Love at Fanfiction
Summary : Jatuh cinta di media sosial memang biasa, tetapi bagaimana jika author dan reader fanfiction yang mengalaminya? Cinta memang tidak pandang bulu, bisa bersemi dimanapun dan kapanpun.
Rate : T
Chara : Natsu.D, Lucy.H
Genre : Romance, friendship
Fairy Tail bukan punya author, tetapi punya Hiro Mashima.
Siang yang cerah, di SMA Fairy Tail, kelas X-B ketika jam istirahat berlangsung. Seseorang tengah duduk di samping jendela, memasang earphone pada kedua kuping nikmat mendengarkan alunan lagu, yang mengalir lembut mengalunkan kalimat demi kalikat bermakna tersirat. Ia fokus total membaca tulisan di layar ponsel, mengikuti urutan kata per kata merangkai sebuah alur bernama cerita. Terkadang menguap, berganti posisi, melamun, oikirannya kacau melayang di udara,
Sampai...
"Hoi! Kau masih baca?" tanya pemuda raven, menginterupsi lamunan tersebut dengan suara beratnya yang dilantangkan. Tentu dia kaget, melepas paksa earphone sambil menggerutukan puluhan sumpah serapah
"Ya, begitulah. Punya rekomendasi?" sepasang iris itu lekat menatapi lawan bicara. Onxy yang memancarkan kelelahan, terlalu berlama-lama larut dalam pancaran sinar radiasi yang menjenuhkan
"Banyak, kok. Kamu sudah membaca semuanya, dasar maniak!" ejeknya menepuk keras, bahu sang sahabat yang masih diam membisu. Hiburan gratisnya sengaja ditutup. Menghela nafas panjang sebelum membalas
"Katamu bagus, jadi aku baca estafet, deh! Pembohong, review-nya saja yang banyak, menurutku biasa bahkan membosankan"
"Natsu. Kita telah berteman sejak kelas satu SMP, dan aku belum mengerti jalan pikirmu. Apa genre yang kamu sukai? Romance? Action? Rating tujuh belas ke atas, huh?" terkaan terakhir adalah terburuk di antara yang terburuk! Anak polos bernama Natsu Dragnnel ini, mana suka baca begituan?
"Romance-nya mainstream! Mungkin kapan-kapan, aku harus mencoba baca cerita buatan pemula"
"Boleh juga. Kalau tidak berkunjunglah ke fandom vocaloid, Lisanna kan sering membuat di sana"
"Siapa peduli dengan Lisanna! Jangan mengungkit namanya lagi, Gray"
Hanya kisah kelam di masa lalu, mengenangnya membuat Natsu bersimpati kepada diri sendiri, dia mendadak menjadi sosok yang menyedihkan, merasa jatuh tertimpa tangga gagal melewati dua cobaan : melepas di belakang bayang dan menatap masa depan. Tapi, saran Gray bukanlah buruk untuk dilaksanakan. Mungkin, mungkin dia dapat menemukan sesuatu yang baru seperti...someone special?
Sebelumnya, tolong buang pikiran aneh ke laut jauh-jauh! Someone special bukan melulu pacar. Dunia remajamu sungguh disayangkan, jika memikirkan definisi cinta yang belum saatnya direnungkan. Maksud Natsu ialah, seorang author di dunia antah berantah, yang membekas di hati serta memori. Memiliki karya 'abadi' sepanjang masa bersemayam di jiwa. Memang agak berlebihan, tetapi ia serius.
"Selanjutnya pelajaran apa?" tanya Natsu merogoh isi tas, mengambil dua buku tulis dan kotak pensil, yang sempat bersembunyi di selipan-selipan baris benda persergi panjang
"Matematika. Sudah mengerjakan PR?"
