Ini adalah terjemahan indonesia dari karyaku yang lain, yang aslinya ditulis dalam bahasa inggris.
====000====
Episode IV: A New Hope
Kota Elchea. Kerajaan terakhir ras Imanity. Di dalam sebuah bar kumuh, dua perempuan duduk berhadapan sambil memegang kartu.
Perempuan berambut hitam yang memakai baju hitam dan cadar gelap, Kurami, meletakkan kartunya di meja.
"Ti-tidaaaaak!" Lawannya berteriak ketika dia melihat kartu-kartu itu. Perempuan itu adalah Stephanie Dora, cucu perempuan dari raja Imanity sebelumnya. Dia mempunyai rambut pendek warna pink dan memakai baju mewah berwarna putih. "Tidak mungkin saya bisa kalah!" Dia masih tak mau mengakui kenyataan.
Mereka sedang bermain permainan yang akan menentukan siapa raja Imanity berikutnya. Untuk alasan yang tak diketahui, raja sebelumnya menitahkan bahwa penerusnya akan dipilih melalui turnamen permainan.
"Kamu telah kalah, Stephanie Dora. Sekarang, berikan bajumu seperti yang telah disepakati." Kurami mengatakan. Bodoh sekali dia juga mempertaruhkan bajunya, tapi itu bukan masalah Kurami.
Setelah dia mengambil baju Stephanie, Kurami pergi menuju lawan berikutnya. Hanya dua ronde lagi dan dia akan menjadi raja yang baru. Mungkin, Imanity bisa diselamatkan... tidak, dia harus menyelamatkan Imanity. Walaupun dia harus mengandalkan temannya.
Lawan Kurami berikutnya adalah gadis kecil dengan rambut panjang berwarna putih, memakai blus ungu dan rok putih. Dia memperkenalkan dirinya dengan anggun, "Namaku Illyasviel von Einzbern. Senang berjumpa denganmu."
'Einzbern?' Kurami belum pernah mendengar marga bangsawan bernama Einzbern. Dia yakin telah mengumpulkan data-data intelijen tapi mungkin saja satu atau dua nama marga bangsawan kecil terlewat.
Itu bukan masalah. Bangsawan atau rakyat jelata, mereka semua hanyalah Imanity. Tiada Imanity yang bisa melihat atau menggunakan sihir. Dan karena itulah Kurami akan menang lagi. Dia mencuri pandang ke pojok ruangan dimana temannya Fii duduk dan mengangguk kecil. Fii melihatnya dan membalas dengan anggukan juga.
Kurami dan Illyasviel bermain poker, seperti yang disepakati keduanya. Permainan akan berlangsung satu ronde. Setelah mengambil kartu-kartunya, Kurami memberi sinyal pada Fii untuk mengganti kartu-kartu tersebut. Seperti biasanya, kartu-kartu di tangannya akan berubah menjadi kombinasi yang bagus dan...
Kurami menunggu. Dan menunggu. Dan menunggu. Dia menatap kartu-kartunya tapi mereka tidak berubah. Kenapa? Apa yang Fii lakukan?
"Ada masalah?" gadis kecil berambut putih di depannya berkata. "Walaupun kamu memelototi kartumu, mereka tidak akan berubah, kamu tahu." Illyasviel terlihat sombong seolah-olah dia tahu apa yang direncanakan Kurami.
Kurami menolehkan matanya ke arah Fii. 'Fii, ada apa?' Dia bertanya melalui koneksi telepati mereka.
Fii balas menatap Kurami dengan panik. Sepertinya dia berusaha mengatakan sesuatu lewat telepati tapi tidak ada yang terdengar melalui koneksi mereka. Kenyataannya, Kurami menyadari bahwa koneksi antar mereka itu telah terputus.
Keringat dingin muncul di dahi Kurami. Sesuatu atau seseorang telah mengganggu sihir Fii. Dan Kurami tidak bisa berbuat apa-apa mengenai itu, atau dia akan mengungkapkan bahwa mereka selama ini telah berbuat curang. Mungkinkah ini perbuatan ras lain?
Kurami adalah budak yang dimiliki oleh keluarganya Fii, keluarga Nirvalen. Mereka berasal dari ras Elf. Tetapi Fii memperlakukan Kurami sebagai teman sejati. Ketika berita mengenai Pemilihan Raja Imanity terdengar oleh mereka, Kurami memohon pada Fii untuk membantunya memenangkan tahta Imanity. Tidak ada jalan lain, Imanity harus mengandalkan ras lain untuk bertahan hidup.
Kurami telah memenangkan semua permainan sejauh ini dengan bantuan Fii. Fii mengubah kartu-kartunya supaya lebih bagus daripada lawan Kurami. Dia begitu yakin bahwa dia akan memenangkan turnamen dan menjadi raja... sampai dia bertemu gadis kecil albino ini.
Tapi Imanity tidak bisa menggunakan sihir. Illyasviel pastilah dibantu oleh seseorang dari ras lain, sama seperti Kurami.
"Ayo cepatlah. Kita tak bisa seharian disini." Illyasviel berkata. "Kamu bisa main-main dengan pacar elf-mu nanti."
'Dia tahu! Tidak salah lagi!'
"Kamu! Siapa yang bekerjasama denganmu?" Kurami berkata sambil memandang marah pada Illyasviel.
"Apa maksudmu? Kerjasama?" gadis kecil itu memiringkan kepala.
Kurami mendesis dengan suara kecil. "Jangan pura-pura bodoh. Pasti ada seseorang dari ras lain yang membantumu dengan sihir. Kamu curang."
Illyasviel membuka mulutnya karena heran. "Aku? Curang? Aku hanya membuat Bounded Field yang memblok semua sihir eksternal di sekeliling kita. Aku menonton permainanmu sebelumnya dan aku tahu teman elf-mu membantu kamu. Tak ada orang lain yang membantuku, sumpah."
"Bohong itu! Imanity kan tidak bisa pakai sihir. Kamu tak mungkin bisa lihat sihir, apalagi membloknya!"
"Oh, sedih banget ya jadi Imanity. Tapi aku sih bukan benar-benar Imanity..."
"Wha? Kalau begitu kamu harusnya tidak bisa partisipasi!" Apakah dia ras lain yang berpura-pura jadi Imanity?
"Tapi aku tak bisa digolongkan jadi ras selain itu. Oh yah, kita lihat saja apakah sistem akan mengakuiku atau tidak. Jadi, aku sudah siap buka kartu. Kamu sudah siap belum?"
Kurami menggertakkan giginya. Dia tidak bisa melakukan apapun tanpa membuka aibnya sendiri. Dia membuang beberapa kartu dan mengambil kartu-kartu baru. Kombinasi kartunya masih tidak lebih baik dari sebelumnya.
Kurami membuka kartunya. "Sepasang Jack."
Illyasviel membuka kartunya. "Empat As. Aku menang. Senang bermain denganmu. Oh, dan juga, bilang ke pacarmu aku titip salam!" Gadis kecil itu bangkit dari tempat duduknya dan meninggalkan Kurami.
Kurami menatap punggung gadis kecil itu. Seorang Imanity yang bisa menggunakan sihir. Sebuah ketidakmungkinan. Dan mungkin saja sebuah harapan baru untuk Kerajaan Elchea
