A BEAUTIFUL MONSTER
Author : heyitschechenky
Pairing : H/M, H/A
Rating : Teen
Ch. Summary : Agon dan Hiruma mengadakan pertemuan. Tidak ada yang menyangka itu akan menjadi pengakuan seorang ace dari Shinryuji Naga.
Disclaimer : Aku tidak memiliki tokoh2 yang ada disini.
Warning : Shonen-Ai / BL , sangat OOC (apalagi Hiruma nya)
Saat itu musim gugur yang begitu dahsyat. Daun-daun yang berwarna kuning keemesan karena diterpa cahaya matahari tampaknya sangat bersemangat untuk mendarat ke tanah, tempat yang tidak bisa mereka jangkau ketika masih tergantung di ranting. Menyebabkan jalanan yang sebelumnya bersih, kini penuh dengan bantalan yang jika diinjak akan menimbulkan bunyi. Disaat itulah, daun terisak atas kehancuran wujudnya. Menyesal dengan membusukkan diri sendiri secara bertahap.
Tapi point kita tidak jatuh pada kesedihan daun yang hancur. Tapi kepada 2 lelaki yang sedang berdiri di kawasan taman yang sepi. Dibawah terpaan daun-daun yang diterbangkan angin. Lelaki yang lebih tinggi dan besar itu memiliki rambut bergaya 'dread-lock'panjang, berwarna hitam keungu-unguan. Mengenakan jaket kulit hitam mengkilat, serta sebuah kacamata gelap terpasang dimatanya. Sedangkan lelaki lain dihadapannya, adalah seorang lelaki yang...tampak aneh dalam kamus penampilan kaum manusia. Telinganya, bukan seperti apa yang dimiliki manusia kebanyakan. Ujungnya lancip, sehingga, bisa dikatakan,masuk dalam kategori Elf. Rambut Spike nya berwarna pirang, berdansa ketika hembusan angin menyusurinya. Sebuah syal hijau tosca terlingkar di lehernya. Matanya memandang tajam kearah lelaki dihadapannya.
"Mengerti mengapa aku mengadakan pertemuan denganmu?" Lelaki Dread itu bertanya, terdengar emosi.
"Dari awal kau tidak memberitahuku. Bagaimana aku tahu?" Ia membalas dalam nada marah dan jengkel. Terlihat dari caranya mengunyah permen karet di mulutnya secara cepat.
"Jangan pura-pura tidak tahu! Aku tahu kau tidak sebodoh itu."
"Siapa yang pura-pura?" Kini lelaki pirang menjawab santai, tidak cocok dengan tatapannya yang masih dingin dan tajam. Hal ini membuat lelaki satunya menggertakkan gigi sembari mengepalkan tangan, menahan emosi. Ia tidak berencana untuk melukainya, Ia hanya butuh bicara. Maka itulah yang Ia lakukan. Tidak akan ada kekerasan dalam pembicaraan ini. Meski Ia harus menahan emosi dan nafsu untuk memukulnya atau meninjunya, dan sebagainya.
"Hentikan aktingmu, Hiruma!" Lelaki berambut gelap itu menyentak, lalu mencoba mengatur nafasnya yang memburu karena emosi. Tetapi lelaki pirang itu tidak terkejut sedikitpun mendengar bentakannya. Ia hanya mengeluarkan sebuah tawa kecil nan pendek, lalu berkata, "Jarang-jarang kau menggunakan nama asliku. Kecuali saat kita memiliki pembicaraan yang serius." Hiruma berhenti sebentar, dan secara perlahan, wajahnya menjadi tidak nyaman. "Agon…Apakah ini… mengenai hal yang terus kau tanyakan kepadaku semenjak …aku masuk ke …Deimon?"
"Ya."
Hiruma mendesah pelan seperti kelelahan, memutar tubuhnya beberapa derajat. Ia memasukkan kedua tangannya kedalam saku masing-masing, sambil memandang dedaunan yang jatuh dari atas pohon. Dan ia baru menyambung pembicaraan mereka ketika gelembung permen karet yang ia buat pecah.
"Aku sudah bilang kan alasannya." Ia menjawab datar. "Apa yang kau mau lagi?"
"Alasan yang jujur. Yang sebenarnya." Agon menjawab cepat saat Hiruma mulai melangkah lagi. Ia melangkahkan kakinya menuju ke hadapan lelaki pirang itu untuk menghalangi jalannya ketika sang kapten dari DDB hendak berjalan meninggkalkannya.
"Apa yang membuatmu berpikir aku berbohong?" Hiruma menjawab kesal, karena langkahnya yang diperhentikan secara paksa.
