Hai semuanya… Miu datang lagi nih. Kali ini Miu membuat cerita fanfic yang kedua yang berjudul "PERSAHABATAN DAN CINTA ANTAR WAKTU." Cerita ini masih ada hubungannya dengan fanfic yang pertama dan bisa dibilang ini adalah cerita season keduanya. Masih dalam seputar persahabatan Killua dan Gon yang berbeda masa.
Entah mengapa, Miu suka banget dengan persahabatan Killua dan Gon, dua karakter asli buatan Togashi Yoshihiro sensei ini. Terutama Killua, aku ngefans banget sama tokoh ini. ( dilempar kaleng oleh fans Killua )
Oh iya, cerita kali ini tentang Killua dan Gon yang mengalami jatuh cinta pertama kali kepada Retz, gadis misterius yang datang entah dari mana. Inspirasi cerita ini datang dari cerita hunter x hunter movie tapi Miu lupa judulnya apa.
Miu membuat cerita ini lebih ceria dan penuh dengan warna dari fanfic sebelumnya. ( lebay, banget sih ) hehehe….
Baiklah kita mulai saja ceritanya!
DISCLAIMER: Togashi Yoshihiro SENSEI
HAK CIPTA SEPENUHNYA MILIK TOGASHI YOSHIHIRO SENSEI
AUTHOR : Syarah MIU
HUNTER X HUNTER
GENRE: CINTA, PERSAHABATAN, HUMOR DAN FIKSI ILMIAH
PERSAHABATAN DAN CINTA ANTAR WAKTU CHAPTER 1
Hari yang panas sekali. Matahari bersinar dengan teriknya menambah suasana semakin panas saja. Terlihat di sebuah pantai yang indah dengan pasir putihnya yang indah bagaikan permata. Tampak dua anak laki-laki sedang asyik duduk di atas batu karang. Mereka berdua sangat serius menatap ke bawah laut. Ternyata mereka sedang memancing.
"Wah, pancinganku dimakan ikan," seru anak laki-laki berambut perak acak-acakan sedang menarik tali pancingannya dengan senang.
"Apa?" si anak laki-laki berambut hitam jabrik membelalakkan kedua matanya."Ternyata kamu berhasil juga, Killua."
Killua Zoldyck tersenyum lebar mendengar kata anak berambut hitam jabrik yang bernama Gon Freech itu. Dengan sekuat tenaga, Killua menarik pancingannya dengan cepat. Tapi, ikan yang ditangkapnya kali ini benar-benar berat.
"Berat sekali ikannya.," sahut Killua mengerutkan keningnya.
"Ayo, sedikit lagi, Killua. Sepertinya kamu memancing ikan yang sangat besar," Gon memberikan semangat penuh untuk Killua.
Cukup lama Killua bergulat dengan ikan yang berhasil memakan umpan pancingannya. Sedikit demi sedikit akhirnya Killua berhasil menarik hasil pancingannya itu ke tepi laut.
"BERHASIL…" seru mereka berdua dengan perasaan yang senang sekali. Tapi…
Tiba-tiba mereka kaget sekali ketika tahu bahwa bukan ikan yang berhasil ditangkap tapi seorang anak perempuan berambut pirang panjang.
"Ke-kenapa malah anak perempuan yang terpancing olehku?" kata Killua bermuka kusut.
"Hahaha .. ternyata bukan ikan tapi seorang anak perempuan," sahut Gon tertawa ngakak dan mendekati anak perempuan yang masih mengambang di atas air laut. "Apa anak perempuan ini masih hidup atau nggak sih?"
"Tunggu, Gon!" Killua menarik tangan Gon.
"Eh ..." Gon menolehkan kepalanya ke arah Killua.
"Jangan-jangan anak perempuan ini sudah mati. Lihat, dia sudah terapung begitu di atas air."
"Tapi, kita lihat saja keadaan anak itu."
"Terserah kamu saja sih .." Killua bersikap cuek dan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana pendeknya.
Gon pun mendekati anak perempuan itu dan menarik tubuhnya ke atas batu karang. Lalu anak perempuan itu diletakkannya hati-hati di atas batu karang tersebut.
Mereka berdua menatap wajah anak perempuan itu. Wajahnya sangat pucat dan kulit di seluruh tubuhnya juga berwarna putih kepucatan. Rambutnya panjang ikal-ikal dan berwarna pirang. Sebuah bando berwarna merah terpasang di atas poni rambut pirangnya. Pakaian yang ia kenakan sangat lusuh dan desainnya sangat aneh. Gon dan Killua menatap anak perempuan itu sampai tidak berkedip sama sekali. Wah, apa yang terjadi?
"Anak perempuan ini cantik sekali ya.. " sahut Killua terpesona disertai anggukan Gon.
"Oh iya, aku akan memeriksa keadaan anak ini!" Gon tersadarkan dari lamunannya dan langsung meraba bagian leher anak perempuan tersebut.
Gon kaget setengah mati dan menjauhkan tangannya dari leher anak perempuan tersebut.
"Sepertinya dia masih hidup."
"Ha.. Benarkah?"
"Jadi, harus bagaimana sekarang?"
