Hai Minna-sama
Ketemu lagi yah sama Fire di fic keempat Fire yang berjudul 'The Ice Prince' dengan pairing GaaraXHinata ini
Hinata : Heh Fire-sama, kenapa sih elu selaluuuuu masangin gue sama si panda Gaara ini? Bosen tau gak!
Fire : Gue males ganti-ganti, Hin. Lagian waktu gue bengong2 mikirin nih fic, nggak ada tokoh cowok yang cocok disandingin ma elu di alur ceritanya. Gitu.
Gaara : *blushing tingkat akut*
Hinata : ah whatever lah. Kamu Author-nya. Terserah elu dah. *melenggang pergi dengan anggunnya*
Gaara : Hi.. Hinata-chan! Tungguin dong! *blushing makin parah dan berlari menyusul kekasih (bohongan)-nya*
Author : Oke! Cukup dengan obrolan gaje di atas.
Silakan menikmati karya (gaje) dari fic ini
DISCLAIMER : Naruto tuh punyanya Masashi Kishimoto-sensei, tapi 'The Ice Prince' serta ide ceritanya semua murni hasil pemikiran Fire sendiri
WARNING : agak OOC, gajeness guaranteed, don't like don't read
Happy Reading, Minna-sama
THE ICE PRINCE
Butir-butir salju lembut yang sangat indah berjatuhan dari langit, menghiasi Konohagakure dengan indahnya. Ya sekarang sedang musim salju di Konoha dan coba tebak. Ini hari Natal! Semua penduduk Konoha bergembira menyambut Natal. Mereka menghiasi rumah-rumah mereka dengan segala kerlap-kerlip Natal.
Di salah satu jalan besar Konoha, tampaklah seorang gadis dengan mata bagai mutiara dan rambut indigonya melambai-lambai di tengah udara dingin yang tak menghalanginya untuk berjalan-jalan di tengah salju. Senyum super samar menghiasi wajahnya yang bagaikan malaikat. Gadis itu memakai jaket berwarna hitam yang cukup tebal untuk menghangatkan badannya yang indah itu dan celana jeans hitam yang pas di kaki-kakinya yang panjang.
Dia terus melangkahkan kakinya dengan cepat di atas salju yang agak tebal itu. Earphone hitamnya terpasang rapi di kedua telinganya sementara lagu-lagu Natal mengalun di telinganya dengan volume maximum. Matanya memandang lurus ke depan dan ekspresinya tak bisa dibaca. Akhirnya dia berhenti di pinggir sebuah hutan yang tak terlalu lebat dan seluruh pohonnya tertutup salju. Di pinggir hutan itu ada sebuah bangku hitam dengan sebuah lampu jalan hitam yang menyala di sampingnya. Itulah spot kesayangan gadis itu jika dia lagi pengen sendirian. Dia melangkah dengan cepat ke arah bangku itu dan duduk di sana.
Gadis itu adalah pewaris tunggal Klan Hyuuga yang terkenal di Konohagakure, Hyuuga Hinata.
Dia duduk di bangku hitam itu termenung sambil mendengarkan musik. Segalanya sangat sunyi dan hening. Itulah yang dia sukai. Sendirian dan tanpa gangguan. Uap-uap dingin terlihat melayang dan menghilang setiap kali dia menghembuskan napas. Entah kenapa, seulas senyum kecil terbentuk di wajah cantiknya. Tiba-tiba, dia merasakan keinginan yang sangat kuat untuk berjalan-jalan dan masuk ke dalam hutan yang, pada musim dingin bersalju bulan Desember tersebut, tidak terlalu lebat. Dia pun akhirnya berdiri dan mulai melangkahkan kakinya melewati salju yang cukup tebal tersebut, masuk lebih dalam ke dalam hutan. Belum cukup jauh dia berjalan, tiba-tiba dia merasakan sesuatu yang sangat lembut menimpa kepalanya. Hinata berhenti. Diambilnya benda lembut nakal yang menodai kehormatan rambut indigonya itu *plakkk*. Dan Hinata terkejut saat dia melihat sehelai bulu sangat lembut yang bahkan jauh lebih putih dari salju! "Bulu burung?", pikirnya bingung. Dia pun mendongak. Di cabang pohon yang tinggi di atasnya, yang membuat Hinata terkejut, sedang menatap tajam ke arahnya, bertenggerlah seekor angsa besar yang bulunya sama dengan warna bulu yang ada di tangan Hinata.
