make this for fun. Refreshing and just share not for bash or war.
Thanks.
.
.
.
Ayah yang menentangku..
dan disitulah awal dimana aku memulai semuanya dari nol..
.
.
.
August, 2007.
Suasana sore hari di Bucheon saat ini hujan deras, semua orang yang ada disana berusaha untuk menghindari hujan dengan payung dan mantel atau sekedar berteduh di pinggir jalan atau emperan toko. Namun tidak dengan pria remaja satu ini, ia berlari sekencang mungkin.. dengan wajah yang penuh luka lebam dan airmata yang sedari tadi keluar dari mata kecilnya. Byun Baekhyun, pria itu baru saja dipukuli oleh ayahnya sendiri. Alasan yang sebenarnya membuat Baekhyun sakit hati. Dan tidak mau menemui ayahnya kembali.
"BAEKHYUN! BERHENTI KAU!" Teriak sang ayah dari kejauhan.
Namun Baekhyun terus berlari sekencang mungkin, tidak peduli baju sekolahnya yang basah, nyeri disekitar wajahnya dan airmata yang terus keluar.
"BAEKHYUN!"
Baekhyun berbalik, dan menatap ayahnya yang mulai kelelahan, masih sama seperti tadi. Di tangan kiri sang ayah ada ikat pinggang besi yang dipakai untuk memukulnya tadi.
"Ayah.. aku tidak mau." Baekhyun berkata sesenggukan melawan hujan.
Tuan Byun menghampiri anak bungsunya itu, kemudian berkacak pinggang depannya.
Baekhyun menciut, ia tundukkan kembali kepalanya.
"Kau tidak mau? Sadarlah, dirimu ini seorang laki-laki! Apa pendapat guru dan teman-temanmu nanti mengetahui kau berhubungan dengan sesama jenis huh?" tuan Byun terus memarahi Baekhyun.
Ya.. Baekhyun memang seorang penyuka sesama jenis, dan ayahnya sangat menentang hal itu. Baekhyun ke pergok oleh sang ayah sepulang sekolah tadi saat ia berpelukan dengan sang kekasih. Dan hal itulah yang membuatnya mendapat pukulan keras dari ayahnya sendiri.
Baekhyun mendongak, mencoba menatap mata sang ayah yang sedang murka. "Ayah.. aku tidak mau.." Baekhyun berkata lirih.
"Ayo pulang!" Tuan Byun menarik sebelah lengan Baekhyun yang memerah. Baekhyun tidak juga beranjak dari tempatnya. "Baekhyun! Ayah mencoba sabar sedari tadi ya! Ayo pulang!" Tuan Byun mulai meninggikan intonasi suaranya.
Baekhyun menarik paksa tangannya, tetapi ketika ia hendak berlari, dengan cekatan tuan Byun menarik paksa kembali tangannya. "Kurang ajar kau! Ini demi kebaikanmu! Cepat.. kita pulang sekarang juga dan selesaikan masalah ini secara jantan!" Tuan Byun kini menyeret Baekhyun dengan kedua tangannya, Baekhyun mencoba berontak namun ia tidak mempunyai kekuatan yang lebih besar dari ayahnya.
.
.
.
.
Setibanya di depan rumah, Baekhyun di dorong paksa oleh ayahnya untuk masuk ke dalam rumah kecil mereka.
"Jae Hyun! Cepat kesini!" Tuan Byun berteriak kencang memanggil sang istri yang sedang berkutat di dapur dengan anak pertamanya.
"JAE HYUN!"
"Iya sebentar sayang, ada apa?" nyonya Byun keluar dari dapur dengan terburu-buru sambil mengelap tangannya ke apron. Matanya melirik kearah Baekhyun yang basah kuyup dan penuh dengan luka lebam.
Ia menghela napas dengan perlahan, tatapannya iba menatap anak bungsunya itu.
"Kau lihat dia? Urus dia baik-baik!" Tuan Byun menatap sengit Baekhyun.
