Dari Boyband Menjadi Boyfriend

Rating : T

Pairing : DraRy

Disclaimer :Harry Potter milik J.K. Rowling

Dan fict ini milik Mizuki Rae Sichi

Genre : Romace—Drama

Warning : Boys Love/Shounen-ai, AU (kagak ada sihir-sihiran XD author udah nge-honor mereka lebih gede buat syuting fanfict ini XD XP), Saya nggak tau ini OOC atau engga XD, gaje, abal, dll. Kalo nggak suka, nggak usah baca XP

Summary : Ketika hampir seluruh murid Hogwarts menjadi anak-anak idol group. Dan Harry menjadi idol yang paling banyak fansnya. Bagaimana reaksi Draco yang sebenarnya menyukai Harry? Mari RnR

Multichapters

Nyehehehe XD berjumpa lagi dengan Rae dechuu ^o^ ne… kali ini saya mau mempersembahkan fict abstrak lagi nih XD ano… sekilasnya di sini Hogwarts jadi kayak 48 Family XD #terinspirasi hehehe XD tapi ini mah beneran sekolah. Hogwarts dibagi-bagi sesuai dengan asrama masing-masing. Misalnya "Gryffindor JB4" (Gryffindor Junior Boy tingkat 4) atau "Gryffindor SB1" (Gryffindor Senior Boy tingkat 1) (Kayak AKB48, JKT48, HKT48, dll). Jika mereka sudah mencapai S1, maka mereka sudah menjadi Senior tingkat 1. Sementara murid yang baru masuk di namakan dengan Junior angkatan 4. (Tingkat Senior adalah angkatan 2-1, sementara tingkat Junior adalah angkatan 4-3). Namun S1 tentu sudah tidak bisa menjadi entertainer di teater Hogwarts karena harus fokus ujian. Yahh itulah gambaran penguat dari saya XD kepanjangan yak? Oke langsung aja masuk ke TKP! ^o^


Chapter 1—Hello Hogwarts

HOGWARTS family atau Hogwarts Senior High School—merupakan sebuah sekolah sekaligus organisasi pengikat boyband dan girlband yang terdapat di Inggris Raya. Sekolah ini didirikan oleh Prof. Albus Dumbledore—seorang komposer, investor, artis senior, produser, dan ilmuan terkenal di dunia. Pria berjanggut putih ini tidak sendiri mendirikann sekolah ini—dirinya di bantu beberapa investor kaya terkenal seperti Lucius Malfoy, Amos Diggory, Tom Riddle, Sirius Black, dan beberapa investor kaya lainnya.

Boyband dan Girlband yang dihasilkan bukanlah idola yang main-main karena di sini boyband dan girlband benar-benar direbus habis-habisan hingga matang. Masa perebusan atau lebih spesifik disebut sebagai masa "trainee" bisa memerlukan waktu lama atau tidak sama sekali—ini tergantung bakat member sendiri. Penyeleksian menjadi member juga sangat ketat. Member sebelumnya harus melewati tes fisik, mental, bakat, dll. Di sini para member disebut sebagai siswa karena Hogwarts itu layaknya sebuah sekolah normal. Hanya saja mereka juga mempunyai misi untuk menjadi interteiner.

Pergantian formasi anggota tentu saja harus siaga setiap saat karena setiap siswa tentu tidak bisa setiap saat menjadi interteiner. Kelulusan siswa, izin, cedera, atau hal-hal yang bisa membuat kosong barisan formasi grup merupakan hal yang harus diperhatikan oleh sang guru wali atau sang manager.

Hogwarts terdiri dari beberapa boyband dan gilrband. Diantaranya adalah yaitu Gryffindor, Ravenclaw, Slytherin, dan Hufflepuff. Semuanya sangat diminati oleh para penggemar di seluruh dunia karena grup-grup tersebut sangat menjunjung tinggi persahabatan dengan para penggemar. Juga grup-grup tersebut memiliki teater sendiri di seluruh pelosok dunia—jadi para anggota bisa sering tour concert keliling dunia.

.

.

.

Harry James Potter menaiki tangga di sekolah barunya. Mata dibalik kacamata bulat itu terus menelusuri seluk beluk sekolah menengah atas ini. Pada awalnya ia sama sekali tidak mau bersekolah di sekolah aneh ini—namun paksaan sang Ibu yang menginginkannya menjadi seorang artis terkenal, membuatnya terpaksa mengalah.