Entah kenapa mata Hinata tak bisa mengalihkan pandangannya dari angsa putih besar itu. Angsa itu begitu indah namun ada yang aneh. Matanya. Mata angsa itu berwarna turquoise dan sangat jernih seperti kaca. Hinata segera seperti tertarik begitu melihat mata angsa itu. Beberapa saat berlalu dan Hinata masih terus menatap mata si angsa seakan ada magnet yang menariknya. Namun, angsa itu membuka sayapnya yang putih itu dan segera terbang pergi. "Hei!", seru Hinata. Dia segera berlari mengikuti angsa itu.
Cukup lama Hinata berlari-lari mengejar angsa itu. Dalam hatinya Hinata ngedumel karena angsa yang indah tersebut tiba-tiba saja terbang pergi ke arah yang nggak tentu. Namun Hinata, yang pada dasarnya ingin melihat angsa itu lebih lama lagi dan ingin tahu ke mana makhluk cantik tersebut mengarah ke mana itu, akhirnya terpaksa mengikuti si angsa yang sedang terbang rendah di antara pohon-pohon itu. Hinata sih agak capek juga. Dan tepat saat Hinata hampir menyerah, angsa itu menghilang ke antara pepohonan. "Sialan.", umpat Hinata pelan. Namun saat dia mengamati sekitarnya, rahang bawahnya jatuh ke bawah.
Di depannya tampak sebuah danau yang dikelilingi pepohonan. Anehnya danau yang sangat tenang itu tidak membeku. Ketenangan permukaan danau tersebut membuatnya menjadi seperti danau kaca. Danau itu sangat indah bagaikan kristal biru yang jernih. Hinata menahan napas saat melihat pemandangan yang luar biasa di depannya ini. "Uwah..", kata norak yang mengekspresikan kekagumannya terhadap keindahan danau itu meluncur dari mulutnya. Saat dia sedang sibuk mengamati keindahan danau di depannya, terdengar suara gemerisik dari balik pepohonan yang ada di belakangnya. Hinata segera berbalik. Angsa putih yang tadi keluar dari pepohonan dan mendarat agak jauh dari Hinata. Hinata menautkan kedua alisnya. "Angsa ini.. seakan ingin menunjukkan tempat ini padaku. Apa maksudnya?", pikir Hinata bingung. Entah karena alasan apa, tubuhnya menegang dan dia menatap ke arah angsa itu dengan tatapan waspada.
Tiba-tiba, angsa putih itu melebarkan sayapnya seperti hendak terbang. Seluruh tubuhnya berpendar dengan cahaya putih. Hinata makin waspada dan merasa agak takut melihat apa yang barusan terjadi. Angsa itu semakin berpendar. Makin lama makin terang kemudian..
ZRING!
Cahaya putih yang sangat menyilaukan memancar dari tubuh si angsa. Cahayanya sangat membutakan. Hinata mengangkat lengannya untuk melindungi matanya dari cahaya putih misterius tersebut. Perlahan, cahaya putih itu memudar. Saat Hinata menurunkan lengannya, cahaya itu sudah sebagian besar menghilang. Dan apa yang dilihat Hinata selanjutnya seakan membuat jantungnya copot. Di tempat di mana seharusnya si angsa tadi berada, berbaringlah seseorang!
Hinata, entah keinginan atau apa, segera berlari menghampiri orang itu. Saat Hinata sudah pas ada di sebelahnya, tampak jelas itu seorang laki-laki yang terbungkus dengan jubah tipis berwarna putih. Beberapa helai bulu tampak berserakan di sekelilingnya. "Hei, kamu nggak apa-apa?", Hinata memegang bahu laki-laki itu. Hinata agak terkejut saat merasakan rasa dingin yang amat sangat saat dia menyentuh bahu si laki-laki. "Uh..", desahan napas yang keluar dari mulut laki-laki itu adalah yang terlemah yang pernah didengar Hinata, seolah laki-laki di depannya itu sedang sangat kesakitan. "Mari. Kubantu kau.", Hinata tidak menghiraukan rasa dingin yang menusuk kulit tangannya dan membantu laki-laki itu duduk. Laki-laki itu mengangkat muka dan apa yang dilihat Hinata nyaris membuatnya pingsan, untung saja image cool Hinata memasungnya sehingga hal itu tak terjadi.