"Hahaha...masa bodoh! Palingan dihukum dan berakhir bahagia..." dongeng si surai salam menyertakan sedikit tawa hambar. Itu tidak lucu, sebaliknya menjengkelkan terutama melihat pria berbadan besar itu masuk ke dalam kelas, lalu menanyakan pekerjaan rumah dan seenak jidat menyuruh murid keluar
Mentang-mentang berkuasa. Biarlah, lagi pula aku salah, batin Natsu menduduki dinginnya lantai marmer yang menusuk pantat. Mengambil hand phone membuka aplikasi bernama fanfiction, walau dibatalkan karena baterai sekarat tinggal 20%. Oh sial! Kenapa kemarin lupa di cas? Menghabiskan waktu dua jam penuh tanpa 'mainan', buruk, sangat buruk! Cepatlah bel berbunyi atau apa, supaya dia bisa pulang memulai penjelajahan.
Pukul 14.00
Tidak ada alasan untuk tinggal lebih lama. Natsu berbenah secepat kilat berlari meninggalkan kelas. Gray pulang duluan, ada urusan penting di kota Crocus, mengenai perusahaan yang akan dia kelola setelah lulus. Ah, siapa peduli, hidupnya bukan prioritas yang mesti dilacak setiap menit. Pulang-pulang kena marah ibu, disuruh makan siang sesulit menarik sapi betina lagi sensitif, salah tindakan diseruduk macam banteng gila warna merah.
"Makanannya daging kesukaanmu, lho!"
Beda cerita kalau daging yang diungkit.
Balik ke kamar, perut kenyang memang yang terbaik, ditambah musik dan AC melengkapi surga duniawi. Natsu mencari di bagian misc huruf V, tak sampai lima menit langsung menemukannya. Lumayan banyak cerita di situ, meski nama pena Lisa-chan066 paling mendominasi. Dia itu yang disebut-sebut Lisanna Stauss, sesosok kepingan masa lalu yang hendak ditimbun dalam-dalam ke dasar hati.
"Wah...author professional beda banget!" seru Natsu kaget melihat jumlah komentar, sekitar enam puluhan, walau ia lebih tertarik menstalk akun orang di bawahnya, Lucy Heartfilia
Pertama-tama baca satu terlebih dahulu. Entah kenapa Natsu tertarik, terus melahap karya-karyanya yang sudah diterbitkan sebanyak 84. Ternyata dia pernah, membuat cerita di fandom Naruto, salah satu langganannya selama dua tahun terakhir. Ugh...kenapa baru sekarang? Sayang tidak terkenal, siapa sangka ada author seperti itu. Ya asal kau tau, dunia memang sempit, dan padatnya populasi membuat orang yang biasa saja, tertutupi oleh ketenaran manusia setingkat di atas mereka,
salah satunya si Lucy Heartfilia ini. Dapat dibilang, ke-84 karya itu hanya dipandang sebelah mata. Dunia fanfiction betul-betul kejam bagi pemula.
"Tanyakan ke Gray, ah, besok!"
Kenapa harus Gray? Karena dia itu stalker author. Otomatis tau banyak, dong, soal seluk-beluk fanfiction.
Keesokan harinya….
Jam istirahat, 09.05 di kelas.
"Hah….?! Apa maksudmu berkata tidak tau!" seru Natsu menaikkan volume suara, satu oktaf lebih tinggi. Memekik telinga Gray, yang duduk berjarak satu meter dengan si salam. Kelas begitu sepi, bahkan rasanya sampai bergema ke tetangga sebelah
"Santai Natsu, santai. Aku benar-benar tidak tau, ada author pen name Lucy Heartfilia. Ingat, fandom hunianku bukanlah vocaloid melainkan Naruto. Meski tiga menit lalu, aku sempat melacak akunnya"
"Katakan dari tadi, bodoh! Bagaimana menurutmu, ceritanya bagus kan?" wajah penuh pengharapan yang Gray indahkan. Kenyataan sering kali menyakitkan, meski benar adanya dan perlu dikemukakan demi kebaikan dua pihak
"Seleramu aneh. Author bernama Lucy ini tidak memiliki kelebihan menonjol. Diksi, gaya bahasa, alur, summary, penyampaian, sudut pandang, semua bernilai standar. Ceritanya hanya rapi, selain itu aku berhenti komentar"
"Menurutku bagus, sederhana jauh lebih baik dibanding rumit. Misalnya cerita Lisanna, dia terlalu banyak memakai diksi asing, sampai harus cari di kamus segala, melelahkan…."
