Hajimemashite, Minna…
Watashiwa ~ Ruki ~ desu
Disclaimer : Tite Kubo-Sensei
Warning : OOC, AU, Typo
Pairing : IchiRuki
Rate : T
KISAH PUTRI DUNIA LAIN
== Ruki ==
Chapter 1
Nampak dua makhluk bersayap tengah terbang menyusuri langit yang kian menggelap. Salah satunya bersayap putih dengan struktur sayap yang nampak sempurna dan berkilauan, mengepak dengan anggunnya menembus dinginnya udara sore.
Sedangkan di sampingnya, tentu, seorang lelaki tinggi dengan sayap berwarna hitam pekat, rambut jingga dan pandangan sayup ke arah depan, ia nampak lelah.
Berkali-kali lelaki tersebut melirik ke arah seorang gadis kecil yang kini terbang mensejajarkan diri dengannya. Ia nampak begitu khawatir. Hampir 3 jam mereka terbang tanpa tujuan.
"Apakah Putri baik-baik saja?" tanya lelaki tersebut memastikan keadaan sang putri.
Gadis itu dengan perlahan memandang lelaki di sampingnya, senyum ringan tersungging di bibir manisnya.
"Aku hanya sedikit lelah, Etsu… e… maksudku, Ichigo," kata gadis dengan panggilan Putri Yuki tersebut.
Lelaki bersayap hitam itu kini menghela napasnya sejenak, kemudian mulai membuka mulutnya kembali.
"Bolehkah saya membantu Putri?" tanya Ichigo sopan.
"…?" Rukia yang tidak mengerti maksud lelaki tersebut hanya bisa menganggukkan kepalanya dan menatap Ichigo heran.
Lelaki bersayap hitam itu sedikit menundukkan kepalanya dengan hormat kemudian meraih tubuh mungil itu, menopangnya dengan kedua lengan kokohnya, membawa sang putri dengan bridal style.
Awalnya sang putri terkejut, namun terlihat dari muka lelaki tersebut, ia hanya sekedar membantunya, tidak lebih. Nampak wajah kecewa terpantul di wajah manis sang putri.
*(n_n)*
Tanpa terasa hari telah berganti malam, Rukia tertidur dalam gendongan lelaki bersayap hitam. Dengan masih terbang menembus dinginnya malam, Ichigo sedikit melirik ke bawah, tepatnya sosok sang putri yang kini tengah di bawanya.
Lelaki itu tersenyum dan berkata,
"Selamanya kau tetap 'Putri', Rukia… Aku tidak bisa mengingkari itu," kata Ichigo sambil tersenyum miris.
Wajah kekecewaan nampak di paras lelaki tampan tersebut. Ia tidak dapat mengingkari kenyataan bahwa dirinya hanyalah makhluk biasa, sedangkan gadis ini adalah seorang Putri, Putri Dunia Lain yang harus ia lindungi.
Harus ia lindungi karena janji masa lalunya saat pertama kali ia bertemu Putri tersebut. Ia pernah berkata,
"Saya mohon, Putri. Biarkan saya menemani Putri dan menjadi teman Putri. Saya berjanji akan menempatkan Putri di atas segala-galanya. Saya berjanji, saya akan selalu melindungi Putri."
Ya, karena itulah, meskipun sang putri kini telah kabur dari Dunia Lain dan dianggap penghianat Dunia Lain. Ia akan tetap setia kepada sang putri.
Ia tahu segalanya, melebihi orang lain. Putri Shirayuki bukanlah penghianat. Ia hanyalah seorang putri yang merasa kesepian. Dan tugasnya disini adalah menemaninya. Menemani seumur hidupnya.
Sekelebat bayangan akan jajinya saat itu, membuat Ichigo ingat kenangan akan pertemuannya dengan sang putri di Dunia Manusia, membuat hati lelaki bersayap hitam itu malu sendiri.
Mereka telah berjanji saat itu. Mereka akan bertemu di Dunia Manusia, menjadi sepasang manusia normal yang bisa saling mencintai. Bisa saling berbagi seperti layaknya pasangan pada umumnya.