Saat pemuda bersurai cokelat gelap ini sedang melewati koridor, mendadak seseorang bersurai pirang platinum menabraknya hingga ia nyaris terpeleset. Untungnya pemuda lainnya itu yang berdagu lancip menyelamatkannya dengan cara menarik tangannya dan memeluknya dari insiden memalukan tersebut. Namun ini malah menjadi kejadian ekstra memalukan. Bibir tipis perawan Harry kini sudah direnggut oleh orang yang bahkan tidak dikenalnya.

Harry mencoba mendorong pemuda jangkung yang kini sedang menciumnya namun pemuda itu malah menekan punggung Harry lebih mendekat dan mencelupkan bibir itu lebih dalam ke mulut Harry. Tidak punya pilihan lain, Harry pun menendang selangkangan pemuda pirang itu hingga bibir mereka akhirnya lepas. Dengan cepat Harry menggosok-gosok bibirnya dengan kasar dan menatap pemuda itu tajam. Pemuda yang kini sedang kesakitan itu hanya meraung-raung.

"Keparat!" umpat Harry hendak pergi namun tangan pemuda itu menahannya.

"Tunggu! Siapa namamu?"

"Apa aku harus mengenalmu?" jawab Harry judes. Dirinya menepis tangan pemuda itu dan pergi. Sialnya si pirang itu malah mengikutinya.

"Justru itu kita harus berkenalan." Pemuda jangkung itu mencoba menjejerkan diri dengan langkah pemuda yang mampu memikat hatinya cepat, "By the way, namaku Draco Malfoy." Ia menjulurkan tangan—berharap pemuda berkacamata bundar itu mau menerimanya sebagai teman.

"Cih! Menjauhlah dariku!" Harry tetap acuh tak acuh dan memperlebar langkahnya agar bisa lepas dari orang sialan ini.

"Hey Harry!" seseorang berambut merah memanggil pemuda berkacamata bundar itu di tikungan koridor. Pemuda itu lalu berlari untuk mendekat menemui sohib kentalnya sejak sekolah menengah pertama.

Draco tersenyum sinis, "Oh jadi namamu Harry? Senang berkenalan denganmu, Honey!"

Dalam hati Harry hanya mengumpat dan berjanji akan menghajar Ronald Bilius Weasley itu karena telah menyebut namanya di saat yang tidak tepat. Saat Ron sudah berada di hadapan Harry, mendadak pemuda yang kini sedang tidak mood itu langsung menggandeng tangan Ron untuk pergi. Tanpa diketahuinya, Draco sedang menyeringai penuh arti.

.

.

.

Ron yang tidak mengerti awal mula kejadiannya pun mulai geram karena ia yang seolah menjadi target kemarahan Harry. Mereka pun berhenti di lorong dekat kelas.

"Tunggu, Harry! Kau ini kenapa?!" gusar Ron.

Harry menghirup oksigen sebanyak mungkin lalu mengeluarkannya dengan sedikit ogah-ogahan, "Kau lihat pemuda pirang yang tadi bersamaku?" Ron mengangguk sambil menyiritkan alis—belum menangkap maksud Harry, "Pemuda keparat itu…"

"Hey! Ternyata kalian di sini? Ayo! Kelas Professor Snape akan segera dimulai!" sesosok wanita berambut ikal cokelat mendadak memotong pembicaraan Harry dan menyeret dua pemuda sahabatnnya itu.

Mereka segera mencari tempat duduk yang kosong. Hampir saja mereka terlambat karena seluruh murid sudah berada dalam kelas ini. Harry kebingungan karena ia sepertinya sudah tidak tersisa tempat duduk. Ia merasa geram karena dengan modusnya Ron ingin duduk bersama Hermione Jean Granger—wanita yang tadi menyeret tangannya dan Ron. Namun sepertinya ia tidak benar-benar kehabisan tempat duduk. Ada satu bangku kosong di sebelah pemuda berambut pirang. Dengan leganya, ia segera mendaratkan bokongnya pada bangku kosong tersebut.

"Bolehkah aku du…." Harry tidak melanjutkan perkataannya karena saat ia melihat siapa yang duduk di sebelahnya, itu merupakan ancaman besar.

"Hi, Honey! Ternyata jodoh itu memang tidak kemana ya?"

Harry mendengus sebal lalu berdiri, "Keparat!" saat ia membalikan bahu untuk pergi, sesosok pria dengan jubah hitam berambut hitam sebahu sedang berdiri tenang sambil menatapnya dingin.

"Siapa yang keparat, Mr. Potter?" gumam pria tersebut datar.

