ff kedua yang aku coba upload di ffn

ini sebenernya ff lama ku.

pertama kalinya juga aku buat rate M

dan lagi-lagi GS

dan karena ini coba-coba harap maklum ya kalau misalnya hasilnya mengecewakan _

.

.

.

Musim semi mulai menunjukkan eksistensinya. Suhu yang menghangat di perindah dengan kuncup-kuncup muda yang mulai bermunculan. Hari yang indah untuk memulai hari. Ya, harusnya seperti itu. Sampai teriakan membahana terdengar di salah satu apartemen mewah di tengah-tengah kota seoul.

"Minseok, Kim Minseok bangun sekarang juga." Teriakan bernada cempereng milik seorang gadis kembali terdengar, kali ini diiringi dengan debaman pintu yang dibuka secara kasar

Di sana, di tengah kasur empuk dengan seprai sutra berwarna pastel nampak seorang gadis masih bergelung nyaman pada kasurnya yang menjanjikan kehangatan dan kenyamanan yang jarang ia peroleh

"bangun pemalas, oh Tuhan… salah apa aku punya eonni sepemalas ini" geraman bernada jengkel itu mengusik tidur cantik Minseok

"lima menit lagi Dae," tawar Minseok dengan suara serak khas orang baru bangun tidur

"dan membuatku terlambat masuk sekolah. Ma'af saja nona Kim, " Jongdae berderap masuk dan menarik paksa selimut tebal yang membungkus tubuh kakaknya itu, menghasilkan protes keras dari gadis mungil bertubuh indah yang sangat diinginkan setiap perempuan di luar sana.

"astaga, hilangkan kebiasaan tidurmu tanpa memakai baju itu !" nada ngeri tergambar jelas pada suara Jongdae

"bilang saja kau iri dengan tubuhku" balas Minseok cuek sembari melenggang masuk ke kamar mandi hanya dengan menggunakan underwear seksi dengan renda berwarna merah.

"enak saja, akupun tidak kalah seksi denganmu" rutuk Jongdae kesal sembari menutup pintu kamar kakaknya itu sembari bersungut-sungut.

Ia, Kim Jongdae. Adik dari Kim Minseok atau orang lebih mengenalnya dengan nama Xiumin. Seorang model terkelan yang belakangan ini mulai mengiklani Victoria Secret dan Calvien klain. Dua brand ternama produk pakaian dalam itu. Jika Minseok adalah model maka Jongdae adalah penyanyi solo terkenal. Keluarga besar mereka memang memiliki darah seni yang menurun dari kedua orang tua mereka.

Ayah mereka, Kim Joongwon merupakan mantan penyanyi solo terkenal yang sekarang merupakan CEO beberapa perusahan broad case dan entertaimen terkenal Korea, Cina, dan Jepang. Sedangkan ibu mereka, Kim Ryewook merupakan artis terkenal yang masih aktif di dunia hiburan. Beruntungnya kedua anak mereka ini diberi kebebasan dalam memilih karir yang mereka inginkan. Bahkan Ryewook dengan hebohnya menyetujui tawaran yang datang pada Minseok untuk membintangi dua brand terkenal itu.

"Tubuh menggiurkan itu untuk diberi apresiasi. Bukan untuk disembunyikan." Itulah tanggapan kedua orang tua mereka saat itu

Membuat Jongdae meringis dan Minseok tersenyum puas atas tanggapan positif kedua orang tua mereka.

.

.

.

.

"sampai kapanpun aku tidak pernah terbiasa dengan dirimu yang ini" Jongdae meringis ngeri melihat kakaknya yang nampak asik menikmati telur mata sapinya

"jangan lihat . kenapa susah sekali sih. Kau itu terlalu serius Dae" tanggapan cuek bernada malas itu membuat Jongdae mendengus kesal.

"apa enaknya berpenampilan mengerikan seperti itu,?!" semprot Jongdae kesal sembari menarik tas bermereknya dari kursi di sebelahnya. Melenggang anggun meninggalkan sang kakak yang hanya tertawa kecil dari arah meja makan.

Entah mengapa Jongdae merasa menyesal memutuskan untuk tinggal bersama kakaknya di apartemen mewah sang kakak. Selain sang kakak yang suka seenaknya Jongdae juga merasa jika peran mereka sekarang tertukar. Jongdae merasa ialah yang kakak bukan Minseok yang menjadi kakaknya.

Sementara Minseok yang di tinggal Jongdae melirik refleksi dirinya pada kaca yang memisahkan ruang tamu dan ruang tengan dengan ringisan kecil.

"kau nampak buruk Kim" bisiknya pelan sebelum menutup pintu apartemen mereka.

.

.

.

.