"Aku tahu ada sesuatu antara kau dan Musashi!"
Setelah kata-kata itu terlontar, waktu seakan berhenti. Hanya bunyi dedaunan yang tersapu oleh angin yang mengisi keheningan antara mereka berdua. Mereka hanya saling balas menatap. Agon dengan tatapan mengancamnya. Dan Hiruma dengan wajahnya yang terkejut. Tetapi, masih saja tidak ada yang membuka mulut untuk menimpali kata-kata tadi.
Hiruma membuang muka lalu berjalan cepat melewati Agon dengan sebuah dengusan kecil. Agon, yang memiliki kecepatan impulse seorang dewa, secara sigap langsung menghalangi jalan lelaki itu untuk kedua kalinya. "Ternyata itu benar, huh?" Ia bertanya dengan nada marah, memaksa lelaki pirang itu untuk melihat wajahnya. Hiruma menyipitkan mata, lalu mendorong Agon dengan keras. Membuat lelaki berambut dread itu mundur beberapa langkah. Tetapi, yah, tetap saja gagal usaha pelarian sang quarterback. Agon dengan kecepatan impulse nya, berlari kedepan Hiruma lalu mencengkeram lengannya sehingga ia tidak bisa lari lagi. Ia mencoba melawan, meronta dari genggamannya. Tapi itu malah membuat Agon mengeratkan genggamannya. Hiruma merintih kesakitan sekejap, merasakan darahnya kesusahan mengalir di daerah cengkraman lelaki itu. Oke, itu adalah sebuah kekerasan. Tapi tidak bagi Agon. Baginya itu hanya seperti genggaman biasa.
"Jawab!" Agon berteriak. Hiruma berhenti melawan, menatap marah pada Agon. "Mengapa kau berpikir begitu?"Ia balas berteriak.
"Karena aku tahu. Kau masuk Deimon karena Kur-" Belum Agon menyelesaikan kata-katanya, Hiruma memotongnya. "Apa hubungannya dengan Musa—Ouch!" Agon menghentikan kata-katanya dengan memberi tekanan pada genggamannya, membuat Hiruma merintih kesakitan lagi.
"BIARKAN AKU MENYELESAIAN KATA-KATAKU!" Dan setelah itu, Hiruma terdiam."Kau masuk Deimon karena Musashi mengajakmu. Bukan karena kau begitu peduli pada sampah gendut itu! Sehingga dari awal kau masuk Deimon karena Musashi mengikuti Kurita! Bukan sebaliknya."
"Salah, fucking Dread! Lebih tepatnya, jika kau tidak merebut beasiswa yang seharusnya didapatkan Kurita, aku mungkin masih menjadi murid shinryuji !" Lalu terdapat sebuah jeda beberapa detik sebelum Hiruma menambahkan dengan kasar, "Dan lepaskan aku, Dread sialan!" Agon mengacuhkan permintaannya, dan tetap mencengkeram lelaki itu. "Dan membiarkan sampah-sampah yang kau sebut sahabat itu masuk juga?" Agon tertawa sinis. "Kurasa tidak."
"Kau sudah mendapatkannya. Apa yang kau mau lagi?" bentak lelaki bersyal itu dengan marah. Teringat-ingat waktu lalu saat mengetahui Kurita tidak bisa masuk ke Shinryuji karena beasiswa nya telah terambil. Terambil oleh lelaki berkacamata hitam ini. Yang seharusnya bisa melalui jalur normal.
"Aku hanya ingin kau saja saat itu yang menjadi murid Shinryuji. Tidak dengan gendut sampah itu! Atau dengan kekasihmu yang juga sampah itu!"
"Musashi itu bukan kekasihku!" Hiruma menyela cepat, membiarkan Agon melihat amarah yang tergambar di matanya. Tapi ia bisa melihat wajah lelaki pirang itu samar-samar memerah. "Kau tadi tidak dengar ya? Lepaskan aku, dasar kau dread bodoh!"
"Tidakkah kau paham, aku melakukan itu untuk mu!"
"Apa maksudmu?" Ia menjawab lelaki dread itu dengan kasar.
"Aku melakukan itu supaya kita bisa bersama! Hanya berdua!"
"…W-what?" Hiruma berhenti melawan dalam cengkraman lelaki yang lebih besar itu. Matanya melebar, terkejut atas ucapannya.
"Aku kecewa mengetahui kau lebih memilih mereka ketimbang aku. Padahal kita dulu bersama! Lebih lama daripada kau dan mereka!"
Mendengar suara lelaki berambut gelap itu melembut, barulah ia menyadari bahwa lelaki itu serius.
