Prologue -Ira and Riri
Dia terbangun dari tidurnya dan melihat sekeliling. Dia sudah berada di tempat yang misterius, Tempat itu adalah sebuah ruangan berwarna merah darah.
"Dimana aku...?"
Dia mulai bertanya pada dirinya sendiri,lalu bangun dari tidurnya dan berdiri. Dia lalu melihat sebuah pintu. Dia mulai mendekati pintu tersebut. Sebelum dia mencoba memegang pegangan pintu terdengar suara bunyi kunci.
'Clek..'
dia tidak tahu apakah itu bunyi pintu yang terkunci atau terbuka.
"Glup.."
Dia menelan air liurnya. Perasaan tidak karuan dan berkecamuk didalam hatinya membuat tubuh dia bergetar.
Dia tidak berani untuk memanggil dan berkata 'Siapa disana' dia terlalu takut untuk melakukan hal itu.
Sedikit demi sedikit dia mulai menjauhi pintu tersebut, mundur sedikit demi sedikit. hingga dia menyentuh
tembok dan merasakan sesuatu yang basah dan lengket menempel dipunggung dan di tangannya.
"Apa ini...?"
Dia lalu melihat telapak tangannya, dia terkejut dengan apa yang dia lihat. Pikirannya mulai liar dan dia mulai berpersepsi dengan apa yang dia lihat.
"Darah.. bukan ini bukan darah kan, ini cat kan?"
Lalu dia mulai mencium bau di tangannya. Pikiran dia mulai tidak karuan, kepanikan mulai terlihat dari sikap yang dia keluarkan, dia sudah yakin dengan apa yang dia cium, itu adalah bau 'Darah'.
"Aku harus keluar dari tempat ini!"
Dia mulai panik dan mulai berlari mendekati pintu. sesaat kemudian dia sudah berada dibalik pintu tersebut.
Dia telah membuka pintu dan berada di sebuah taman besar.
"Ah.. Hujan." ucapnya melihat keadaan.
Dia mulai melihat sekeliling dia lagi, dan melihat kembali sebuah pintu dan berjalan kerarah pintu.
Sebelum dia sampai, dia terdiam saat melihat seorang perempuan disebelahnya. Dia mulai mendekati perempuan yang dia lihat tapi dia mulai merasakan keanehan karena saat dia mendekat perempuan itu juga mendekat.
"Tunggu itu cermin.."
Dia mulai merasa bodoh karena dia lupa dengan wajahnya sendiri, tapi saat ia melihat lebih jauh di cermin tersebut terlihat seseorang, seseorang itu memegang sebuah gergaji mesin dan mendekati ke tempat dimana dia berdiri.
"Eh..!?"
Dia lalu mulai membalikan badan dan melihat orang itu, dari jauh terlihat seperti manusia tetapi saat mulai lebih dekat terlihat seperti monster. tangannya menyatu dengan gergaji mesin dengan wajah yang tertutup oleh kain seperti mumi dengan jaket besar berwarna hitam.
Dia termenung melihat sosok mengerikan tersebut. ketika dia mulai menggerakan kakinya, dia terkejut karena dia tidak bisa bergerak sama sekali, satu milimeter pun dia tidak bisa bergerak. monster tersebut berjalan dan jarak diantara mereka semakin dekat. Tiba-tiba terdengar suara gergaji mesin tersebut dinyalakan.
Dia mulai memberontak dan berteriak keras di dalam hatinya, 'BERGERAK!' tapi usaha tersebut tidak membuahkan hasil.
Akhirnya dia mulai mengingat sesuatu, tiba-tiba sebuah tangan muncul dari bawah kakinya memegang kedua kakinya, saat dia menegakan kepala monster tersebut sudah berada tepat di depan wajahnya. Tidak bisa berteriak atau pun bergerak hanya terpaku dalam ketakutan.
Dia mulai menutup matanya dan berharap itu semua hanyalah mimpi, dan ketika dia membuka matanya dia sudah berada dikamarnya kembali, hanya dia tidak merasakan ketenangan sama sekali tapi dia merasa kalau ada sesuatu yang aneh dan menganjal dihatinya, ada sesuatu yang tidak beres.