Mendadak mental Harry menciut. Kakinya mundur selangkah, "Umm… tidak, Professor Snape. A-aku hanya sedang bercanda dengan dia."

"Duduk." Perintah Snape dengan sarkastisnya.

Mau tak mau Harry pun menuruti perintah gurunya agar detensi tidak dilontarkan untuknya nanti. Ia hanya meringis sebal saat melihat seringaian si Pirang keparat itu. Mimpi apa ia semalam hingga membuatnya sesial ini.

"Buka halaman 394!" Snape menulis beberapa kata di papan tulis.

Saat Harry sedang mencoba serius, perlahan ia merasakan sesuatu yang aneh. Rasanya ada yang meraba bagian pahanya. Ia sangat risih dan geli. Oke, kesabaran manusia itu ada batasnya—ia segera melihat apa yang terjadi. Mata hijau keabuan di balik kacamata buat itu terbelalak. Amarah mulai terkumpul dalam hatinya.

"Hentikan, Malfoy! Nnnggghh!" bentak Harry dengan berbisik. Ia tidak mau kena detensi guru yang menurut para kakak kelasnya itu sangat menyeramkan. Tangan itu terus merambat naik membuat Harry ketakutan. Hingga saat tangan itu telah sampai di tempat yang dituju Harry segera menggebrak meja lalu berdiri, "Hentikan, Keparat! Kau itu sangat mesum!"

Momen itu tentu menarik perhatian Snape dengan jelas. Dengan tatapan tajamnya ia mendekati Harry dengan santai. Ditutupnya buku yang sedang dipegang lalu berdiri di hadapan murid barunya, "Satu hari saja kau sudah membuat onar, huh? Detesi untukmu, Mr. Potter!"

Harry hanya bisa membuka-tutupkan mulutnya seperti ikan. Rasanya lidahnya kelu untuk bicara. Tangannya mengepal saat melihat pemuda yang membuatnya berada dalam masalah ini malah tersenyum licik.

.

.

.

Harry sampai di tempat latihan dengan wajah yang kusut. Hukuman guru yang selalu memakai pakaian serba hitam itu memang sangat melelahkan. Tadi ia harus menyapu aula makan sendirian dan luas aula itu tidak main-main, bung—mungkin sangat bisa untuk dibuat untuk lapangan parkir 40 truk fuso dan mungkin beberapa mobil tambahan. Otomatislah wajah Harry sudah seperti ikan yang diselamatkan dari air.

"Harry!" Hermione dan Ron menghampiri pemuda yang kini sedang duduk di bangku beton yang tersedia di beberapa bagian tembok di ruangan yang sangat luas dipenuhi cermin ini.

"Wajahmu sangat pucat dan menyedihkan, mate." Pendapat Ron sambil berkacak pinggang. Ia kini menggunakan kaos polos tipis berwarna cokelat dan celana kolor berwarna merah.

Harry menghela napas sambil melepas sepatunya, "Begitukah? Brilian." Tanggapnya lesu.

"Harry! Kau harus cepat berganti baju! Professor Lupin akan segera datang." Saran Hermione. Rambut gadis itu kini diikat dan ia menggunakan kaos wanita dengan celana pendek di atas lutut.

"Oke oke." Jawab Harry. Ia lalu berlalu menuju ruang ganti. Sialnya di sana ia malah bertemu dengan orang yang telah menyebabkannya terjatuh dalam masalah ini—Draco Malfoy, "Merlin!" umpat Harry namun ia tidak pergi—ia tidak punya pilihan karena sebentar lagi sang guru dance akan datang. Ia hanya menatap sang Malfoy dengan tajam.

"Well, well, well, kita memang jodoh ya, Honey?"

Harry sengaja menulikan pendengarannya. Untuk mencari aman, ia pun berbalik memunggungi si pirang sialan itu. Ia mulai melucuti seragam Gryffindornya lalu menggantinya dengan kaos oblong berwarna abu-abu serta celana kolor garis-garis berwarna biru dan putih.

Sementara Draco yang melihat pertunjukan memukau itu hanya bisa menelan air liur. Matanya terasa blink-blink melihat tubuh putih mulus dan terlihat sangat lembut itu. Jantungnya berdebar kencang saat melihat tubuh bagian bawah sang pemuda berkacamata bundar. Betapa terlihat padat, kenyal, dan lembutnya bokong itu saat menungging. Pikiran kotor pun seketika mampir di benaknya—bagaimana ia membayangkan Harry menungging dengan desahan meminta ingin di manjakan olehnya.

