Kisah ini didedikasikan untuk orang yang memiliki dua cinta; dua eksistensi hidup, dan harapan.
Karena kegundahan untuk memilih selalu ada,
Bahkan mungkin kau tak bisa meninggalkan keduanya.
STACIE KANIKO©
Proud to be Present
Beautiful Mosaic; PRELUDE
Disclaimer : Plot and Story is mine, all of cast is Masashi Kishimoto's.
Pair : SasuHina x GaaHina
Author's Feel Inside
No copycat and Plagiarize, because its Sinning! haha
Chapter 1 : Tipe
Sasuke, Uchiha Sasuke. Si tenar yang memiliki penampilan rupawan. Mata hitamnya yang intens dan wajah bak malaikat selalu memikat perhatian orang disekitarnya. mudah—amat mudah malahan, jika saja ia ingin memiliki pacar. Hanya saja, itu tanggapan orang banyak. Berbeda sekali dengan kenyataan bahwa si bungsu Uchiha ini memiliki selera yang berbeda.
Banyak sekali gadis yang menggandrungi dirinya. Pesonanya yang diturunkan dari Uchiha senior membuatnya mudah untuk membuat gadis bertekuk lutut ataupun rela mengangkat rok dihadapannya. Well, sulit mengakui bahwa bukan wanita seperti itu yang diinginkan dirinya.
Dari sekian gadis cantik yang mengitarinya, Sasuke malah memilih gadis yang normal; tidak jelek, tidak miskin, tidak kuper. Hanya sedikit kuno. Itu saja.
Gadis yang memikat perhatiannya sejak pesta kostum satu tahun lalu, tepatnya ketika ia masih duduk di bangku satu SMA. Sasuke kembali mengingat bagaimana ia bisa jatuh hati pada gadis dengan iris mata yang mirip dengan bulan—memancarkan pesona lewat manik lembayung mudanya.
Dibanding teman wanitanya yang serba modis dengan balutan dress kekinian dan terbuka, gadis bermata bulan itu malah tampil dengan gaun kremnya yang dihiasi dengan renda. Leher gaun itu sebatas pertengahan leher sang gadis dan lengan gaun itu menutupi lengannya hingga pergelangan tangan. Roknya sedikit melebar hingga lutut. Gaun itu sangat klasik untuk acara anak muda kekinian yang lebih memilih bahan nilon ataupun kulit.
Sasuke tersenyum tipis. Ingatannya begitu kuat. Ia bahkan ingin sekali lagi melihat gadis itu kembali memakainya. Wajah sang gadis di bingkai oleh poni rata dan rambut gelapnya yang di letakan disisi sebelah kiri bahunya. Begitu anggun dan mahal.
Ia benci mengakui bahwa dirinya hampir menganga ketika menatap gadis pujaannya saat itu. Gadis itu begitu cantik di matanya dan tingkah lakunya begitu lembut. Berkelas. Dan saat itu pula Uchiha muda langsung menampakan kebolehannya. Ia seorang casanova. Ayolah, memikat wanita baginya sama saja seperti penjumlahan 2 + 2 = 4. Begitu mudah.
Siapa yang kira bahwa senyuman si gadis bergaun krem begitu ramah—sialnya—dan terus memberikan senyuman menawannya pada setiap orang yang ia temui. Sasuke benci mengakui bahwa gadis itu terlalu menawan hingga para pemuda terpesona padanya. Well, mungkin benar bahwa malam itu Sasuke Uchiha berhasil mendapat senyuman dan balasan sapaan dari sang gadis. Namun, untuk pertama kalinya ia gagal mendapatkan hati perempuan.
Sejak saat itu, Uchiha bungsu itu terus melakukan usaha untuk mendekati si gadis yang diketahui bernama Hyuuga Hinata. Hinata, hanya menggumamkan nama itu dikirannya saja sudah membuat sudut bibirnya bergetar membentuk senyuman tipis.
Sulit, amat sulit ternyata. Mungkin Sasuke harus meningkatkan level perhitungannya untuk gadis itu. Ia terlalu ramah, namun hatinya begitu sulit untuk diraih—atau bahkan di sentuh. Enam bulan setelah itu, Sasuke membuahkan hasil. Ia berteman dengan Hinata.
Sasuke bahkan sampai menelengkan kepalanya ketika mengetahui kebiasaan sehari-hari gadis yang diincarnya. Hobinya bukan clubbing, nonton, jogging, ataupun belanja. Ia suka membaca dan musik. Hal yang menjadi daftar terakhir untuk menjadi hobi Sasuke. Membosankan. Melelahkan.
Mengingat semua itu membuat Sasuke berhenti tersenyum dan merenung. Bagaimana bisa ia jatuh hati pada seorang gadis yang aneh. Pikirannya berhenti pada sebuah frasa, 'Jatuh Hati.' Ia bahkan sedikit tak percaya pada dirinya sendiri. Seorang anak blangsak seperti dirinya bisa jatuh hati; bukan semata-mata keinginan nafsu dan emosi semata. Sasuke terkekeh.