Tapi nyatanya, Ichigo tidak bisa membuang status itu, status dimana Putri Yuki adalah hal yang tinggi di atasnya, dan rasa minder pun tak dapat di hapusnya begitu saja, meskipun ia tahu, putri tersebut juga mencintainya.
*(n_n)*
Pagi Hari
Kamar yang begitu luas, mewah dan manis. Gadis itu tertidur dengan pulasnya di atas kasur berukuran king dengan sprei berwarna putih bersih dan senada dengan selimutnya.
Setelan baju petualang masih menempel pada tubuh mungilnya. Gadis itu menggeliat sesaat kemudian membuka matanya perlahan. Mengubah posisi tidurnya dengan duduk dan mulai mengamati sekelilingnya.
"Dimana aku?" kata gadis itu dengan mata yang masih terkantuk.
Tiba-tiba saja pintu besar berwarna putih dengan pinggiran emas terbuka lebar, menampakkan sosok lelaki yang ia kenal, lelaki dengan postur badan tinggi dengan setelan seragam SMU melekat pada tubuhnya.
"Selamat pagi, Putri," kata lelaki tersebut menunduk hormat pada gadis yang masih berada di atas kasurnya.
"Bisa kau jelaskan semua ini, Etsu?" kata sang putri pada lelaki di hadapannya.
"Saya memakai sihir, Putri. Mulai hari ini kita akan tinggal bersama disini, dengan Putri sebagai adik saya bernama Rukia. Dan saya sebagai kakak Putri bernama Ichigo. Marga kita Kasuga," jelas lelaki tersebut susah payah.
"Baiklah, terserah kau saja, em… Ichigo?" kata sang putri yang kini telah berdiri di dapan lelaki yang ia panggil Ichigo.
Lelaki berambut jingga itu hanya tersenyum kemudian berkata,
"Sebaiknya Putri segera bersiap untuk pergi ke sekolah," kata lelaki itu kemudian.
"Baiklah…" kata putri tersebut malas.
*(n_n)*
SMU Kōhoku
Desas-desus sejak sehari sebelumnya mulai terdengar di sekolah elit tersebut. Sekolah elit yang terdiri dari banyak siswa dari para pejabat tinggi di Jepang.
Kabarnya, hari ini SMU Kōhoku akan kedatangan siswa baru dari luar negeri. Bagaimana tak heboh seluruh siswa di sekolah itu. Dan kabar angin mengatakan, mereka adalah kakak adik yang lumayan oke.
"Hei, teman-teman! Mereka ada di depan gerbang sekolah!"
Teriak salah satu siswi berseragam sailor dengan rok berwarna ungu pendek sekitar 10 cm di atas lututnya dan sebuah kemeja putih bersih dengan jas berwarna ungu tua gelap mendekati hitam.
Tak lupa dasi berupa pita dengan lebar 2 cm yang berwarna senada dengan rok pendeknya, yaitu violet. Itulah seragam kebanggaan SMU Kōhoku.
"Oh, ya? Serbuuu…!" kata salah satu teman dari gadis yang berteriak barusan.
Lelaki dengan rambut merah panjang dan beberapa tato di tubuhnya. Seragam serba ungu tersebut juga membungkus tubuh tingginya dengan sempurna. Membungkus setiap inci tubuh tegap dan atletis tersebut.
Namun bedanya, kali ini ia mengenakan celana panjang dengan sepatu merah kebanggannya.
Di sisi lain
Saat ini Rukia dan Ichigo telah berhasil turun dari mobil sport tanpa atap berwarna ungu menyala. Kenapa ungu? Ya, sang putri lah yang memintanya, dan Ichigo tak dapat menolak itu.
Sekali lagi sihir telah berhasil Ichigo lakukan. Kehidupan mereka menjadi sangat mudah kali ini. Karena semua begitu mudahnya di dapat dengan sihir.
*(n_n)*
Dengan memakai seragam kebanggaan SMU Kōhoku, Ichigo dan Rukia terus berjalan menelusuri koridor kelas mereka dengan bergandengan tangan.
Decak kagum mulai terdengar memenuhi setiap inci atmosfer udara di sekitar mereka. Membuat Rukia sedikit takut dan gugup.
