Disclaimer: One piece dan isinya hanya milik odachi seorang, story dan OC yang ada hanya milik author semata
ini fic pertama author jadi mohon maaf bila banyak kesalahan dalam penulisan kata maupun tanda baca... selamat membaca~
Warning: TYPO(s), GAJE, OOC, OC(s), DON'T LIKE DONT READ!
Keterangan:
"percakapan biasa"
'dalam hati/berpikir'
Flashback
Prolog
6 tahun yang lalu,
"Hei Mia itu aneh... kenapa kamu selalu tahan bersama dengannya?"
"Ah tak usah hiraukan masalah itu, wajar saja aku selalu tahan, asalkan berteman dengan nya aku bisa minta tolong mengerjakan tugas dan tak hanya itu... ketika aku meminta sesuatu pasti diberi apapun itu"
"Hee, hebat juga. Oh ya sudah, aku juga mau berteman dengannya kalau begitu"
"Kau tau? Jika saja dia tidak pintar dan bukan orang kaya, pasti sudah kujauhi dia... Huuhh merepotkan sekali harus bicara sendiri"
"Hahaha aku setuju"
Tawa pun memenuhi ruangan kelas sehingga tak menyadari bahwa sosok yang mereka bicarakan mendengar seluruh percakapan tersebut dibalik pintu, ia segera berlari menjauhi tempat tersebut. Dalam hatinya ia sungguh merasa kecewa dan sedih mendengar teman masa kecilnya hanya memanfaatkannya saja.
XXX
3 tahun yang lalu,
"Kenapa kamu memperlakukanku kejam seperti ini? Padahal aku menolongmu ketika kamu diperlakukan seperti ini"
"Jangan salah Mia, aku tak pernah memintamu untuk menolongku... ini semua terjadi karena kesalahanmu sendiri"
"Kupikir kau temanku—"
"Aku tak pernah menganggapmu sebagai temanku, aku tidak ingin menderita lagi... sangat sulit bagiku untuk menjalaninya, kau lebih pantas untuk mendapatkannya"
Jleb
Kata kata tersebut menusuk hati Mia, tak disangka niat baiknya malah menjadi pedang yang berbalik menyakitinya. Semenjak itu perlahan-lahan ia menutup hatinya dan mulai tidak peduli dengan keadaan lingkungan sekitar. Hati kecilnya seakan membeku sampai ia tidak bisa mempercayai lagi orang-orang yang ingin berteman dengannya. Baginya semua ucapan mengenai pertemanan itu hanyalah omongan kosong belaka yang tidak ada artinya.
XXX
Sekarang,
Mia melanjutkan kuliah ke Universitas Seni Wiro Sableng dengan mengambil jurusan Seni Lukis. Sebenarnya ia tak berniat masuk ke universitas itu, hanya saja kedua orangtuanya sudah terlanjur mendaftarkan dirinya. Teringat kembali percakapan dengan kedua orangtuanya ketika mereka memberitahukan bahwa ia sudah terdaftar di universitas tanpa sepengetahuannya. Ia pun tak punya pilihan lain selain mengikuti permintaan orangtuanya itu.
"Neng, ayah dan ibu sudah mendaftarkanmu ke universitas seni... soalnya ayah lihat kamu sangat suka melukis, jadi ayah langsung saja daftarkan kamu kesana..."
"Eh?"
"Ibu pikir itu sangat bagus untukmu. Selain bisa mengasah kemampuanmu itu, kamu juga dapat bertukar pikiran dengan seseorang yang punya minat sama denganmu. "
"Aku tidak tertarik dengan semua itu"
"Neng, jangan gitu. Ayah dan ibu sudah berusaha keras memberikan yang terbaik untukmu. Apa kamu tidak menghargai usaha kami?"
"Yang ayah katakan itu benar neng, janganlah kamu sia-siakan usaha kami berdua begitu saja. Kami sangat ingin kamu berhasil dan menjadi pelukis yang hebat suatu hari nanti."
.
.
.
Gadis yang bernama lengkap Mia Amyarti itu menghela nafas panjang. Dia merasa terbebani dengan keinginan orangtuanya, namun apa boleh buat. Mia sudah terlanjur mengiyakan, ibarat nasi sudah menjadi bubur.
'Haaahh... padahal aku tidak begitu menginginkan pergi kuliah. Aku tidak ingin bertemu dengan orang-orang, apalagi jika sampai bersosialisasi. Aku tak mau kejadian itu terulang kembali' batinnya.