Seluruh tembok dikamarnya mengeluarkan cairan merah kental, dan berbau amis. saat itu terjadi, dia tidak bisa bernapas dengan baik dan semakin dia mencoba mendapatkan oksigen dia malah makin semakin sesak. Napasnya mulai tidak teratur. penglihatannya pun mulai berubah, apa yang dia lihat semuanya menjadi merah darah.
Dia mulai mencoba keluar dari kamarnya dan membuka jendela dan berdiri di balkon agar bisa mendapatkan udara lebih banyak dan tentu udara segar. tapi bukannya udara segar yang dia hirup, tapi malah bau darah yang semakin menyengat.
Ketika dia menutup hidungnya, bau darah malah semakin menjadi. Lalu alangkah terkejutnya dia, karena apa yang dia lihat ditangannya adalah darah juga. dia muali melihat lengan, kakinya, tubuhnya dan mengusap kepalanya yang dia rasakan adalah cairan yang mengalir keluar. Itu adalah 'Darah' dia yang keluar dari seluruh bagian
tubuhnya.
Lalu tiba-tiba, pandangannya mulai kembali normal dan warna merah darah sedikit demi sedikit mulai hilang, darah ditubuhnya pun mulai ikut hilang, Saat melihat hal tersebut, dia mulai bisa bernapas dengan normal, bau amis darah sudah mulai menghilang. Dia mulai tenang dan menganggap itu semua hanyalah halusinasi dia.
"Haha... Aku.."
Kaki dia melemas dan dia tersungkur jatuh dalam kondisi bersimpuh. Dia melihat kelangit malam dan bulan purnama terlihat tersenyum kepadanya. 'Grung...' terdengar seperti suara mesin.
"ukh...!"
Dia merasakan sesuatu, rasanya sakit tapi hanya untuk beberapa saat dan dia mulai merasa mati rasa.
''Sejak kapan aku dalam posisi tertidur?'
Bulan purnama mulai tertutupi oleh awan hitam, cahaya yang dihasilkan oleh bulan mulai redup. melihat hal tersebut dia sudah tidak memikirkan apapun lagi tenggelam dalam keindahan cahaya bulan.
'Ah aku ingin menggapai dan memegang bulan itu dengan tanganku'
tapi saat dia mulai mencoba menggerakan tangannya, tangan dia tidak bergerak sama sekali.
Dia mulai merasakan rasa dingin yang amat sangat dan entah kenapa pandangannya mulai kabur dan dia juga
merasakan kalau sesuatu keluar dari lehernya.
tiba-tiba sesuatu menendang kepala dia.
'Eh..!?'
Kepalanya Mengelinding seperti bola, sampai akhirnya dia melihat tubuhnya sendiri sedang bersimpuh...
'Tanpa Kepala'
Berteriak, Lari, panik. Dia tidak bisa merasakan apapun lagi. Pandangan matanya mulai berubah menjadi merah lagi dan semuanya menjadi Gelap gulita. Tapi Apa yang terakhir dia lihat adalah monster tersebut...
BERDIRI TEPAT DIBELAKANG TUBUH DIA.
"- Dan begitulah Ceritanya"
"Ukh... Kau dan cerita seram-mu lagi"
"Hei jangan salah, ini adalah cerita berdasarkan kisah nyata"
"Ya.. ya.. aku tahu, cerita tentang Labirin terkutuk-kan."
"Yups, dan katanya tubuh dan kepalanya berada di tempat berbeda, tubuhnya berada di Rumah sementara kepalanya berada di Labirin"
"aku yakin ini adalah kasus pembunuhan dan bukan karena hantu atau mahkluk gaib"
"ukh.. kau tidak asik. lebih asik kalau memang dilakukan oleh hal gaib kan?"
Ketika dia menceritakan tentang hal yang mengerikan dia selalu saja menyambungkan hal tersebut dengan sesuatu yang diluar nalar dan logika, dia bernama Ira Novitasari sahabat baikku.
"bagian yang paling seram itu bukanlah karena tubuh dan kepalanya berada di tempat yang berbeda lho Rini, tetapi karena wajah 'dia' terlihat senang.. dia tersenyum."
"kalau memang seram kenapa kau ceritakan, Ira"
"Hehe.. melihat wajahmu yang seperti itu dan memunculkan berbagai macam ekspresi membuat hatiku berdebar-debar.. dan itu menyenangkan"
"Hoi.. kau ini!"
