Naruto© Masashi Kishimoto

Story© Mikan Kuchiki

Rated: T

Genre: Romance/Drama

Pairing: Sakura/Sasuke

Aku? Bukan siapa-siapa. Hanya seorang manusia yang tersesat di jalan yang bernama kehidupan, entah sampai kapan aku akan terombang ambing di dalamnya. Terjatuh, terluka, meraung dan menangis adalah awal dari segalanya saat aku baru menyadari bahwa hidupku tidak ada gunanya. Tak ada yang membutuhkan seorang anak yatim piatu sepertiku, yang asal usulnya saja tak jelas sampai suatu hari seorang wanita tua membawaku ke panti asuhan. Tak ada kepastian dalam hidupku, tak ada sandaran, tak ada seorangpun yang mampu aku percayai untuk berlindung dan mengamit tangannya sekedar menjadi pengingat bahwa aku tak akan terjatuh, tapi kenyataan berkata lain. aku hidup sendirian sekarang, Kuliah dengan mengandalkan Beasiswa dan merantau jauh dengan sedikit kenangan yang kulalui dengan semua orang yang ada di panti. Berbekal kekuatan yang kudapatkan dari rasa sakit dan pengalaman pahit yang dapat kujadikan pegangan jika aku terpuruk nanti, menjadikannya semangat untuk memperbaiki kehidupanku, menjalaninya dengan berbeda dan memulai semuanya dari awal lalu mendapatkan sebuah pengakuan dari dunia ini.

"Sakura..."

Aku menoleh, sedikit terkejut saat seseorang menepuk pundakku ia terlihat heran, tangannya meremas pundakku pelan, sedangkan tangan yang lainnya tampak ia gunakan untuk mengamit beberapa buku disana.

"kau melamun lagi?"

Aku hanya tersenyum, tersenyum semanis mungkin tanpa tahu apakah senyumanku tulus?

"Aku hanya sedang memikirkan tugas dari Ochi-Sensei..."

"Kau bercanda? Otak jeniusmu pasti dapat merampungkannya hanya dengan sekejap Sakura!"

Ino berkata heboh di depanku, aku hanya bisa tersenyum, senyuman palsu yang selalu menemani hari-hariku. Yang sudah kutunjukan padanya selama 2 tahun berteman, berteman? Ia teman pertama yang kudapat di Tokyo, seorang anak Konglomerat yang selalu di manja dengan kemewahan. Dan...Teman...?

Aku bahkan tak tahu makna dari kata itu.

"Jangan berlebihan Ino..."

"Hei itu kenyataannya! Otakmu itu sangat jenius Sakura, kau harusnya Bang-"

'Brug'

Aku terkejut saat melihat Ino menjatuhkan bukunya, dia kenapa? Apa Sakit? Kulihat wajahnya memerah dan setitik air mengawali derasnya air mata di wajahnya. Lantas aku mengikuti arah pandangannya. Ah... aku tahu penyebabnya, Seorang pemuda dengan rambut Emo tengah merangkul mesra seorang gadis di sampingnya, sesekali mereka berbagi sebuah kecupan ringan. Aku menoleh lagi pada Ino, ia akan beranjak pergi, tapi aku menahan tangannya.

"Tunggulah sebentar..."

Aku melangkah dengan pelan, dan tak perlu menghabiskan waktu yang lama untuk sampai di sebuah meja yang jaraknya hanya sepuluh meter dari kami tadi.

...

...

...

"BYUR"

"HEI? BERENGSEK! APA YANG KAU LAKUKAN PADAKU?"

Aku hanya menarik sudut bibir kiriku, tersenyum sinis lalu meletakkan gelas jus yang isinya sudah tandas, dan.

"PLAK"

"Berhentilah menyakiti temanku..."

Aku berkata pelan setelah puas menamparnya, lalu melangkahkan kakiku hendak pergi. Namun sebuah tangan mencengkram pundakku Kasar, lalu menyentakku untuk berbalik arah padanya.

"KAU? BERANI-BERANINYA KAU?"

Aku memandangnya datar, hanya diam saat tangan kirinya melesat ingin menamparku.

"SAI HENTIKAN!"

"GREP"

Mataku membulat, bukan karena aku mendengar teriakan Ino yang berlari ke arahku, tapi sosok itu... pemuda yang sedang menahan tangan Sai, lalu menepisnya kasar, dengan pandangan mata yang datar dan kosong,lalu disaat bersamaan menusuk, seakan menghujamkan beribu Pisau tak kasat mata saat kau melihatnya...

ada beribu rahasia disana, sesuatu yang tak dapat kau tebak membuatmu tertarik untuk menyelaminya lebih dalam...