"Baekhyun.. ganti bajumu dan mandilah. Kita bicarakan ini baik-baik setelah itu, oke sayang?" Nyonya Byun tersenyum simpul kearah Baekhyun. Kata-katanya lembut, tatapan matanya juga teduh. Membuat Baekhyun mau tak mau menangis kembali.
"Mama..." Baekhyun hendak memeluk ibunya itu, namun ucapan ayahnya sendiri yang membuat nyalinya ciut.
"Malu lah pada alat kelaminmu sendiri, cih.. anak lelaki macam apa kau yang sangat melakonis! Contoh kakakmu Byun!"
Baekhyun menatap ayahnya sekilas, kemudian beranjak keatas menuju kamarnya dan membanting pintunya kencang.
Nyonya Byun yang sedari tadi memperhatikan Baekhyun, kini menatap suaminya. "Kau tidak perlu memukulinya ditengah jalan seperti itu, sayang." Ucapnya lembut.
"Biar saja, biar kekasihnya itu liat jika aku sangat amat membenci hubungan mereka."
"Tapi Baekhyun sudah besar, umurnya sudah lima belas tahun. Ia sudah mengerti rasa malu, dan ia sudah tidak pantas mendapat pukulan seperti itu."
Tuan Byun menatap istrinya, kemudian beranjak dari tempat duduknya. "Malu kau bilang? Aku lebih malu mempunyai anak sepertinya, kau tau? Percuma saja kita menyekolahkannya tinggi-tinggi dan membayar seluruh biaya kegiatan hapkido jika pada akhirnya ia menjadi penyuka sesama jenis!" Tuan Byun menaikkan suaranya.
"TAPI TIDAK DENGAN MEMUKULNYA! AKU SAKIT MELIHAT BAEKHYUN SEPERTI ITU!" Nyonya Byun yang sedari tadi mencoba pelan, akhirnya meledak juga.
"Kau berani membentakku demi anak itu? AKU MEMUKULNYA KARENA IA SALAH!" Tuan Byun menatap istrinya dengan tatapan tajam.
"Dimana letak salahnya hah? Semua butuh proses Byun Bae Woo!"
"JELAS SALAH! IA SALAH! IA MELANGGAR KEHENDAK TUHAN, KAU TAU? Sudahlah, kau tidak perlu membelanya kali ini! Aku akan memindahkannya!" putus sepihak tuan Byun.
"KAU-" Nyonya Byun menunjuk tuan Byun dengan jari telunjuknya, menatapnya tajam. Namun tidak ia teruskan perkataannya.
Ia berlalu, menaiki tangga menuju kamar Baekhyun. Meninggalkan tuan Byun sendirian di ruang tv itu.
"Baekhyun.. buka pintunya.." Nyonya Byun mencoba untuk tenang.
"Masuk saja mama.." Ucap Baekhyun dari dalam.
Pintu dibuka oleh nyonya Byun dari luar, kepalanya yang pertama menyembul dan memperlihatkan senyum tenangnya kearah Baekhyun. Baekhyun sendiri baru saja mandi dan berniat memakai bajunya.
Nyonya Byun melangkahkan kakinya memasuki kamar Baekhyun yang penuh dengan warna biru langit.
Baekhyun telah selesai berpakaian, kemudian ia duduk di pinggir kasur menghadap ibunya yang sedang duduk di kursi meja belajarnya.
Nyonya byun menggenggam sebelah tangan Baekhyun. "Mama sudah memperingatkanmu kan untuk tidak berhubungan dengannya, sayang. Ayahmu sangat marah ketika melihat kau berpelukan tadi. Maafkan mama, mama sudah mencoba mengalihkan perhatiannya sebenarnya, namun tuhan berkata lain Baek.." jelas nyonya Byun tenang.
"Mama.. tapi aku tidak ingin pisah dari Daehyun.."