Alasan kenapa aku -Rini Novriyanti- tidak marah karena begitulah Ira, dia senang sekali menggodaku bahkan menakut-nakutiku, karena dia tahu aku sering tidak bisa tidur dengan nyenyak gara-gara cerita yang selalu dia buat. Dan yang paling menyebalkannya lagi, dia melakukan hal tersebut hanya untuk bersenang-senang.
Tetapi aku tahu satuhal dia tidak ada maksud untuk menjatuhkanku atau membully-ku, ini hanyalah permainan yang biasa dia lakukan, karena aku ingat pertama kali saat kami berdua bertemu dia pernah bilang sesuatu,
'Kalau candaanku sudah keterlaluan tolong ingatkan aku, aku akan langsung meminta maaf dan aku akan menghentikan candaanku yang sudah kelwat batas dengan yang lain' .
"Hei Rini, Bagaimana kalau kita-"
"Stop disitu, aku tahu apa yang ingin kau katakan, plot seperti ini sudah biasa.. pasti kita akan pergi ke tempat itu dan menyeledikinya kan, lalu terjadi sesuatu yang tidak wajar dan membuat kita masuk dalam masalah yang besar. aku tidak ingin repot-repot dan mempertaruhkan waktu-ku dan nyawaku hingga sejauh itu"
"Hoe.. kau bisa menebak apa yang aku pikirkan Rini, tetapi berpikir sampai menemukan hal yang tidak wajar dan mempertaruhkan nyawa.. Hoe.. imajinasimu kelewat batas Sis."
"Haah.. bukannya itu yang selalu terjadi di film-film atau cerita. Konsep dimana kita mendapatkan masalah yang membuat sebuah cerita menjadi menarik"
"Kau terlalu banyak menonton film"
"Tapi serius, Kenapa banyak sekali cerita hantu dan kejadian misterius belakangan ini?"
"Ya entah kenapa terjadi sesuatu yang mungkin bukan hanya misterius tapi mengerikan"
"Sudah hentikan.. Aku mengerti..."
Aku mengatakan hal tersebut dengan lembut dan menghentikan pembicaraan karena Wajah Ira terlihat menjadi sedikit muram.
Setelah itu Ira mulai menganti subjek pembicaraan kami dengan hal lain seperti Serial drama di TV lalu pakaian lucu yang ada majalah yang dia lihat kemarin, dan biasanya pembicaraan kembali lagi ke arah sebelumnya.
"- Jadi menurutmu bagaimana kalau kita pergi ke Labirin itu?-"
"Haah-" Aku menghela napasku dan menggangukan kepalaku menandakan bahwa aku berkata 'YA'
Ira Lalu memeluk-ku dan tersenyum dengan lebar lalu mengatakan kapan kami akan berangkat ke labirin tersebut.
meskipun sebagian tempat di labirin tersebut di tutup karena kasus itu, tempat itu benar-benar menjadi
padat dan penuh kebalikan dengan yang seharusnya terjadi bukan sepi malah ramai.
"tunggu jangan pergi saat liburan kau tahukan aku itu..-"
"Tenang-tenang.. pada saat hari itu, labirin tidak penuh dengan orang."
"Hmm.. tapi sebelum itu keita pergi ke restoran di dekat labirin itu ya"
"oh.. aku mengerti.. Roger, kita akan pergi ke restoran tersebut sebelum masuk ke labirin itu"
"yups, deal. aku ingin memakan parfait yang terkenal enak disana"
"hoi... deal, aku juga ingin makan Ice cream dan kue disana, begini-begini juga aku sedikit rakus hehe..."
"hee.. padahal style tubuhmu bagus meskipun makan banyak yang manis-manis"
"itu karena berat badanku tidak pernah naik 1 kilo pun"
"ya..ya!, padahal pipimu itu terlihat chubby"
"Eh.. benarkah...!?"
Ira mengeluarkan cermin dan bercermin memperhatikan wajahnya lalu setelah sadar kalau aku hanya bercanda dia lalu menarik kedua pipiku dan tertawa lalu mengatakan '-Kau ini-'.
Bel sekolah berbunyi menandakan bahwa istirahat kami sudah selesai dan pelajaran akan segera dimulai. Ira
mengatakan 'kita akan pergi kesana 3 hari dari sekarang, jangan lupa oke!'