"Beri dia napas buatan."
"APAAA? YANG BENAR SAJA.."
Gon memerah mukanya ketika Killua berkata seenteng begitu. Memberikan napas buatan pada anak perempuan itu? Ya ampun ..
"Kalau begitu caranya, aku tidak mau."
"Kalau kamu tidak mau, biar aku saja deh."
Killua mulai bersiap-siap. Wajah Gon semakin memerah padam. Ia pun menghentikan langkah Killua.
"JANGAAAN, ITU NGGAK BAIK!" bentak Gon keras.
"Nggak baik bagaimana maksudmu? Kan aku cuma membantu memberikan napas buatan untuk anak perempuan ini agar dia sadar," kata Killua dengan cuek dan berjongkok di samping anak perempuan itu.
"KILLUAAA, DIA bukan muhrimmu, JANGAN CIUM DIAAA," Gon semakin berteriak keras sekali.
"Hei, siapa yang ingin menciumnya, aku memberikan pernapasan buatan lewat masker oksigen ini kepadanya kok.." Killua mengerutkan keningnya sambil memasang masker oksigen lengkap dengan tabung oksigennya dan melekatkan masker oksigen tersebut ke hidung anak perempuan itu.
"APAAA?!" Gon melongo habis dan heran melihat Killua."Darimana kamu mendapatkan tabung oksigen itu?"
"Tiba-tiba saja tabung oksigen ini nongol di sini. Aku saja gak tahu datangnya dari mana. Ya udah, aku pakai saja tabung oksigennya."
Killua bersikap cuek lagi dan mulai menghidupkan tabung oksigen tersebut. Gon semakin tercengang dan berpikir. Darimana datangnya tabung oksigen itu?!
Tak lama kemudian, anak perempuan itu sadar juga. Ternyata tabung oksigen tersebut berguna juga. Akhirnya nyawa anak perempuan itu tertolong juga. Killua dan Gon tersenyum senang melihat anak perempuan itu sadar.
"Syukurlah, dia sadar, Killua.." Gon tertawa lebar.
"Iya, bisa kamu lihat sendirikan. Tabung oksigen ini telah membantu dia bernapas. Jadi, ia sadar," Killua bertampang manis.
"Aaah," anak perempuan itu bersuara pelan sambil memegangi kepalanya yang terasa berat. "Di-di-di mana aa-aku sekarang?"
Anak perempuan itu pun berusaha untuk duduk. Dia pun melepaskan masker oksigen dari wajahnya. Killua dan Gon terpaku melihat wajah anak perempuan tersebut kembali normal ke warna aslinya. Wajahnya sekarang berwarna putih bersinar dan tampak manis sekali.
"Ng.." anak perempuan itu keheranan karena ditatap lekat-lekat oleh Killua dan Gon."Siapa sih kalian berdua? Kenapa melihatku seperti itu?"
Killua dan Gon tidak menjawab pertanyaan anak perempuan. Mereka berdua terbawa lamunan yang melayangkan pikiran mereka kemana-mana. Jantung mereka berdetak lebih kencang dari biasanya. Tanda apakah ini?
"HEI, KALIAN BERDUA DENGAR TIDAK?" anak perempuan itu menjadi kesal dan bersuara keras hingga membuyarkan semua lamunan mereka berdua.
"HAH, APA?" mereka akhirnya sadar dan kembali ke alam nyata.
"Dari tadi kalian berdua menatapku dengan aneh. Apakah kalian bermaksud jahat kepadaku?" kata anak perempuan itu asal menebak saja.
"Hei, kenapa kau berprasangka buruk kepada kami? Kami sudah menolongmu, tahu," semprot Killua merah padam karena merasa anak perempuan ini telah menyinggung dirinya.
"Ja-jadi, kalian yang telah menolongku!"
"Iya, untung saja kami telah memberikan napas buatan padamu lewat masker oksigen ..." kata Gon polos tapi perkataannya dipotong oleh Killua.
"Kalau tidak, pasti kamu akan mati sebentar lagi," lanjut Killua seenaknya dengan hati yang dongkol.
"Killua, kenapa kamu berkata seperti itu?," Gon menyenggol bahu Killua.
"Biarin .." Killua bersikap cuek dan menekukkan kedua tangannya serta disanggahkan ke belakang lehernya.
"Maaf ya, kata-kata temanku ini tidak enak didengar. Kamu jangan ambil hati ya.."
Anak perempuan itu berwajah mendung. Sejenak Killua dan Gon keheranan melihat perubahan wajah gadis berambut pirang tersebut.
"Kamu kenapa? Kenapa wajahmu jadi suram begitu?" tanya Gon berjongkok di samping anak perempuan itu.
Anak perempuan itu menatap Gon. Seketika terjadi ledakan bom atom yang menggelegar.
"HUWAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA ..." anak perempuan itu menangis dengan suara yang keras dan membuat kaget mereka berdua.
Gon dan Killua membelalakkan kedua matanya. Gadis kecil yang seumuran dengan mereka terus menangis. Killua pun menutup kedua telinganya karena tidak tahan dengan suara tangisan anak perempuan itu yang sangat memekakkan telinganya.