"Pasti sakit ya lukamu ini? Ingin memeluk mama?" nyonya Byun mengalihkan pembicaraan. Kemudian tangannya terlentang lebar sebagai tanda siap menerima pelukan dari buah hatinya.
Sejenak Baekhyun terdiam menatap mata ibunya mencari kenyamanan, dengan satu senyuman Baekhyun memeluk ibunya erat.
"Kau tau sayang.. mama tidak pernah melarang kau dengan siapa dan ingin bagaimana kau mencintai seseorang. Namun, mama setuju apa yang dikatakan dengan ayahmu.. tuhan melarang kita bukan, untuk mencintai ciptaannya yang sesama jenis?" ucap nyonya Byun pelan seraya mengelus surai hitam Baekhyun.
"Kau mungkin akan di pindahkan oleh ayahmu, mungkin kerumah nenek.. mama harap kau bisa memikirkan keputusanmu kembali sayang, tidak semua perempuan di dunia ini sejahat dan mempunyai hati busuk seperti kekasihmu dulu. Kau harus ingat itu." nyonya Byun terus menasihati Baekhyun dengan suaranya yang tenang.
"Aku tidak ingin pisah dengan Daehyun, mama.. aku mencintainya.." Baekhyun berkata lirih, suaranya teredam di dada sang ibu.
Nyonya Byun melepas pelukan mereka, kemudian menangkup wajah sang anak. "Baekhyun.. tatap mama.."
Baekhyun menatap mata sang ibu yang teduh. "Usiamu masih terlalu kecil untuk mengerti arti cinta sesungguhnya sayang, mungkin perasaanmu pada Daehyun saat ini hanya sekedar rasa sama-sama suka, saling menyayangi dan saling membutuhkan satu sama lain. Kau belum bisa menyimpulkan itu cinta, masih jauh perjalanmu untuk mengartikan itu cinta. Kelak.. akan ada yang memikat hatimu dengan arti cinta sesungguhnya. Jadi sekarang.. jangan menangis.. ayah bisa marah melihat atlet hapkido kebanggaannya ini melakonis seperti ini.." Ucap nyonya Byun sambil tersenyum.
Baekhyun ikut tersenyum, kemudian memeluk sang ibu kembali. "Aku menyayangimu mama, semoga mama selalu dalam lindungan dan diberkahi tuhan."
"Ameen.. cha.. sekarang kita temui ayahmu ya. Setelah itu kita bersihkan lukamu ini. Mama sangat menyayangkan wajah dan kulit sebagus ini penuh luka lebam."
Baekhyun hanya tersenyum, kedua orang berbeda gender itu keluar dari kamar dengan posisi saling merangkul. Menuruni anak tangga dan kemudian duduk berhadapan dengan tuan Byun dan Baekbeom, kakak pertama Baekhyun.
"Baekhyun.. ayah ingin bicara." Tuan Byun membuka percakapannya lebih dulu, menatap sang bungsu yang berada disamping istrinya.
"M-mau bicara.. ap-apa ayah?" Baekhyun merunduk, suaranya terdengar gugup. Tidak berani menatap mata sang ayah.
"Setelah semester genap nanti, ayah memindahkanmu ke rumah nenek, kau akan melanjutkan studi mu disana." Keputusan tuan Byun mengejutkan kedua putranya.
"Ayah.. Baekhyun masih harus menyelesaikan satu tingkat lagi, bukankah itu sangat singkat? Biarkan saja Baekhyun disini sampai ia lulus.." Baekbeom membela sang adik, tentu yang dikatakannya benar. Karena letak rumah nenek Baekhyun berada di dataran tinggi, daerah pegunungan. Dan akan berpengaruh pada studi adiknya itu.
"Ayah tidak ingin dibantah, kau pilih.. melanjutkan sekolah di Gangwondo atau kau berhenti sekolah dan bantu ayah bekerja?" Tuan Byun sedikit menaikkan volume suaranya.
Baekhyun menatap sang ibu yang tengah menggenggam tangannya. "Mama.. aku tidak mau.."