Apakah ia sama denganku?

"Enyahlah..."

Sai terlihat gemetar, lalu meraih tangan Gadis yang sejak tadi bersamanya. Mengucapkan sumpah serapah lalu pergi dengan tergesa.

"Awas kau!"

aku hanya menatapnya datar, tidak peduli dengan ancaman yang di tujukannya padanya, atau pemuda itu.

"Astaga! Sakura apa kau baik-baik saja?"

Ino berlari ke arahku, dan dapat terlihat jelas raut hawatir dimatanya, lalu tangannya hendak merengkuh tubuhku, tapi gerakannya terhenti saat tangan lain disana menarik lenganku sedikit kasar, membawaku pergi entah kemana?

"Sa-sakura? He-hei kau mau membawa Sakura Kemana?"

...

...

...

...

===n.n===

...

...

...

...

aku sedikit menghela nafas, sudah hampir setengah jam aku menunggu dan tak ada satu katapun yang keluar dari mulutnya semenjak ia membawaku ke atap, atap yang berada di gedung TOKYO UNIVERSITY, tempatku mengais ilmu selama ini. Hanya desiran angin yang terdengar bising di telingaku, menimba nimba apa yang ada di pikirannya sekarang.

Aku menyerah...

"Kenapa kau membawaku kesini Uchiha-San?"

Ah, Sasuke, itulah nama pemuda itu, Uchiha Sasuke yang misterius, tidak memiliki teman dan sangat jarang mengeluarkan kata dari mulutnya, tapi hal itu tidak lantas membuat ia kehilangan riibuan Fans Girlnya, itu semua kuketahui dari Ino.

"Jika tidak ada yang ingin kau katakan aku pergi..."

Aku sedikit menunduk setelah mengatakannya, memberi penekanan di akhir kalimat...

Dan melangkahkan kakiku pelan. Aku tak ingin membuang waktuku untuk berlama-lama disini.

"Apa yang kau lakukan tadi?"

Aku berhenti tanpa menoleh kearahnya aku menjawabnya dengan datar sedatar ia mengajukkan pertanyaannya tadi.

"Bukankah sudah jelas? Aku Hanya memberi sedikit pelajaran untuk laki-laki berengsek itu..."

Tak ada tanggapan darinya kulangkahkan kakiku lebih jauh hendak menggapai pintu yang berada di sudut kanan atap gedung ini.

"Bodoh..."

Lagi-lagi ucapannya membuat langkahku terhenti bedanya sekarang aku membalikkan badanku.

"Apa maksudmu Uchiha-San?"

Aku sedikit menyipitkan mataku, menatap punggungya datar berusaha menahan emosiku. Tapi dia tak menjawab, justru membalikkan badannya dan melangkah mendekatiku, tak ada Ekspresi yang tersirat di wajahnya, ia hanya mendekat, terus mendekat dan berhenti tepat di depanku.

"Kau, Bodoh..."

Aku menatanya marah, tak dapat menahan perasaanku ketika jarinya mengetuk jidatku pelan.

"Kau!"

Aku menepis tangannya kasar, tapi dia masih tidak menunjukan Ekspresi apapun, Ck, kurasa dia lebih hebat dalam menyembunyikan Ekspresinya daripada aku, atau dia tak punya sama sekali. Tak ada gunanya, aku menatapnya setajam mungkin tapi ia tetap sama tak bergeming.

"Terserah apa katamu Uchiha-San..."

Aku memutuskan untuk mengalah, aku tak ingin membuang waktu lebih banyak lagi dengan orang tak jelas ini. Mencoba tidak mempedulikan apa yang ia lakukan tadi padaku aku berbalik menggapai knop pintu yang ada di depanku untuk membukanya dan segera keluar dari sini, tetapi itu hanya anganku saja ketika tanganku lagi-lagi di tariknya dengan agak kasar lalu menghempaskan tubuhku pada dinding dengan sedikit keras membuatku mengerang sakit.

"APA MAUMU?"

Kesabaranku sudah habis aku membentaknya, kedua tangannya mempenjara tubuhku, memposisikannya masing-masing di sisi tubuhku. dia menundukan kepalanya dan berbisik dengan pelan.

"Kau tahu? Aku tak akan mengampuninya kalau sampai tadi ia menyakitimu..."