Mia hanya bisa berdiri di gerbang kampus, kakinya serasa berat untuk digerakkan. Ia menatap gedung bertuliskan Universitas Wiro Sableng, tempat ia menuntut ilmu, dengan pandangan sayu seolah-olah tidak ada semangat hidup.
Universitas Seni Wiro Sableng (USWS) sendiri merupakan salah satu universitas seni yang ada di kota Bandung. Universitas ini sama dengan universitas seni lainnya yang memiliki beragam gedung tinggi menjulang dengan berbagai program studi seperti seni tari, karawitan, teater, seni rupa murni, kriya seni, dan lain sebagainya. Hanya saja yang membedakan USWS dengan yang lain adalah gaya berpakaian baik dosen maupun mahasiswanya yang nyentrik. Ada yang menggunakan gaya era 80-an, gaya abstrak, gaya metal, bahkan sampai gaya harajuku.
Mia sendiri termasuk ke dalam kelompok gaya abstrak. Lihat saja, setelan yang dikenakannya sungguhlah absurd. Mulai dari baju partai berwarna merah dengan lambang sapi hitam dan rompi polkadot hitam putih, ditambah celana jeans ketat dengan warna kuning cerah, sampai sepatu kets pun berwarna pink mencolok.
"Haaaaahhhh..." desah Mia tak semangat. Gadis kurus berambut hitam dengan kuncir ekor kuda itu terus menerus menatap gedung kampus tanpa ada niat untuk memasukinya. Gadis dengan kulit kuning langsat dan tinggi 148cm itu tetap diam ditempatnya. Namun itu semua tidaklah lama karena beberapa saat kemudian munculah gadis lain yang lebih tinggi darinya yang tiba-tiba memeluknya erat.
Mia terkejut dengan pelukan itu. Ia berbalik menatap orang yang berani mengganggunya. Rupanya si pelaku adalah Mentari. Gadis bergaya harajuku dengan rambut ombre pendek sebahu itu hanya menyunggingkan senyum lebar.
"Wow mia, hari ini kau pakai baju partai lagi? Ga bosen apa?" tanya Mentari tanpa basa-basi. Mia hanya menatapnya sinis.
"Oh ayolah, kenapa menatapku begitu? Kangen ya? Liburan semester kemarin rasanya lama banget sih..." cerocos mentari. Ia hanya menggelengkan kepalanya ketika Mia kembali mengacuhkannya. Namun Mentari tak mau kalah, ia terus menerus mengajaknya berbicara. Baginya, Mia adalah satu-satunya orang yang tidak pergi ketika dia membicarakan tentang anime. Yah, walaupun Mia juga tak pernah menanggapinya, tapi ada seseorang yang mau mendengarkannya saja, itu sudah cukup.
'Mungkin saja sekarang ini Mia belum mau mengutarakan apapun padaku, tapi aku yakin suatu saat nanti kami pasti jadi teman dekat. Yosh! Aku takkan menyerah begitu saja!' pikir Mentari berapi-api.
"Ahh?! Mia tunggu akuuu...!" melihat Mia yang melengos duluan, Mentari pun segera berlari menyusulnya dengan semangat. Walaupun kaki mia pendek tetap saja mentari kewalahan untuk mengejarnya karena mia yang terlalu gesit.
"Muu... Mia terlalu cepat... pergi kemana dia ya? Ah, sudahlah ntar juga ketemu dikelas" ujar Mentari berhenti mengejar dan berjalan pelan ke kelasnya yang berada di lantai 3.
Sementara itu Mia pergi ke kantin untuk memesan ind*mie kesukaannya. Sambil menunggu sarapan datang, ia merutuki kesialan yang menimpanya. Masing terngiang dengan jelas awal pertemuan dirinya dan Mentari.
Semua itu dimulai dari gantungan kunci berbentuk kepala rusa yang ditemukannya di swalayan. Tertarik dengan gantungan itu, ia pun membelinya dan segera memasangnya di ransel. Sialnya, ketika hari pertama masuk kuliah, di kelasnya ada seseorang yang langsung mengenali gantungan kunci itu. Usut punya usut ternyata kepala rusa itu merupakan salah satu karakter yang ada di anime.
"Uwoooohhh...dimana kamu beli ini?! Udah lama banget aku nyari gantungan ini... oi oi, katakan padaku kau beli dimana? Aku nyari dimana-mana tapi ga ketemu-ketemu" tiba-tiba seorang gadis cantik dengan rambut ombre mendekati Mia dan langsung terkagum-kagum melihat gantungan kunci berkepala rusa.