Koridor sekolah yang lengang itu membuat Minseok memacu langkahnya cepat ke kelasnya yang berada di lantai dua gedung sekolahnya. Minseok terlambat, dan itu karena bis yang Minseok tumpangi mendadak mogok di tengah jalan. Jadilah Minseok datang terlambat seperti ini.

"semoga Ahn Saem belum masuk…" Minseok terus menggumamkan kalimat itu berulang-ulang dan bernafas lega saat ia mendengar keberisikan kelasnya, itu tandanya guru killer itu belum masuk.

Dengan tergesa Minseok membuka pintu kelas dan melangkah cepat sampai ia menabrak seseorang yang keberadaannya tidak Minseok sadari. Tubuhnya secara mengenaskan tertarik oleh grafitasi, membuatnya memejamkan matanya ngeri. Kelas yang tadinya ramai mendadak sunyi.

"sialan, ia menabraknya." Umpat seorang gadis dari tengah kelas

"tidak,,, ia menindihnya" teriakan histeris itu kembali terdengar

"ekhem,,, Kim Minseok, bisakah kau berdiri. Ini bukan drama-drama tv" suara sinis Ahn saem membuat Minseok membuka matanya perlahan dan terkesiap ngeri melihat siapa yang saat ini ia tindih.

"sialan, dari sekian banyak orang kenapa harus dia" rutuk Minseok pelan

"bisakah kau bangun. Tubuhmu itu berat" nada sinis sang korban tabrakan Minseok membuat Minseok bergegas berdiri dan meminta ma'af

"mianhae…" cicit Minseok takut

"karena kita kedatangan anggota baru kau ku ma'afkan. Duduk di bangkumu."

Dengan bergegas Minseok melangkahnkan kakinya ke arah bangkunya yang ada di baris belakang tanpa teman.

Selama pelajaran berlangsung Minseok menerima tatapan mengintimidasi dari gadis-gadis yang ada di kelasnya. Yang menjadi objek pelototan malah sibuk menatap Xi Luhan sang siswa baru dengan tatapan yang sarat akan rasa benci di balik rambutnya yang tergerai menutupi seluruh wajahnya.

"Kim Minseok, karena kau siswi terpintar di kelas ini tolong pinjamkan catatanmu pada Luhan"

"aku… kenapa aku saem?" protes Minseok dengan suara mencicit takut

"kau masih bertanya mengapa. Kau juara umum di angkatanmu jadi sudah sewajarnya kau meminjamkan catatanmu pada Luhan" Ahn saem melotot galak ke arah Minseok, membuat Minseok menunduk makin dalam

Bel istirahat baru saja berbunyi beberapa menit yang lalu, membuat beberapa siswi perempuan bergegas menghampiri bangku Luhan hanya untuk sekedar menyapa atau mencoba menarik perhatian Luhan. Suara berisik itu membuat Minseok menggeram kesal.

"oh ayolah… dia tidak sebaik yang terlihat" rutuk Minseok kesal sembari menghampiri meja Luhan.

"Luhan ssi" panggil Minseok dengan suara pelan menyeramkannya

.

.

.

.

Luhan Pov

Suara panggilan bernada gloomy itu membuatku sedikit bergidik ngeri. Dengan ragu aku menolehkan kepalaku ke arah suara itu berasal dan tercekat kaget melihat sosok gloomy di depanku ini.

Hei, ini jaman moderenkan. Jaman dimana semua gadis ingin terlihat cantik. Tapi kenapa sosok di depanku ini justru berpenampilan sangat buruk. Lihat saja seragamnya yang di masukkan dengan rapi. Rok sekolah yang nampak manis dengan lipit dan suspender yang menyangganya nampak konyol dikenakan olehnya. Kenapa roknya harus sepanjang itu. Apa ia tidak melihat tren berbusana saat ini. Belum lagi rambutnya yang tergerai menutupi wajahnya. Membuatku penasaran dengan apa yang ia sembunyikan di balik semua pertahaannya itu.

Aku mentapnya dari atas sampai bawan dan memberi nilai minus pada penampilannya.

"ada apa?" tanyaku malas di iringi nada dingin yang selalu melekat pada diriku

"ini catatannya dan tolong jangan sampai rusak" nada yang digunakannya masih gloomy tapi terselip juga nada tidak suka di sana.

Hei, aku baru bertemu dengannya sekarang tapi kenapa ia sepertinya sangat membenciku. Bukannya seharusnya aku yang marah karena ia sudah menabrak dan menindihku. Apa ia marah karena ku katakan kalau ia berat.

Oh, ayolah. Aku hanya asal ucap. Toh nyatanya tubuhnya sangat ringan. Jadi yang ku lakukan hanya mengambil buku itu dan kembali mengacuhkannya.

"apa-apaan sih sikapnya itu" gadis cantik yang ku ketahui bernama Chorong mendelik kesal ke arah Minseok yang melangkah dengan kepala tertunduk ke luar kelas. Pantas saja ia menabrakku tadi. Jalan saja menunduk. Apa ia menghitung petak keramik yang ia injak?.