"JANGAN-ADA-YANG-COBA-MEMBELANYA!" Tuan Byun kembali menekan setiap perkataannya ketika mendengar rengekan Baekhyun.
"Sayang.. benar kata Baekbeom.. Baekhyun hanya satu tingkat lagi dan kemudian ia lulus.. setelah itu.."
"Cepat ambil keputusanmu Baekhyun! Ayah tidak akan membuat penawaran yang lain selain itu.." Tuan Byun mengabaikan ucapan istrinya.
"B-baiklah.. aku.. akan.. ke rumah nenek."
"BAGUS! Ayah harap kau tidak mengulangi kesalahanmu dengan berhubungan sesama jenis lagi. Muak sekali melihatnya." Tuan Byun berlalu, meninggalkan ruang tv itu.
"Mama.." Baekhyun menjatuhkan airmatanya, kemudian memeluk ibunya erat.
"Baekhyun.. hyung janji akan mengunjungimu sesering mungkin. Kau tenang saja.." Baekbeom mencoba menghibur adiknya yang sedang bersedih.
"Nenek tidak sejahat ayahmu sayang, tenang saja.. mama akan bantu." Nyonya Byun mengelus surai hitam Baekhyun dengan sayang..
.
.
.
.
March, 2010.
Setelah upacara wisuda, semua siswa dan siswi menghampiri para orangtua mereka. Tidak terkecuali pria dengan wajah imut ini. Ia berlari menuju keluarganya yang sedang menunggunya di ujung lorong.
Setelah sampai depan keluarganya itu, si pria imut ini memeluk wanita yang paling ia sayangi lebih dulu.
"Mama.. aku akan pergi ke Busan." Suara seorang pria yang beranjak dewasa itu terdengar di ujung lorong aula, berbicara seoarang wanita yang ia panggil dengan sebutan mama.
"Kau yakin sayang? Tidak ingin meneruskan kuliah di Incheon saja?" ucap sang lawan bicara.
"Tidak mama.. keputusanku sudah bulat, aku ingin melanjutkan kuliah saja di Busan. Mama kan tau, aku sangat ingin memasuki perguruan tinggi khusus musik. Dan itu hanya ada di Busan."
"Baekhyun.." Wanita itu menyebut nama anaknya dengan suara lembut, "Mama khawatir dengan dirimu sayang, tidak ada sanak saudara kita disana, bagaimana kau hidup nanti, bagaimana dengan makan dan juga-"
"Mama.. aku sudah besar, usiaku sudah delapan belas tahun, sebentar lagi juga sembilan belas kan? Mama tidak perlu khawatir, aku akan hidup dengan baik." Baekhyun tersenyum kearah ibunya.
"Bagaimana jika ayahmu tidak menyetujuimu sayang?"
"Aku sudah berbicara pada ayah sebulan yang lalu, ayah setuju dengan syarat.. aku tidak mengulangi kejadian saat usiaku lima belas tahun, hehe." Baekhyun tersenyum, memang sejak ia pindah ke rumah neneknya, Baekhyun tidak pernah berhubungan lagi dengan yang namanya cinta. Ia fokuskan dirinya pada studi demi kebahagiaan sang ayah dan ibu. Dan tidak terasa, sudah tiga tahun ia hidup tanpa adanya pendamping.
"Kalau begitu, kapan kau akan berangkat sayang?"
"Karena test masuk perguruan tingginya dimulai bulan Juni, aku memutuskan untuk berangkat bulan depan mama.."
"Kalau begitu, kita pulang dan bergegas."
Nyonya Byun merangkul Baekhyun menuju parkiran, setelahnya mereka memasuki mobil dan menuju rumah nenek untuk bergegas.
.
.
.
.
April, 2010.
Baekhyun, dan keluarganya kini tiba disebuah apartement sederhana di sekitar kampus yang akan Baekhyun masuki. Baekhyun memasuki apartement yang akan menjadi tempat tinggalnya selama ia kuliah.