"Ini chopper kan? Dokternya kru topi jerami yang di one piece? Iya kan? Iya kan? Aku suka banget sama dia... eh, apa kau juga suka chopper?" lanjutnya menatap Mia dengan mata berbinar-binar. Mia hanya mengacuhkannya dan tak ingin berlama-lama didekat orang yang tak dikenalnya itu. Ia pun bergerak menjauh namun rupanya gadis itu semakin mendekatinya.
"Hei, apa mungkin kau juga suka anime? Senangnya punya seseorang yang juga suka anime. Aku punya banyak koleksinya, kamu mau? Oh ya, anime favoritmu apa? Kalo aku sih one piece" celoteh gadis itu lagi tanpa memberikan kesempatan bagi Mia untuk menghindar. Merasa tak ingin diganggu, Mia memutuskan untuk memberikan gantungan kunci itu padanya dengan perkiraan gadis ombre berhenti mengoceh dan pergi meninggalkannya sendiri. Namun ternyata diluar dugaan, gadis ombre itu malah semakin bersemangat dan bahkan mengklaim jika dirinya dan Mia adalah teman.
"Hwaaaaa... Ini untukku?! Kau serius? Kau benar-benar serius? Ini bukan mimpi kan? Ya ampun, kau baik banget! Sankyuuuu~ kau teman terbaik yang kupunya... ah, aku lupa belum memperkenalkan diri. Namaku Mentari, siapa namamu?" gadis ombre yang ternyata bernama Mentari itu memeluk Mia erat-erat. Karena tak ada jawaban dari Mia, Mentari melirik buku catatan yang dimiliki Mia.
"Hm... Mia ya? Baiklah, salam kenal ya...nanti aku tunjukin deh koleksi-koleksiku, trus ntar kalo ada festival kita bisa pergi bareng deh, trus trus hunting komik bareng... yaaaayyyy, ga sabar rasanya... iya kan Mia?"
.
.
.
"Huh... ini merepotkan sekali. Kenapa aku bisa bertemu dengan makhluk semacam itu? Gara-gara gantungan kunci rusa itu, aku jadi sial begini...haaahhh..." gerutu Mia sebal. Tak lama kemudian ind*mie pun datang dan mood Mia pun berubah drastis 180 derajat.
"Ah~ ind*mie memang enak!" ujarnya senang.
XXX
Jam dinding menunjukkan pukul 11.00 WIB menandakan berakhirnya semua mata kuliah bagi mahasiswa semester II jurusan seni lukis. Mentari bergegas merapihkan ranselnya dan beranjak menuju bangku Mia.
"Miaaaa, di Braga ada pameran buku nih... kesana yuuu~" sahut Mentari setibanya ditujuan. Mia hanya bisa pasrah dengan kekuatan gorila Mentari yang berhasil menyeret paksa dirinya dari bangku tercinta. Untung saja barang-barang sudah dibereskan jika tidak, mungkin terpaksa harus ditinggalkan di kelas.
'Padahal aku ingin pulang, kangen kasur... ugh dasar ombre, merepotkan sekali' rutuk Mia dalam hati tentunya. Ia tak ingin membuat masalah dengan Mentari karena sifat keras kepalanya itu susah untuk dilawan. Mia tau tipe orang seperti Mentari itu tidak bisa menerima kata tidak, entah karena sifatnya yang tidak mudah menyerah, entah karena dia memang orang yang keras kepala.
"Hei hei kudengar disana ada banyak stan komik. Kita harus mengeceknya satu satu, jangan sampai ada yang terlewat. Abis banyak banget komik yang mau kubeli... uwaaahhh ga sabar ingin cepet-cepet sampe... nyeheheh..." Mentari ngiler membayangkan gundukan komik yang akan dibawanya pulang. Sementara Mia menutup kedua telinganya, tidak ingin mendengar celotehan-celotehan Mentari.
Setibanya di tempat pameran buku, Mentari berteriak histeris dengan banyaknya komik yang diobral. Dia segera menyerbu komik-komik tersebut dengan ganas menyebabkan orang-orang yang disekitarnya ilfil. Mia segera menjauhi Mentari dan pura pura tidak mengenalnya. Namun sayang sekali, usahanya itu gagal ketika Mentari berteriak namanya dan menyeretnya untuk membawakan komik yang sudah dibeli.
'Banyak amat komik yang dia beli' Mia tertegun melihat belanjaan Mentari.
"Nah, bawakan yang ini ya... aku masih mau cari komik yang lain. Masih banyak nih yang belum dapet" ujar Mentari sambil menyodorkan beberapa kantong ke Mia.
'Gila! Udah banyak gitu masih mau nyari lagi?! Ampun, buset dah... semoga aja bisa cepet beres, kaga sanggup jika harus kubawa semuanya... ' batin Mia sambil menerima sodoran kantong belanja. Mentari langsung ngacir ke stan berikutnya meninggalkan Mia sendirian.