Aku terkejut mendengarnya, bukan, bukan karena ancamannya tapi karena aku mulai mengerti arti dari ucapannya, apa ia menghawatirkanku, dan mempedulikanku. Kuangkat kepalaku guna untuk melihat Ekspresinya, masih sama, tak ada perubahan yang berarti di wajahnya.

'Apa dia sedang mempermainkanku?'

"Kau-Hmmh..."

Aku terkejut bukan main ketika ia memagut bibirku dengan cepat, sedangkan kedua tangannya mengunci leher dan pinggangku,dengan refleks aku menahan dadanya yang semakin merapat seiring dengan ciumannya yang semakin intens, matanya tertutup kontras dengan mataku yang terbelak menatapnya, aku memberontak tetapi tak di gubrisnya, tenagaku terlalu kecil untuk dapat menyingkirkan tubuhnya dari tubuhku dengan mudah. Dia semakin menuntut, pagutan lembutnya berubah menjadi ganas dan menekan, lumatan-lumatan kasar dibibirku menunjukan seolah dia ingin menelan bibirku bulat-bulat, aku tak menyerah, kudorong tubuhnya sekali lagi tapi tak berhasil, ia masih tetap melumat bibirku dengan rakus, aku menyerah, kubiarkan bibirnya merajai bibirku, aku hanya terdiam menatap kelopak matanya yang tertutup, wajahnya sedikit memerah hanya sedikit dan samar tetapi aku dapat melihatnya dengan jelas bila jaraknya sedekat ini, wajahnya menunjukkan kalau ia sangat menikmati tindakkannya, inilah Ekspresi pertama yang ku lihat darinya, dan hal ini sukses membuatku tak dapat berpikir jernih, entah kenapa muncul keinginanku untuk dapat melihat lebih banyak lagi Ekspresinya, sedikit demi sedikit bibirku mulai terbuka, mencoba membalas lumatannya, kulihat matanya terbelak, terkejut dengan tindakanku, tersenyum di dalam ciumannya dan kembali tengelam di dalamnya, hal ini membuat dadaku menghangat perasaan senang membuncah di dalam hatiku karena aku dapat melihat Ekspresinya yang lain, ini semakin membuatku bersemangat dengan cepat aku melingkarkan tanganku dengan erat di lehernya dan mulai menutup mataku, tidak peduli dengan pasokan nafasku yang sudah semakin habis.

.

.

.

.

.

n…n

.

.

.

Seorang pemuda dengan Mahkota duren di kepalanya tampak menggendong Tas ransel yang besar di punggungnya, walaupun terlihat sangat berat tetapi cengiran di wajahnya tak kunjung menghilang justru semakin melebar ia tersenyum dengan sangat tulus pada seorang Nenek tua yang begitu ramah tangannya tampak menjinjing sebuah tas yang berukuran kecil, kontras dengan pemuda itu kesedihan nampak menggelayuti wajah tuanya.

"Apa kau yakin akan pergi kesana Naruto..."

Pemuda yang di panggilnya Naruto, hanya tersenyum mengedipkan sebelah matanya dan mengangkat jempolnya dengan semangat pada sang Nenek.

"Tentu saja Nenek Chiyo, Aku ingin sekali bertemu dengannya... aku harus menepati janjiku! Dan Nenek jangan terlalu hawatir... aku akan baik-baiik saja!"

Nenek Chiyo tersenyum, walaupun masih nampak jelas kehawatiran masih terpancar dari matanya, lekas ia memberikan jinjingan yang di bawanya tadi.

"Ini... berikanlah ini pada Caku-Chan, kalau kau sudah bertemu dengannya nanti..."

Naruto tampak mengerutkan keningnya, lalu menunjuk bungkusan yang sudah berpindah ketangannya.

"Ini apa Nek?"

"Ah... itu barang pertama yang dibawa Caku-Chan saat ia datang kesini? Kuharap dia senang memeilikinya kembali..."

Naruto tampak tersenyum lalu dengan cepat menyimpan tas kecil itu ke dalam Ranselnya yang berukuran besar.

"Naruto... kau yakin tidak ingin pamit terlebih dahulu?"

Ah, ia hampir saja melupakan sosok wanita cantik yang sejak tadi berada tepat di samping nya. Wajahnya terlihat sedih, menyadari bahwa ia akan kehilangan satu lagi anak asuhnya.