"Ini apartement mu Baek, ayah membelinya sebulan setelah kau meminta izin untuk ke Busan. Kebetulan sekali ayah mempunyai kenalan di daerah sini, jadi mudah aksesnya. Bagaimana? Kau suka?"
Baekhyun tersenyum simpul, kemudian menganggukkan kepalanya."Ya.. aku suka.. terimakasih ayah.." Baekhyu berkata sambil menolehkan kepalanya kearah ayahnya yang berdiri depan ruang tamu.
"Bagus. Kau bisa berbenah mulai sekarang. Jaga dirimu baik-baik. Dan tolong jangan mengulangi yang dulu-dulu. Atau kau akan ayah banting!" ucap tuan Byun.
Baekhyun hanya tersenyum simpul, matanya menatap sang ibu yang menatapnya haru.
"Mama akan sangat merindukanmu Baekhyun.. jaga dirimu baik-baik ya sayang. Perhatikan pola makan dan jangan lupa beribadah juga." Nyonya Byun memeluk Baekhyun dan memperingatkan anaknya dengan suaranya yang lembut.
"Baik mama.. aku tidak akan lupa."
Pelukan mereka terlepas. "Mama tidak akan lama Baek, Hyung-mu juga sedang membutuhkan mama. Kau tau kan ia sedang sakit?" nyonya Byun mengambil tasnya, kemudian berdiri disamping tuan Byun.
Baekhyun mengangguk, "Sampaikan salamku pada Hyung dan juga nenek." Baekhyun berujar.
"Baiklah kalau begitu, mama tinggal ya sayang.. jangan lupa hubungi rumah jika ada perlu." Nyonya Byun melambaikan tangannya kearah Baekhyun.
"Oke." Baekhyun tersenyum melihat kedua orangtuanya meninggalkannya sendiri.
Kemudian matanya beralih pada tiga travel bag yang ia bawa. "Hahh.. baiklah, hari ini aku akan berbenah." Baekhyun bertolak pinggang, sambil menatap travel bagnya.
Dan dimulailah aksi menyusun baju dalam lemari, memasak dan membereskan peralatan belajarnya. Setelah itu Baekhyun membuka laptopnya dan mem browsing sebuah situs perguruan tinggi.
"Jadi testnya di percepat bulan ini ya? Hmm.." Baekhyun menscroll down layar monitor dengan mousenya.
"Kalau begitu, aku harus mengisi formulirnya sekarang.." Baekhyu men- sign up situs tersebut, kemudian tangannya berkutat pada keyboard laptopnya. Mendaftarkan dirinya untuk sebuah test di perguruan tinggi incarannya.
"Selesai.." ucap Baekhyun lega setelah lima belas menit berkutat dengan layarnya. Setelah itu ia menutup laptopnya dan berlalu tidur.
.
.
.
.
Ini adalah hari dimana Baekhyun hendak mengikuti test sebagai mahasiswa disalah satu departement seni. Baekhyun sedang duduk seorang diri di kursi taman, sambil sesekali membaca bukunya. Test akan dimulai pukul sepuluh pagi, sedangkan ia sudah datang sejak pukul delapan, sengaja memang. Karena Baekhyun tidak ingin terlambat, lebih baik ia menunggu daripada ia terlambat dan gagal ikut test, pikirnya.
Sudah bosan dengan buku bacaannya, Baekhyun memasang earphone di kedua telinganya, kemudian memutar sebuah lagu dan menyanyikannya.
Geudael bomyeon eolgeuri bbalgaejigo
Geudael bomyeon gaseumi dugeun dugeun
Aicheoreom sujubge malhago
Geudael bomyeon gwaenshiri useumi na
Babocheoreom jakkuman geurae
Ama naege sarangi on geot gata
Baekhyun menyanyikan dengan sangat fasih lagu dari CN- Blue dengan judul Love Light itu. tak disadarinya seseorang duduk di kursi taman dengan membelakangi dirinya.