'Waduh, langsung pergi gitu aja? Haaahh... benar-benar merepotkan meninggalkan barangnya trus ngacir entah kemana...huh? coba lihat buku apa yang dia beli... salah sendiri ninggalin disini, bongkar-bongkar ahh...' sebal dengan kelakuan Mentari, Mia akhirnya mengaduk-aduk isi kantong belanjaan Mentari.
'Huh? Gambar cover ini mirip seperti kepala rusa yang kubeli dulu... inikah komik one piece yang sering diceritakan si ombre itu?' Mia mengambil komik one piece dari kantong belanjaan karena penasaran dengan isinya. Sayangnya, komik itu masih disegel dan Mia tak berani membuka segel atau Mentari nanti malah makin bawel padanya. Mia mengaduk-aduk kantong lagi dan mencari komik one piece yang tidak disegel.
'Ah! Ini dia yang sudah tak ada segelnya. Hm... one piece volume 50? Apa tak ada volume 1? Tapi aku tak mau mencari-cari lagi.. ya sudahlah yang ada saja' dengan segera Mia membuka komik itu. Tiba-tiba cahaya terang yang menyilaukan keluar dari dalam buku itu.
'Ca...cahaya apa ini? Te...terang sekali... ke-kenapa dengan buku ini?! Aku seperti ditarik kedalamnya. si-silaunya!' tanpa disadari Mia memejamkan matanya, tapi ketika ia membuka kembali matanya pemandangan yang ia lihat benar-benar berbeda.
XXX
Mia POV
'Tempat apa ini? Ini dimana? Bukankah aku tadi di pameran buku? Kenapa tiba-tiba ada di laut?' pikirku heran. Aku benar-benar bingung dengan kejadian ini. Sebelumnya aku di braga, dan sekarang aku di laut? Bagaimana mungkin?! Apa jangan-jangan cahaya dari komik itu yang membawaku kemari? Sepertinya aku sudah gila, atau mungkin ini hanya mimpi? Ya, pasti ini mimpi. Kucoba mencubit pipiku keras-keras.
"Adududuhh... ini sakit sekali... berarti... INI BUKAN MIMPI?!" teriakku shock. Aku bingung dengan keadaan ini. Kepalaku jadi sakit memikirkannya.
.
.
.
Aku melihat sekelilingku. Rupanya aku ada di sebuah kapal kosong. Mungkin kapal ini sudah rusak dan ditinggalkan penghuninya. Layarnya sobek, tong-tong kosong berserakan dimana-mana, banyak bekas goresan dan retakan di dinding kapal. Kapal ini tak begitu besar, mungkin sedikit lebih kecil dari caravel. Sedang asik berjalan-jalan menyusuri kapal, tiba-tiba terjadi guncangan hebat. Aku hanya bisa memegang pinggiran kapal sambil berharap semoga tak terjadi apapun. Diluar dugaanku ternyata guncangan itu berasal dari kapal yang kunaiki ini.
KREEEEEKKKK KREEAAAAKKK KRAAAAKKKK
"EEHHH?! KAPALNYA BELAH?!" teriakku kaget sambil memegang kuat kuat pinggir kapal. Kurasa aku harus cepat cepat pergi dari sini.. tapi bagaimana caranya? Tak ada sekoci ataupun kapal yang lewat. Bukan Cuma itu, aku ada di tengah-tengah lautan. Hanya ada laut yang terbentang luas kemana pun aku memandang.
'Apa aku akan mati disini?' pikirku panik. Sebelum aku sempat melakukan apapun, tempatku berpijak tiba-tiba terbalik dan aku pun jatuh ke laut.
BYUUURRRR
Tak ingin tenggelam begitu saja, aku meraih sebongkah kayu yang ada di dekatku dan mencengkramnya kuat. Dalam pikiranku hanyalah kayu itu bisa mengapung di air, dan aku akan selamat. Aku memikirkan itu berulang-ulang kali sampai kesadaranku menghilang.
.
.
.