Ichigo yang merasa tangan Rukia sedikit mendingin pun, kini semakin mengeratkan pegangannya. Reflek Rukia menatap ke arah Ichigo. Dilihatnya lelaki tampan tersebut dengan tatapan teduh.
Tampak sedikit berbeda memang. Ichigo nampak begitu keren dengan seragam barunya itu. Ichigo sengaja membuat baju tersebut lebih berantakkan, dengan jas yang sama sekali tak ia kancingkan dan dasi yang memang dilonggarkan.
Kata rapi memang jauh dari dirinya, tapi hal itu mampu membuatnya tampak lebih baik di mata Rukia. Sepasang sepatu putih membalut kakinya setelah celana violet panjang menutupi seluruh kaki panjangnya. Ia nampak begitu violet, nampak seperti sepasang matanya dan itu berarti indah.
"Santai saja, Putri," kata Ichigo pelan.
Saat keduanya hampir sampai di depan kantor Kepala Sekolah, seorang gadis dengan rambut panjang dan identik dengan warna tumbuhan itu meneriakkan sesuatu sehingga Ichigo dan Rukia terhenti dan menoleh ke belakang.
"Hei! Kalian berdua!" teriaknya dengan penuh semangat.
Dia tak sendiri, seorang lelaki dengan rambut merah panjang dan di kuncir menyertai langkahnya dari belakang.
Begitu keduanya sampai di depan Rukia dan Ichigo,
"Ah, kau tampan sekali, boleh ku tahu siapa namamu?" tanya gadis itu dengan mata berbinar-binar.
Ichigo hanya diam di tempat sedangkan Rukia bersembunyi di balik tubuh tinggi Ichigo. Rukia masih merasa takut.
Putri Dunia Lain jarang berinteraksi dengan makhluk di luar istana, bahkan yang selalu diajaknya bicara hanya Ichigo seorang. Maka dari itu, ini bukan hal biasa baginya.
Ichigo masih menatap gadis itu heran, wajah yang merasa terganggu pun mulai tampak dari paras tampan Ichigo. Lain halnya dengan lelaki berambut merah di belakang gadis berambut tumbuhan itu. Ia terus menatap gadis manis di belakang Ichigo tanpa berkedip.
Srat!
Dengan kecepatan melebihi cahaya, Renji telah sampai di samping Rukia dan duduk bersimpuh dengan satu kaki layaknya seorang pujangga.
"Anda sangat cantik sekali, Nona. Boleh aku tahu siapa namamu?" tanya Renji yang kini berhasil menyentuh sebelah tangan Rukia.
Rukia hanya terdiam di tempat, sedang Ichigo masih saja di hujani pertanyaan oleh gadis di depannya.
"Ah, I, iya! Namaku Neliel. Kau bisa memanggilku, Nel! Kyaaa! Kau memang pangeranku!" kata gadis itu sambil melompat girang di depan Ichigo.
Sedangkan Rukia masih bingung mau berbicara apa, sedikit demi sedikit Rukia membuka mulutnya, setelah 5 menit berlalu, barulah suara keluar dari mulutnya.
"Na-namaku, Kasuga Rukia," jawab Rukia akhirnya.
Lelaki tersebut tersenyum manis kemudian berkata,
"Aku Abarai Renji, senang berkenalan denganmu, Nona Rukia…"
Cup!
Satu ciuman berhasil menempel di punggung tangan Rukia. Reflek Rukia berteriak karena terkejut.
"Kyaaa!"
Ichigo langsung berbalik mendengar teriakan putrinya, dilihatnya Renji bermuka bengong menatap Rukia yang baru saja menjerit. Apa yang ia lakukan sangat salah? Begitulah pikir Renji saat ini.
Dengan cepat Ichigo meninggalkan gadis yang masih nyerocos tak jelas kepadanya dan menuju ke arah Rukia.
"Apa yang kau lakukan, Bodoh?" kata Ichigo menatap dingin Renji.
"Oh, ma-af, Kakak Ipar. Aku hanya memberi salam padanya… Dan dia langsung berteriak, maafkan aku," kata Renji dengan sedikit meringis.