Laki-laki itu amat sangat tampan, tampan bagaikan malaikat. Matanya bewarna turquoise jernih, sama persis dengan mata angsa yang dilihat Hinata tadi. Rambutnya berwarna merah menyala serta tampak sangat lembut walaupun modelnya jabrik. Pemuda itu tak beralis dan di sekeliling matanya terdapat lingkaran hitam yang membuatnya makin keren. Kulitnya putih, nyaris seputih salju yang ada di bawah mereka. Di kening kirinya terdapat tato berbentuk kanji 'Ai' yang berarti cinta. Matanya yang jernih itu memancarkan kesan misterius namun di saat yang sama juga memancarkan kesedihan yang sangat dalam. Hinata tak mampu mengalihkan pandangannya dari pemuda misterius di depannya itu. Si pemuda di depannya itu juga menatap Hinata dan senyum samar menghiasi wajahnya yang tampan itu. Eh tunggu dulu! Hinata menautkan alisnya sedikit. "Mata pemuda ini.. sama dengan mata angsa yang tadi.. Apakah.. Jangan-jangan.. pemuda ini adalah.. angsa yang tadi?", pikirnya dengan sedikit ketakutan.
Serta merta Hinata melepaskan tangannya dari pemuda itu dan langsung menjauh, menciptakan jarak yang tidak bisa dibilang pendek antara dia dengan pemuda misterius tersebut. Pemuda tadi dengan mata yang tampak lemah dan sayu menatap Hinata dengan pandangan yang seakan sedih karena Hinata menjauhkan diri darinya. Hinata menatap laki-laki muda yang kira-kira seumuran dengannya di depannya tersebut dengan pandangan waspada, siaga dan mungkin.. takut?
Laki-laki berambut merah menyala di depan Hinata itu mengulurkan tangannya perlahan ke arah Hinata. Pandangannya seolah memohon pada Hinata untuk menerima uluran tangannya itu, tapi Hinata terlalu curiga dan mungkin juga agak takut terhadap pemuda misterius jelmaan angsa yang tak dikenalnya tersebut. Hinata tak bergerak, tangannya mengepal membentuk tinju. Tanpa disadarinya, Hinata mulai menggigit bibir bawahnya namun hanya sesaat. Pemuda itu, tanpa menurunkan tangannya, mulai berjalan mendekati Hinata. Hinata yang mendengar ada suara langkah kaki di atas salju segera mundur beberapa langkah.
"Hinata.."
Terdengar suara yang seperti hembusan napas menyebutkan nama Hinata, membuat gadis berambut indigo itu mengangkat mukanya dan langsung menatap pemuda itu tepat di mata turquoisenya. "Hinata.. akhirnya kita bertemu lagi..", kata pemuda itu, melanjutkan kalimatnya yang mana makin membuat Hinata bingung. Suara pemuda Ai itu sangat lembut, kedengarannya persis seperti tiupan angin. "Kau tahu namaku? Siapa kau?", tanya Hinata dengan nada suara datar namun tak bisa dipungkiri kalau dia merasa ketakutan. Sendirian bersama pemuda misterius tersebut, di tempat yang bisa dibilang sepi lagi. "Tak penting aku tahu namamu dari mana. Kumohon kemarilah, Hinata.", pemuda itu mulai tersenyum, membuat Hinata seakan tersihir oleh ketampanannya. Perlahan, kaki Hinata mulai melangkah, selangkah demi selangkah.
"Sebelumnya.. kamu siapa?", tanya Hinata, menghentikan langkahnya. Pemuda itu tersenyum makin lebar. Matanya melembut. Ditatapnya Hinata. Jubah putihnya melambai-lambai ditiup angin dingin. "Bisa kau sebutkan namamu? Atau siapa dirimu?", tanya Hinata. Dia mulai tidak sabar karena melihat senyum si pemuda yang menurutnya membuang-buang waktu saja untuk menjawab pertanyaan Hinata yang simpel. Pemuda itu memiringkan kepalanya sedikit sambil tersenyum hangat, senyum yang membuat hati Hinata seakan meleleh. Pemuda tampan nan misterius itu menatap mata putih Hinata dengan mata turquoisenya dalam-dalam, tatapannya begitu lembut, hangat, dan menenangkan, namun di saat yang sama tatapan itu membuat hati Hinata seakan sangat sedih dan iba karena tatapan mata bening pemuda itu seperti menyimpan penderitaan dan kesedihan yang teramat dalam. Akhirnya si pemuda itu menjawab..
"Aku adalah Pangeran Es. Namaku Sabaku no Gaara."
I hope you liked this first chapter
Sudah Fire edid *Readers : nggak nanya*..
By the way..
Read 'n Review please