Pemuda dengan rambut kuning disebelahnya sontak menoleh padanya dan mengerutkan dahi. "Kau bikin aku kaget!"
Sasuke beralih menatapnya. "Apa?"
"Kenapa kau senyum-senyum sendiri, terus cemberut, terus tertawa. Kebanyakan ngisap tuh!"
Sasuke kembali menatap lapangan sekolah dihadapannya dan tersenyum nakal. "Mungkin." Ia bangkit dari duduknya dan memungut bola oranye yang tergeletak di dekat kakinya lalu memasukannya ke tas jinjing.
Naruto menggelengkan kepalanya. "Bukannya melarang ya, tapi kau tahu sendiri kan kalau terus-terusan pakai itu bisa ketahuan. Ayolah, Anko-sensei kan tahu ciri-ciri pemakai." Ia bergidik ngeri. "Bisa-bisa kita dilapor ke orang tua, kau tahukan ayahku walikota. Aku bisa dibunuh kalau ketahuan." Dahi pemuda blasteran Swedia-Jepang itu mengerut dalam.
Sasuke mengangkat bahu. "Dobe,"
"Apa?" suaranya begitu ketus.
"i'm done."
"Ha?"
Sasuke tersenyum penuh arti. "Aku sudah punya heroin."
Naruto menganga. Menatap Sasuke bingung. "Maksudmu apa, sih? Kau beralih jadi pakai Heroin?"
Sasuke melihat sesuatu di koridor di seberang lapangan, pemuda itu mengeluarkan seringai tipisnya. "Ya, itu dia."
Naruto menatap sesuatu yang menarik perhatian Sasuke. Kalau ia tidak salah lihat, hanya ada seorang gadis yang berjalan di lorong koridor. Rambutnya berwarna gelap—indigo. Dipelukannya terdapat buku tebal bersampul cokelat. Naruto mengangkat satu alisnya. "Itu?"
"Hn."
"Dia pengedarnya? Sulit dipercaya." Naruto mengerucutkan bibirnya.
Sasuke meringis dan menatap sobatnya sinis. "Berhentilah bodoh, Dobe. Sekarang dia itu candu untukku." Mengatakannya membuat Sasuke tergelitik geli sendiri, tentu saja ucapannya terdengar picisan.
Naruto menyipitkan pandangan sesaat dan balik mengangkat bahu. "Dia pendek."
Sasuke terkekeh. "Dia sintal."
Naruto menggelengkan kepalanya dan berpikir sesaat. "Kepalamu terbentur ya, teme? Kupikir seleramu itu Haruno Sakura. Mereka 'kan beda banget." Ia melemparkan pandangan skeptis.
Sasuke meraih tas jinjingnya dan melapisi kaos basketnya dengan kemeja sekolah, lalu meraih minum dan menegaknya. "Dia aneh dan beda, aku jadi penasaran." Sasuke menatap Naruto sesaat. "Im out." Dan berlari kecil meninggalkan lapangan.
"Oi! Tunggu dong!"
"Balik sendiri sana, aku mau ke perpus!"
Naruto hanya melongo mendengarnya. Menggelengkan kepalanya cepat-cepat dan menggerutu. "Sejak kapan dia mau ke perpus? Pasti ganja membuat otaknya rusak."
Naruto, Uzumaki Naruto, sahabat karib Uchiha Sasuke. Pemuda dengan iris mata sapphire dan rambut pirangnya selalu menjadi topik pembicaraan seisi sekolah. Tubuh atletis, kulit tan, dan status sosialnya membuatnya menjadi pujian semua orang disekitarnya. Sebagai teman lama seorang Uchiha Sasuke, ia mengenal betul bagaimana karakter sahabatnya satu itu.
Selama ini Naruto hanya tahu kalau Sasuke suka gadis dengan pembawaan yang cantik, menarik dan tidak murahan. Namun, siapa sangka sekarang Uchiha muda itu malah mengejar gadis kutu buku yang bahkan tubuhnya tidak ideal—selama ini teman kencan Sasuke selalu merupakan pelajar-model. Tak pernah berganti. Mengetahui hal baru ini membuat Naruto sempat mengerutkan dahi.
Naruto berpikir sesaat dan mengangkat bahu. Ia tak mau ambil pusing, toh ujung-ujungnya Sasuke pasti akan mendapatkannya. Mungkin ia harus membuat taruhan dengan temannya sepulang dari sekolah.
TSUZUKU
Halo semua!
Pertama aku mau minta maaf atas ketidaknyamananan yang ada. Cerita ini sempat ku posting di website sebelah, apakah masih boleh di posting disini?
dan aku ingin tahu pendapat kalian tentang ini,
jadi lanjut/lepas, nih ceritanya?
satu lagi, aku minta bantu doanya ya, agar diberi kemudahan dan kelancaran, karena aku sedang menunggu hasil pengumuman ujian masuk universitas. terima kasih :)
June, 26th 2016
Regard me,
Xia Stacie Kaniko