Rukia yang mendengar suara Ichigo langsung menatapnya dan berjalan mendekat kemudian memeluknya.
"Ichigo… aku takut," kata Rukia yang masih terkejut dengan kebiasaan manusia itu.
Ichigo membalas pelukan hangat Rukia dan mengelus-elus rambut hitamnya yang halus.
"Tenanglah, Rukia. Mereka tidak akan menyakitimu. Aku janji," kata Ichigo dengan nada tenang.
Rukia segera melepaskan pelukannya dan menatap sepasang mata musim gugur Ichigo dengan sedikit mendongakkan kepalanya.
"Aku percaya padamu," kata Rukia dengan senyum.
Dan senyum itu dibalas Ichigo dengan senyum yang tak kalah hangatnya. Dan begitulah seterusnya, mereka saling tersenyum satu-sama lain.
Renji dan Neliel yang melihat adegan itu hanya cengo di tempat. Hubungan kakak adik mereka sangatlah hangat dan istimewa, bahkan kalau seseorang tidak mengetahui status mereka, pasti ia akan mengira mereka adalah sepasang kekasih.
"Rupanya kau ada di sini, Renji," kata seseorang yang berhasil membangunkan kecengoan Renji dan Neliel.
Rukia yang merasakan kehadiran seseorang kini segera merapat pada Ichigo dan menggenggam sebelah tangan kiri Ichigo erat.
"Kalian orang baru itu kan?" katanya kemudian dan langsung mendekat pada Rukia dan Ichigo.
"Kalian nampak mesra sekali untuk ukuran saudara. Aku Ashido, senang berkenalan denganmu," kata Ashido tenang dan langsung mengulurkan tangan di depan Ichigo.
Dengan santai Ichigo menyambut tangan dari lelaki berambut merah di depannya.
"Kasuga Ichigo, dia Rukia, kami bukan saudara kandung," kata Ichigo datar.
"Terserahlah, tapi adikmu manis sekali," kata Ashido menatap Rukia sejenak kemudian tersenyum.
Rukia yang ditatap seperti itu hanya bisa terdiam. Ia masih bingung, kenapa semua orang memujinya?
"Maafkan teman-temanku yang telah mengganggu kalian. Mereka memang bodoh," kata Ashido sambil menunjukkan senyuman khasnya.
"Kau…" kata Neliel dan Renji bersamaan berusaha memprotes kata-kata Ashido 3 detik yang lalu, namun sayang dengan cepat Ashido memotongnya.
"Baiklah, semoga kalian masuk di kelas yang sama dengan kami. Sampai jumpa!" kata Ashido dengan menyeret kedua temannya dengan susah payah.
Ichigo dan Rukia hanya sweatdrop di tempat.
"Mereka aneh," kata Rukia dalam hati, namun Rukia tersenyum.
Jam Istirahat
"Tak kusangka, mereka bisa sekelas dengan kita," kata Neliel begitu girang.
"Ya, aku sungguh mengharapkannya," kata Renji yang sedari tadi hanya menatap Rukia tanpa berkedip.
Di sisi lain Rukia masih menatap asing ruangan yang sekarang dihuninya. Ia sedikit lega, karena Kepala sekolah SMU Kōhoku ini mengizinkan Ichigo untuk sekelas dengannya dan sekaligus duduk di sampingnya. Karena ia tahu, ia takkan bisa tanpa Ichigo di sampingnya.
"Kau ingin makan sesuatu, Rukia?" tanya Ichigo kemudian.
"Bagaimana caranya?" tanya Rukia polos yang kini menatap Ichigo dengan lembut.
"Ikut aku," kata Ichigo menjawab kebingungan Rukia.
Ichigo berdiri kemudian disusul oleh Rukia yang dengan cepat menggandeng telapak tangan kiri Ichigo. Ichigo hanya tersenyum kemudian mereka berjalan bersama meninggalkan kelas.
"Wah, mereka mesra sekali ya?" kata Neliel pada gadis yang duduk di sebelahnya.