"Justru itu nilai plus, tetapi aku turut senang, karena kamu berhasil menemukan someone special" entah mengapa, Natsu merasakannya kurang tulus, walau dia menghargai kesaksian Gray yang tidak pantas diucapkan sekarang
"Yosh. Aku ingin mendukungnya!"
"Jangan bilang dengan menjadi silent reader. Membaca setiap karya yang dia publish, tanpa pernah meninggalkan jejak. Jika begitu, sampai kapanpun keberadaanmu hanya dianggap kutu air"
"Jelaslah tidak! Aku akan memberi review"
Jus berprirasa pisang Gray semburkan, menyuratkan keterkejutannya mendengar tekad Natsu. Padahal selama dua tahun menjadi pembaca, dia bersikeras mau menyembunyikan identitas, bahkan mendaftar anggota pun ditolak mentah-mentah. Jari-jemari lentiknya mengetik cepat, deretan huruf yang terjajar dalam bentuk QWERTY di keyboard hand phone. Memasukkan email, pen name, password dan terakhir captcha. Ternyata dia serius seratus persen!
"Pen name-nya Natsu Dragneel. Ya, biarlah, supaya dia tau nama asliku. Siapa tau bisa berkenalan dan berteman. Hahaha….aku semakin bersemangat untuk membongkar identitasnya"
"Hoi, hoi, kalau tidak ingin dikenal kau tetap bisa mengfav dan mengfollow cerita Lucy Heartfilia"
"Tindakan itu kurang nyata, aku butuh sesuatu yang lebih berani. Baiklah, waktunya mengisi kolom review!"
Firasat Gray justru buruk. Natsu punya alasan tersendiri, kenapa tidak berniat menjadi anggota, bersikukuh mempertahankan status silent reader yang sering dikata mitos semata. Dia ogah dikejar-kejar Lisanna. Mengalami terror serupa macam peristiwa satu tahun lalu, saat mereka masih satu sekolah, kelas tiga SMP. Agak mengesalkan mengenang kejadian buruk tersebut, sehingga ia lebih memilih melupakan dan memutus hubungan.
Meski di masa lampau, Natsu sempat berhutang budi terhadap Lisanna.
"Enaknya menulis apa, ya? Ayolah Gray, bantu aku!" rengek Natsu mirip anak kecil berusia lima tahun, tengah meminta permen kepada ibunya yang terus melarang. Mau bagaimana lagi, dia antusias begitu, gumam Gray menghela nafas panjang, sesekali menolong orang bodoh bukan masalah
"Ungkapkan saja perasaanmu, seperti 'aku suka alur ceritanya, seru dan bla…bla…bla….' atau berikan saran tentang kelanjutannya"
"Sudah selesai"
"Cepat sekali….kamu mengetik apa memang?"
"Aku menyukai ceritamu"
"Ulangi sekali lagi"
"Aku menyukai ceritamu! Itu yang aku tulis"
"Dasar bodoh! Kau hanya membuatnya bingung dengan berkata seperti itu. Alasanmu terlalu dangkal, palingan sekadar dibalas 'terima kasih'. Kesempatan pertamamu terbuang sia-sia" panah imajiner tepat menusuk hatinya yang meringis kesakitan. Natsu pundung di tempat, mendengar perkataan Gray berkesan sinis
"Tapi tidak apa-apa. Masih ada kesempatan kedua, ketiga dan seterusnya, hahahaha!"
Optimis ialah kelebihan Natsu. Maju terus pandang mundur, itu motto-nya.
Natsu Dragneel
Aku menyukai ceritamu, Heartfilia-san!
Bersambung….