"Hey kampret! Kau kenapa senyum-senyum begitu?!" Tanya Harry menyadarkan Draco dengan mendorong-dorong si pirang itu hingga terjungkal. Ia lalu berkacak pinggang sambil melihat si pirang itu yang mengusap-usap kepalanya yang terbentur lantai, "Professor Lupin sudah datang. Dan kita harus segera ke ruangan!"

.

.

.

"Selamat sore, anak-anak! Perkenalkan nama saya Remus Lupin. Sebenarnya saya adalah guru sejarah kalian. Di sini, ada dua guru dance kalian yaitu saya dan Madam Hooch. Dan hari ini kebetulan saya yang akan mengajar kalian." Ucap sang guru bersurai pirang madu itu menatap semua murid barunya dengan ramah, "Mula-mula mari kita pemanasan terlebih dahulu agar otot kita tidak kaku dan untuk menghindari cedera." Ia menautkan jemarinya lalu meluruskan tangannya ke atas sambil berjinjit. Semua murid pun langsung mengikuti gerakan pemanasannya.

Setelah pemanasan selesai, Remus pun mengajari teknik dasar tarian terlebih dahulu. Karena materi yang harus di sampaikannya adalah hiphop, ia menjadi lebih enjoy karena inilah yang ia suka. Ia tersenyum bangga saat semua muridnya mudah untuk mempelajarinya. Lalu setelah semuanya sudah bisa mempelajarinya.

"Well done, anak-anak!" pujinya sambil bertepuk tangan bangga. Ia lalu berjalan berkeliling sambil melipat kedua tangannya di dada, "Oke, teknik dasar saya rasa kalian sudah clear. Sekarang, saya ingin tahu, apakah kalian tahu Boyband Gryffindor—The Marauders? Ayolah itu adalah boyband yang paling tersohor 30 tahun yang lalu."

Beberapa murid langsung saling berbisik untuk mendiskusikan tentang boyband itu. Tak terkecuali trio Gryffindor itu—Harry, Ron dan Hermione. Mereka kini asyik berpikir sambil beradu argumen dengan bisikan tentang boyband itu.

"Bukankah itu boyband Ayahmu, Harry?" Tanya Hermione. Ia lalu menepuk dahinya, "Ya ampun! Kenapa aku baru ingat bahwa Professor ini adalah salah satu bagian dari boyband itu?! Hanya saja saat di The Marauders, dia memiliki nama panggung yaitu Moony! Pantas saja wajahnya familiar."

Semua mata langsung tertuju pada Hermione lalu dengan cepat beralih menuju sang professor yang tersenyum kikuk.

"Kyaaaa~! Ternyata nama asli Moony adalah Remus Lupin!" jerit salah seorang gadis di situ, "Aku adalah penggemar boyband lawas yang misterius itu!"

Beberapa gadis lainnya ikut menjerit kegirangan karena ternyata para penggemar The Marauders di sini sangat banyak. Sementara sang Professor sendiri hanya menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal sambil tersenyum kikuk. Ia tidak tahu bahwa ini akan menjadi bencana—semua penggemar yang mayoritas perempuan di sini langsung mengerubunginya untuk meminta tanda tangan.

"Personel yang paling kusuka adalah Prongs! Kyaaaa~! Dia tampan sekali saat muda!" jerit salah satu gadis yang kebetulan sedang berada dekat sang trio Gryffindor.

"Hey! Asal kau tahu saja, Prongs adalah Ayahnya Harry—Mr. James Potter." Sahut Ron santai tanpa menyadari bahwa sebentar lagi sebuah bencana tragis akan menimpanya.

3… 2… 1… dan mendadak para penggemar Prongs alias James langsung mengerubungi sang generasi penerusnya—Harry James Potter.

"Kyaaaaa~! Harry! Kenapa kau tidak pernah bilang kalau Ayahmu adalah Prongs?!" jerit salah seorang gadis yang kegirangan.

"Harry! Sampaikan salamku pada Ayahmu!"

"Harry! Kapan-kapan bolehkah aku main ke rumahmu?!"

"Kyaaa~! Ternyata Harry sangat mirip dengan Ayahnya ya? Tampan! Harry aku mau jadi penggemarmu walau kita satu label! Kyaaaa~!"

Harry yang dihimpit-himpit begini terasa sangat sesak dan risih, "RON! AWAS KAU YAAA~!"

TBC (To Be Continued)


Hiyahahaha XD bukannya melanjut penpik yang udah tersedia malah membuat penpik multicep baru X3

Oke mohon bantuannya saja untuk repiu /kitten eyes