TBC
Author note:
-Profil OC (Mia Amyarti)-
Nama: Mia Amyarti
Tinggi/Berat: 148 cm/34 kg
Gender: Perempuan
Hobby: melukis, mendengarkan musik
Favorit: lukisan, ind*mie
Benci: menunggu air mendidih, orang yg berhianat, gosip, orang bermuka dua
Sifat: cuek, apatis, dingin, pendiam, penyuka kucing
Penampilan: karena Mia payah dalam fashion, maka dia mengenakan apapun yang ada di lemarinya, bahkan kaos partai pun dipakai kuliah. Dalam kesehariannya (diluar kuliah) hanya memakai kaos dengan warna neon, celana katun dengan motif nirmana dan sepatu kets. Mia mempunyai kulit berwana kuning langsat dan rambut berkilau berwarna hitam yang selalu diikat ekor kuda. Mia juga memiliki mata hitam yang lentik namun tak begitu besar, hidung tanggung (ga pesek tapi juga ga mancung), dan bibir yang mungil. Menurut Mentari dia itu termasuk kategori imut, hanya saja dengan fashionnya yang begitu unik, keimutannya serasa hilang ditelan fashionnya sendiri.
Mia itu tipe orang yang pendiam diluar tapi cerewet didalam. Dia sukar bergaul dengan orang baru, karena sifatnya yang pendiam itu. Makanya, dia jadi jarang menampilkan ekspresi di wajahnya. Penyebab dia menjadi pendiam itu gara-gara waktu kecil ia tak pernah main ke luar dan bergaul dengan orang seusianya. karena itulah dia menjadi kaku ketika berada di keramaian. Sejak kecil ia hanya punya 1 orang teman dan itu pun dikenalkan oleh orangtuanya sendiri, karena melihat anaknya yang selalu kesepian ditinggal kerja. Rumah temannya itu tak jauh dari tempat tinggal Mia, karena itulah mereka selalu bermain bersama di kamar Mia. Meskipun begitu, Mia masih malu-malu untuk mengutarakan perasaannya. Hal itu membuat temannya berpikir bahwa Mia tak berniat untuk bermain dengannya, karena itulah ia mencari teman lain dan hanya memanfaatkan kelebihan yang Mia punya untuk kepentingannya sendiri. Betapa hancur hati Mia ketika mengetahui hal itu, dia mencoba untuk melupakannya dengan fokus pada pelajaran. Namun beberapa tahun kemudian, kejadian yang sama terulang kembali, bahkan lebih parah. Ia dibully oleh senior-seniornya demi menolong temannya, namun temannya itu berbalik tidak mengakuinya. Semenjak itu, ia menjadi benci pada pertemanan dan tidak percaya pada siapapun, kecuali kedua orangtuanya. Akibat dari semua kejadian itu, Mia semakin sulit untuk mengekspresikan dirinya sehingga dilampiaskanlah kesulitan itu melalui lukisan-lukisan yang dibuatnya. Jika saja ada seseorang yang mau menghabiskan waktu dengannya, maka orang itu akan tau bagaimana perasaan Mia yang sesungguhnya. karena ekspresinya itu mudah sekali ditebak dari matanya.
-Profil OC (Mentari Aulia Putri)-
Nama: Mentari Aulia Putri
Tinggi/Berat: 165 cm/50 kg
Gender: Perempuan
Hobby: menggambar karakter, mendengarkan musik, nonton anime, baca komik, main game
Favorit: semua hal yang berhubungan dengan one piece, nendroid/figma, sushi, pocari
Benci: karedok, makanan manis, makanan pedas
Sifat: keras kepala, periang, penghayal, cerewet, tidak mudah menyerah
Penampilan: Mentari selalu memakai pakaian bergaya harajuku baik itu saat kuliah maupun diluar kuliah. Rambutnya pendek sebahu dan dicat ombre, dengan poni tipis sejajar dengan alis. Terkadang rambutnya itu dikepang dua. Mentari termasuk gadis yang cantik dengan kulit kuning langsat dan memiliki mata hitam yang memberikan kesan tajam, hidungnya mancung, serta bibir yang tipis.
Mentari merupakan satu-satunya orang yang bisa menebak ekspresi Mia. Ia menghabiskan banyak waktu untuk bisa berteman dengannya, karena itulah ia jadi tau ekspresi-ekspresi yang dipancarkan Mia melalui matanya, baik itu saat kesal, bosan, marah, sedih, maupun senang. Mentari selalu berusaha agar Mia lebih terbuka padanya. Karena itu, ia selalu mengajak Mia kemana-mana seperti pada acara festival, cosplay, maupun pameran buku. Mia selalu mengacuhkan dan menolak ajakannya, tapi Mentari tak ingin menyerah sehingga ujung-ujungnya dia terpaksa harus menyeret Mia. Mentari yakin suatu saat nanti, usahanya itu akan membuahkan hasil yang positif dimana ia dan Mia akan menjadi sahabat baik.
gimana nih ficnya? Mina-Nyan tunggu ya review, kritik maupun sarannya~ :D
see u next week... XD