"Shizune-Nee jangan memasang wajah seperti itu, Ingat aku ini hanya akan pergi ke Tokyo, bukan pergi untuk selama-lamanya dari dunia ini..."

"BLETAK"

"A-aw... Nee-Chan.. kepalaku Sakit..."

"Dasar Bodoh! beraninya kau berkata acuh seperti itu NARUTO!"

"Hehe aku tak ingin melihat Nee-Chan sedih..."

Naruto mengelus kepalanya, dengan senyum lalu ia memeluk kedua wanita yang di sayanginya itu sebelum melangkah memasuki taksi yang sejak tadi menunggunya.

"Jaga dirimu baik-baik Naruto..."

"Kejarlah kebahagiaanmu nak..."

.

.

.

.

.

.

Hari semakin sore, dan langit semakin menggelap ketika aku sampai tepat di gedung apartemen yang sungguh sangat sederhana, sudah lama aku tinggal disini alasan lain karena uang sewanya murah juga karena tempat ini cukup dekat dengan kampusku, aku beranjak dari kendaraan Motor yang tadi aku tumpangi, melepaskan Helm dari kepalaku yang kemudian aku berikan pada pemiliknya, pemuda beriris Onyx yang tadi merebut ciuman pertamaku. tadi, sekali lagi Uchiha ini menarik tanganku menyuruhku untuk ikut dengannya, dan hal yang paling mengejutkan lainnya adalah aku sampai disini apartemenku, aku tadi sempat bertanya padanya, sejak kapan ia tahu rumahku, dan dengan datar, dan polosnya ia berkata...

"Hn, 2 th yang lalu..."

Aku terkejut dan menatapnya Intens, lalu menghela nafas entah sudah berapa kali aku di kejutkan oleh tindakannya. Baru kali ini aku berekspresi sesuai dengan apa yang kurasakan di hatiku, Uchiha ini adalah orang yang pertama. Orang pertama yang membuat perasaanku membuncah senang dan tidak menentu, perasaan yang baru kali ini aku rasakan.

Aku menatap iris Onyxnya, pemuda yang secara tidak langsung mengatakan bahwa ia memperhatikanku selama 2 tahun, yang bahkan tak pernah kusadari sebelumnya.

"Pulanglah! ini sudah malam..."

Aku mengalihkan pandanganku yang sejak tadi terpatri erat dengan Onyxnya, tak ada jawaban, ia tak bergeming tetap duduk di atas Motor Sport hitam milikya, pandangannya tetap datar seperti biasa. Aku menghela nafas, dan sedikit menunduk.

"Terima kasih sudah mengantarku..."

Lalu mulai beranjak dari hadapannya, tapi tangannya yang menggenggam tanganku sukses menghalau kepergianku, tanpa aba-aba dia menarikku kedalam pelukannya.

"Cup"

Kecupan singkat di bibir, lalu ia berbisik pelan di telingaku.

"Aku mencintaimu, Kau milikku Sakura..."

Aku mematung di tempat, tidak percaya dengan apa yang di katakannya barusan, sampai-sampai aku tak menyadari kepergiannya, tanpa sadar aku menyentuh dadaku, jantungku? dia terlalu cepat berdetak. Inikah rasanya dicintai seseorang?

Sedikit bibirku tertarik, tersenyum. Dan mematung sejenak di tempatku berada.

"Caku-Chan..."

Suara ini? cepat-cepat kupalingkan wajahku. Ah aku dapat melihatnya, seorang pemuda yang sangat familiar di benakku tengah menghambur memelukku, seseorang yang dulu sangat aku kenal...

Seseorang dari masa lalu yang berhasil membuatku percaya padanya...

"Naruto..."

To Be Continue

Author Note: Kembali dengan cerita yang abal dan banyak Typo disana sini, hehe!XD

Cerita aneh dengan tema pasaran. O.o

Alur yang begitu cepat dan segala hal yang berbau aneh disana(nunjuk2 ke atas) O.o

Lalu Maafkan daku yang bahkan belum ngelanjutin cerita sebelumnya tapi udah buat cerita yang lebih abal lagi O.o

Dan saya juga Ingin berterima kasih untuk para Reader yang bersedia membaca serta mereview Cerita saya sebelumnya XD (Tamerau & Beetwen You and Him) #PLAK

Itu adalah Vitaminku Minna-Chan... XD

Dan untuk cerita daku yang ini. Saya minta Saran, masukan, dan bimbingannya Minna... dan hal itu dapat dituangkan kedalam sebuah bentuk REVIEW XD #PLAK