Geudaeneun lovely
Jeo haneul haetsal boda nuni busyeoyo
Nae mamsok eodun gotkkaji balkke bichuneun
Namaneui sarang bit
"suaramu bagus.." ucap seorang pria setelah Baekhyun bernyanyi.
Baekhyun terkejut, kemudian menoleh ke arah belakang, dan mendapati pria dengan topi dan mantel.
"Tuan.. berbicara pada saya?" Tanya Baekhyun ragu.
"Tentu saja, siapa lagi? Apakah kau melihat orang di sekitar sini selain kita?" pria itu kini menoleh kearah Baekhyun.
"A-ah.. terimakasih tuan.."
"Boleh berkenalan?"
Baekhyun terkejut, matanya melebar.
"Aku Junyeong, ini kartu namaku. Aku salah satu staff yang sedang mencari bakat anak-anak Korea. Kau lihat ini?" pria itu menyerahkan id card pada Baekhyun.
Baekhyun melotot sempurna. "SM Entertainment? Tuan.. anda.. dari perusahaan besar ini?"
"Ya.. ku rasa kau mempunyai peluang besar di perusahaan ini. Datanglah lusa, untuk sebuah audisi disini. kau, akan aku rekomendasikan pada atasanku. Bagaimana?" pria itu menawarkan penawaran yang sangat menggiurkan.
"Tap-tapi.. aku.."
"Datang saja jika kau berminat. Tapi ku peringatkan.. hanya orang yang di rekomendasikan yang mempunyai peluang besar, seperti dirimu. Dan penawaran ini hanya berlaku satu kali. Aku tidak akan menawarkanmu kembali.." pria itu meletakkan id cardnya di atas telapak tangan Baekhyun, kemudian berlalu pergi.
Baekhyun menatap kosong id card yang ia terima, ia bimbang dengan perasaannya saat ini.
Namun suara ponsel mengagetkannya. Segera ia rogoh saku jeansnya dan terpampang nama sang ibu dilayar ponselnya.
"Halo mama?"
"Hari ini kau ada test kan sayang? Bagaimana persiapanmu?"
"Ya.. sudah dikatakan siap mama, doakan aku ya semoga bisa lulus." Baekhyun memohon doa pada sang ibu.
Terdengar suara tawa merdu di seberang telepon sana. "Mama selalu mendoakan yang terbaik untukmu, untuk semua anak mama.. kerjakan yang benar ya sayang, jangan gugup, oke?"
Baekhyun menghela napas. "Baik mama.." namun ia mengingat sesuatu. "Mama? Aku minta saran boleh?"
"Saran apa sayang? Katakan saja."
"Aku baru saja mendapat undangan untuk audisi di sebuah label musik ternama. Mama tau SMENT? Perusahaan milik Lee sooman itu? yang mendebutkan Super Junior, Boa, Kangta dan TVXQ?"
"Tentu mama tau, lalu saran apa yang ingin kau pinta sayang?"
"Audisi ini dilakukan lusa mama, dan aku hanya mendapatkan penawaran sekali. Menurut mama, apakah aku harus ikuti audisi ini?"
"Hmm.. bagaimana ya? Mama tidak ingin memaksamu Baek, kau lebih tau minat dan bakatmu dimana. Jika kau tertarik mengikuti audisi itu ya silahkan. Apalagi kau tadi bilang hanya sekali kan penawaran itu berlaku?" terdengar suara ibunya yang setuju.
"Jadi mama setuju?" ucap Baekhyun meyakinkan.
"Mengapa tidak jika itu untuk kebaikanmu sayang?"
"Baiklah kalau begitu.." terdengar suara speaker mengumumkan jika test akan segera dimulai. "Mama.. sudah dulu ya, test ku 20 menit lagi akan dimulai. Kirim salamku pada ayah dan juga Hyung ya ma, ppaing~" Baekhyun memutuskan sambungan teleponnya, kemudian ia beranjak dan menuju gedung kampus.