Gadis dengan sorot mata anggun dan memiliki wajah yang cantik. Ia memiliki bentuk tubuh yang tak jauh berbeda dengan Neliel, seksi.
"Ya, aku sampai muak melihatnya!" kata gadis dengan rambut coklat panjang judes.
"Hahaha, bagaimana kalau kita buat permainan, Hime?" kata Neliel memanggil gadis tersebut dengan nama Hime. 'Putri'? Tentu saja tidak, ia bernama Inoue Orihime.
"Boleh saja," kata Inoue dengan senyum manisnya.
*(n_n)*
Ichigo dengan segera menyingsingkan lengan jasnya secara kasar. Ia merasa jengah dengan baju berlapis yang harus ia kenakan. Ia lebih suka melepas bajunya sekarang. Tapi itu sungguh tidak mungkin, karena sang putri berada di sampingnya.
"Ada yang salah, Ichigo?" tanya Rukia melihat tingkah Ichigo yang tak biasa.
"Tidak, hanya saja aku tidak terbiasa memakai baju seperti ini," kata Ichigo kemudian sambil menyeruput minumannya yang berwarna biru.
"Kau lebih tampan dengan penampilan seperti itu," kata Rukia sangat lirih.
"Apa?" kata Ichigo meyakinkan.
"Ah, sudahlah, jangan dihiraukan," jawab Rukia sambil mengalihkan pandangannya pada suatu hamparan lapangan basket besar di depannya.
Beberapa siswa tengah saling melemar, mendribel dan berlari dengan bola berwarna orange di tangan mereka. Rukia sedikit mengerutkan alisnya.
"Apa yang mereka lakukan, Ichigo?" tanya Rukia masih menatap orang-orang yang tengah bermain saat ini.
Ichigo segera menatap ke arah dimana Rukia memfokuskan perhatiannya.
"Oh, itu permainan basket, mau lihat?" kata Ichigo menawarkan.
"Boleh," kata Rukia singkat sambil tersenyum pada Ichigo.
*(n_n)*
Sesampainya di lapangan basket tersebut, Ichigo segera menyuruh Rukia duduk di salah satu bangku yang berada di sana. Ichigo juga menitipkan jasnya kepada Rukia dan sedikit mengendorkan dasi miliknya. Ia kemudian berlari menuju ke arah area permainan.
Saat Ichigo datang, semua pemain menatap dirinya, mereka kemudian saling menyapa sekilas. Dan Ichigo pun di ajak bermaian bersama oleh salah satu dari mereka.
Tidak buruk, malah sangat hebat. Ichigo dengan lihainya mendribel bola ke area lawan dan sudah beberapa kali berhasil memasukkan bola ke ring dengan sangat mudah.
Tepuk tangan penonton menyambut kehebatan yang telah Ichigo lakukan. Ichigo hanya tersenyum datar menanggapi dukungan yang mulai terdengar dengan menyebut-nyebut namanya.
Dilain pihak Rukia merasa terkagum-kagum dengan pola permainan Ichigo. Ichigo jauh lebih keren 100 kali saat melakukannya. Rukia pun mulai tersenyum tak jelas.
"Hei, dia keren ya?" tiba-tiba suatu suara berhasil menyadarkan Rukia.
Di tatapnya serius seseorang yang kini berdiri tegak di sampingnya. Seseorang itu pun melakukan hal yang sama, menatap Rukia yang masih terdiam.
"Aku tahu, kalian bukan saudara kan?" kata seseorang itu dengan nada yang sangat yakin.
Rukia terkejut bukan main, kenapa orang ini bisa mengatakan hal itu begitu sangat yakin. Siapa dia?
"Kau pasti tidak mengenalku," katanya kemudian.
"Siapa kau?" tanya Rukia dengan wajah datar.
T`B`C`
Sekedar mengisi fandom Bleach yang lumayan sepi. Bete uga gag da iank di baca. Apa agi IchiRuki'na...
Jadi Ruki tulis aja Sequel ~Dongeng Putri Dunia Lain~ nui. En langsung di publish de... Moga Readers suka...
Arigatou and Mata Ashita "^_^"
R P
E L
V E
I A
E S
W E