"Maksudmu, kau melakukan itu untuk mengujiku?" Tanya Hiruma tidak yakin. Agon menjawab pelan, "Yeah."
Lelaki berambut gelap itu dengan pelan membuka cengkeramannya, membiarkan Hiruma mundur selangkah darinya. Tidak seperti tadi, kini quarterback itu tetap berada di tempatnya. Tidak mencoba kabur atau lari dari lelaki dihadapannya.
"Tidakkah kau sadar bahwa kau telah mengambil alih pikiran dan hatiku?"
"Uh…" Hiruma menatap tanah, mengusap bagian belakang lehernya dengan tidak nyaman. Ragu mau menjawab apa. Entah mengapa, ia merasa tiba-tiba udara disekitarnya menghangat. Membuatnya lebih susah berpikir kata-kata yang cocok untuk sebagai jawaban. Bukannya dia tidak tertarik dengan Agon. Hanya saja, semenjak kejadian itu, Ia mulai merasa benci terhadapnya. Ditambah lagi, selama mereka berkeliaran berdua, Agon tidak pernah mengatakan sesuatu tentang menyukainya atau sebagainya.
Tetapi, Agon tidak memberi kesempatan lelaki pirang itu untuk berbicara. Ia tetap melanjutkan pengakuannya. "Dan kemarin, aku menemui dirimu bersama sampah mohawk itu berduaan setelah kau dan tim mu latihan." Agon memberi jeda beberapa saat, sebelum meneruskan kata-katanya. "Tch, Baru kali ini aku merasa begitu terluka."
Hiruma langsung mengangkat wajahnya, menentang kata-kata Agon. "Kemarin aku dan dia hanya berbicara! Dari sudut mana kau bisa mengatakan kami sedang berduaan?"
"Aku bisa melihatnya dari cara sampah itu memandangmu!"
"Dia memandangku dengan biasa! "
"Apakah tatapan 'kau-akan-jadi-milikku' bisa kau sebut sebagai tatapan biasa?"
"Bagaimana aku tahu dia menatapku seperti itu?"
Agon memejamkan matanya erat, mencoba menghapuskan amarah-amarah dari pikirannya. Seraya berkata pelan. "Aku menyukaimu, Youichi.." Dan perlahan, ia mulai membuka matanya yang kini telah melembut.
Hiruma terdiam, mengurungkan niatnya untuk menjawab dengan jawaba-jawaban bodoh. Ia hanya bisa menatap mata Agon meski terhalang oleh lensa gelapnya. Tapi meski begitu ia masih bisa melihat jelas emosi yang dirasakan lelaki itu.
Kekecewaan? Kemarahan? Kecemburuan?
"Kau menyukainya juga kan?" Agon bertanya, tanpa ada unsur emosi didalamnya. Matanya memandang dengan lekat kepada pemilik sepasang mata hijau tosca itu. Jika dicermati, mata itu seperti sedang mengharap padanya.
Lelaki pirang itu menghela napas, menurunkan pandangannya kearah tanah yang ia pijak. Tapi sebenarnya, ia sedang berusaha menutupi wajahnya yang mulai memerah dari lelaki berambut dread itu. Dengan suara pelan, ia menjawab lambat, tidak mampu berbohong. "Ya."
"Selamat kalau begitu. Besok pasti akan menjadi hari yang membahagiakan untukmu." Agon berkata santai, tapi Hiruma bisa mendengar kepahitan dalam pengucapan tiap kata. Dan detik senajutnya, lelaki dread itu telah pergi meninggalkan lelaki pirang, yang kini hanya bisa menatap punggungnya yang lama kelamaan menghilang.
Hiruma mungkin jenius. Tapi ia tidak bisa menafsirkan ucapan selamat dari Agon beberapa menit yang lalu. Sesaat ia berpikir betapa anehnya Agon itu. Pada saat pertama, ia mengaku menyukai dirinya, dan mengaku tentang kecemburuannya terhadap Musashi. Kemudian, setelah mengetahui Hiruma juga menyukai Musashi, ia memberi selamat dan sejenis ramalan bahwa besok akan menjadi hari yang membahagiakan bagi Hiruma.
Sebenarnya apa yang akan terjadi?
TBC
A/N : Arrgghh!XD kenapa sy jadi sering mbuat Hiruma jadi Uke! TOLOONG! saya stress! *lari berkeliling* Tp, yah...info aj lah. Ini bakal ada 3 chapter doank karena sy takut panjang2. *suck at chaptered*
Daaan, saya tidak memiliki pendirian terhadap pairing yang saya suka. :(( setiap menit bisa ganti2. *gubrak*
wtver dah. Sayonara. saya mau main Left4Dead 2 dulu. ^^