.
.
.
.
Baekhyun duduk di bangku tunggu subway yang akan membawanya menuju Seoul, ia rapatkan jaketnya. Hari ini ia akan mengikuti sebuah audisi pencarian bakat. Berkat keyakinan hatinya dan dukungan dari sang ibu membuat Baekhyun membulatkan tekad untuk mengikuti audisi.
Tidak ada salahnya mencoba kan, apalagi kesempatan ini hanya berlaku satu kali? Pikirnya.
Sebuah tepukan dibahu kanannya menyadarkannya dari lamunan. Ia tolehkan kepalanya dan melihat seorang pria yang lumayan.. tampan duduk di sampingnya.
"Kau kedinginan ya?" ucap pria itu.
'Astaga.. suaranya..' Baekhyun berucap dalam hati. Untuk pertama kalinya ia terpesona lagi pada sosok pria.
"Hey?" Pria itu mengibaskan tangannya depan wajah Baekhyun.
Dengan semburat pink yang muncul dari pipinya, Baekhyun menjawab dengan gugup. "Y-Ya.. sepertinya.."
Pria itu merogoh saku mantelnya, kemudian menyerahkan dua buah hotpack pada Baekhyun. "Aku membawa lebih, kau boleh mengambilnya."
Sejenak, Baekhyun tatap pria itu, selain tampan.. ternyata pria ini baik.
"Te-terimakas-sih.." Baekhyun membungkuk sekilas.
"Kau ingin kemana?" pria itu bertanya kembali.
"Aku.. ingin ke Seoul.. ada undangan.." Baekhyun berucap lebih santai.
"Undangan? Anak kecil sepertimu mendapat undangan apa di Seoul?"
Baekhyun sedikit terkejut, apa kata pria ini? Anak kecil? "Usiaku sudah delapan belas tahun tuan, dan aku bukan anak kecil lagi. Baru saja kemarin aku ikut test disalah satu perguruan tinggi." Baekhyun membela dirinya, kemudian melanjutkan.. "Aku mendapat undangan dari seorang staff SMENT."
Pria itu menoleh. "SMENT? Perusahaan enterntain itu?"
"Ya... untuk sebuah audisi. Audisi pencarian bakat."
Pria itu hanya menganggukkan kepalanya. "Selamat ya.. semoga kau lulus.." ucap pria itu.
Dan untuk pertama kalinya Baekhyun melihat senyum itu, dengan refleks Baekhyun juga membentuk sebuah senyuman..
"Oya.. Kenalkan.. aku.."
.
.
.
.
.
"Namaku Park Chanyeol.."
.
.
.
.
.
"Usiaku sama denganmu.."
.
.
.
.
.
"Aku Byun Baekhyun.."
.
.
.
.
.
Dan merekapun berjabat tangan sambil tersenyum satu sama lain.
.
.
.
.
.
.
.
TBC.
.
.
.
A/N.
Fanfic baru, ide baru. And the first time buat fanfic YAOI.
Sebenarnya ff ini ide dari kak Ije, kakak sepupu yang sangat luar biasa dengan cerita-ceritanya tentang kehidupan Baekhyun.
Entah benar atau tidak sih, sebenarnya. Karena kak Ije sendiri bilang, belum bisa dikatakan benar.
Jadi ini itu menceritakan kehidupan Baekhyun yang selama ini tersebar dikalangan fansite ataupun fans. Itu aja.
Dan muncullah ide untuk bikin ff ini, dengan tujuan.. siapapun kalian.. haters sekalipun.. iniloh bayangan kehidupan realnya Baekhyun.
Ya meskipun Cuma sebuah imagine aja.
Silahkan dibaca dan di review.
Jangan lupa juga baca dan review ff pertamaku, overdose with love.
Ps : kemungkinan overdose with love di update dua hari lagi, jadi mohon bersabar ya.
Thank u~
-Cause CB are my Flashlight-
-Bap3arls-