"Hei, hentikan tangisanmu itu. Suaramu keras sekali membuat telingaku jadi sakit nih," sembur Killua kesal.
Mendengar kata Killua seperti itu, gadis itu bertambah menangis dengan suara yang sangat keras sekali. Gon pun iba melihatnya karena diledek oleh Killua.
"Killua, jangan berkata seperti itu. Ia bertambah menangis nih .." ujar Gon marah sambil memegangi kepala gadis itu. "Jangan nangis ya .. Kamu jangan sedih."
Gadis itu menghentikan tangisannya. Lalu gadis itu menatap wajah Gon yang penuh dengan kepolosan. Gon pun menatap ke arah gadis tersebut. Terjadilah aksi tatap-menatap cukup lama.
Melihat mereka berdua seperti itu, hati Killua menjadi tidak senang. Ia pun sewot dan menarik pipi Gon dengan kuat.
"Jangan ambil kesempatan dalam kesempitan."
"Aduuuh .."
"Hahahaha…"
Tiba-tiba gadis tersebut tertawa terbahak-bahak melihat tingkah Killua dan Gon yang kekanak-kanakan. Mereka pun dibuatnya bingung.
"Anak aneh, tadi dia menangis dan sekarang tertawa. Aku jadi bingung nih.." kata Killua dengan nada yang keras.
"Sssstt.. Killua. Jangan bilang begitu lagi. Nanti dia malah menangis lagi," Gon menempelkan telunjuknya ke bibirnya.
"Hm .. baiklah."
Killua mengangguk cuek. Si gadis itu berhenti tertawa. Gon pun kembali menatap gadis tersebut.
"Kalian berdua itu lucu ya .." katanya dengan senyum terukir di wajahnya.
"Hehehe.." Gon tertawa kecil dan mengulurkan tangannya ke depan gadis tersebut."Oh iya, namamu siapa? Kalau aku Gon Freech. Panggil saja aku Gon."
Gadis itu menatap Gon dengan aneh. Tanpa pikir panjang, ia menyambut uluran tangan si Gon.
"A-AKU Retz .."
"Retz ya.."
Gon masih tertawa kecil. Lalu ia teringat sesuatu. Ia pun menoleh ke arah Killua yang berdiri sambil melipat tangannya.
"Retz, ini adalah temanku, namanya Killua Zoldyck. Killua.. ulurkan tanganmu!"
Killua menoleh ke arah Gon. Ia mengerutkan keningnya.
"Apa? Aku harus berjabat tangan dengannya."
"Iya .. terus ngapain lagi? Kalau kita berkenalan dengan seseorang, kita harus saling berjabat tangan. Kamu mengertikan."
"Ya.. ya.. baiklah."
Killua berjongkok dan mengulurkan tangannya dengan berat hati. Wajahnya sewot. Retz pun mengerutkan keningnya dan enggan membalas uluran tangan Killua.
"Aku nggak mau berjabat tangan denganmu."
"Apa? Apa yang kau bilang tadi?"
Killua berwajah merah padam. Retz menatapnya tajam.
"Kamu itu orangnya kasar dan suka meledekku."
"Apaaa? KAMU .. ITU .."
Killua kesal setengah mati. Tangannya mulai melayang ke atas. Namun, ditangkap oleh Gon.
"Killua, jangan. Kasihan Retz. Kamu jangan bersikap kasar begitu padanya. Sudah beberapa kali kubilang begitukan .." Gon membentaknya dengan keras.
"Gon .. Aku cuma ..."
Killua terperanjat melihat sikap Gon berubah drastis begitu. Ia malah membela Retz yang baru dikenalnya. Seketika hati Killua menjadi tidak enak.
"Ayo, Retz.. Kamu pasti kelelahan dan butuh istirahatkan.. Lebih baik kamu ikut saja ke rumahku. Apalagi sekarang sudah mulai gelap," kata Gon lembut sambil membantu Retz berdiri." Aku akan menggendongmu dari belakang."
"Ba.. baiklah.."
Retz pun menurut. Gon menggendong Retz dan mulai berjalan meninggalkan Killua yang bingung.
"Gon.. kenapa sikapmu jadi seperti ini? Kenapa kamu malah membela Retz? Bukan aku sahabatmu sendiri."
Killua berwajah mendung. Ia menatap kepergian Gon dengan tatapan sedih. Ia merasa kalau sifatnya belum berubah sama sekali. Gon pasti kecewa melihat sikapnya ini. Killua menundukkan kepalanya dan mulai berjalan sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam sakunya. Kini perasaannya berguncang karena sahabatnya kecewa melihat sikapnya yang masih seperti dulu.
Bersambung….
Sampai di sini dulu ceritanya. Miu udah capek mengetiknya. Nanti di lain waktu, Miu akan melanjutkan cerita ini. Tunggu chapter berikutnya. Miu udah ngantuk nih..
Terima kasih buat para reader yang telah membaca fanfic kedua ini. Arigato..
Miu tunggu review dari para reader..
Salam Miu ..
TERIMA KASIH UNTUK PERHATIAN ... Sayonara ...