"Luhan hyung, kenapa Minseok sepertinya benci sekali denganmu?" Tanya Chanyeol bingung

Park Chanyeol ini merupakan sahabatku dibidang industry music. Merupakan seorang raper dan composer terkenal walaupun usianya masih sangat muda.

"entahlah. Aku bahkan baru bertemu dengannya tadi"

"biarkan sajalah. Dan kalian. Tolong menyingkir dari bangku kami !" bentak Chanyeol pada akhir kalimatnya

Sejujurnya aku juga mulai jengah dengan kumpulan wanita beraroma pafrum mahal yang menyengat ini. Ngomong-ngomong masalah parfum, wangi parfum Minseok sangat segar. Perpaduan Cherry yang manis dan citrus yang segar. Mengingatkanku pada seseorang yang sangat menggemaskan yang aku kenal.

"Yeol, kenapa Minseok berpenampilan segloomy itu?" tanyaku pada Chanyeol yang nampak sibuk dengan i-phonenya

"entahlah, semenjak sekolah di sini dia sudah seperti itu. Memang kenapa hyung?" Tanya Chenyeol heran, tumben sekali aku ini tertarik dengan perempuan dan parahnya perempuan beraura negative seperti Minseok

"aku heran saja. Kau tau. Di balik seragamnya itu ada S-line dan lekuk menggoda" tanpa sadar aku menyeringai kecil membayangkan pinggang sempit Minseok dan tubuh berlekuk yang tak sengaja ku peluk tadi.

"jangan meracau tidak jelas di siang bolong hyung. Dan lagi dari mana kau tahu itu?"

"setidaknya ukuran branya 36B" jawabku cuek yang berakhir dengan geplakan sayang dari Chenyeol

"otak mesummu itu memang harus di bersihkan hyung" rutuk Chanyeol kesal, mengacuhkan pelototan sekaligus umpatan kasar yang ku ucapkan.

Luhan Pov end

.

.

.

.

Sudah sebulan lebih Luhan bersekolah di sekolah yang sama dengan Minseok dan selama sebulan itulah Luhan dengan sangat berhasil menyebarkan feromonnya pada semua gadis yang ada di sekolah mereka. Bukan berarti hanya Luhan yang merupakan seorang entertrainer di sekolah itu. Banyak artis dan actor tampan di sekolah mereka tapi rata-rata dari mereka sudah teken dalam artian telah memiliki kekasih. Berbeda dengan Luhan yang belum memiliki hardernya sendiri sehingga banyak gadis yang mengincarnya.

Minseok menatap jengah pemandangan membosankan yang selama sebulan ini menjadi pemandangan rutin di sekolahnya. Seorang Xi Luhan yang di kerubungi oleh puluhan gadis. Ibarat madu dan lebah. Luhan itu madu, gadis-gadis itu lebah. Perumpamaan kasar yangs sering Minseok pakai saat membicarakan Luhan dengan Jongdae adalah bagaikan bangkai dengan belatung-belatungnya.

Sore itu Minseok pulang telat karena mengerjakan tugas yang di berikan petugas perpustakkan padanya untuk menyusun buku-buku baru sesuai dengan serinya. Tugas mengesalkan sebenarnya. Tapi Minseok tidak mengeluh. Ia suka membaca. Terlebih lagi jika itu fairytalle.

Minseok yang sedang berjalan santai di lorong sekolahnya meringis kecil saat i-phonenya bergetar pelan tanda telpon masuk. Dengan bergegas Minseok memasuki toilet yang ada di dekatnya untuk mengangkat telpon itu.

"yeoboseo eonni?" jawab Minseok takut-takut

"YA! Kau pikir jam berapa sekarang hah!" teriakan dengan nada marah itu membuat Minseok menjauhkan benda itu dari telinganya.

"aku sedang menuju gerbang eonni…" cicit Minseok pelan sembari mengamati pantulan wajahnya pada cermin. Mengeluarkan cleansing cream dan toner dari dalam tasnya. Memutuskan untuk membersihkan riasannya sebelum keluar dari sekolah

"pemotretanmu itu sejam lagi babo"

"uh, eonni. Hanya eonni yang berani memaki artisnya sekasar ini" sungut Minseok kesal sembari membersihkan wajahnya dengan telaten

"ku tunggu dalam waktu sepuluh menit dan pastikan penampilan mengerikanmu itu telah hilang"

"arraso eonni"

.

.

.

.

Luhan yang baru selesai mengikuti latihan sepak bola melenggang santai di koridor lantai satu yang sepi sampai ia mendengar suara yang sangat familiar untuknya. Secara otomatis Luhan menghentikan langkahnya dan mengintip dengan hati-hati ke dalam toilet itu. Dan detik berikutnya seringai mengerikan terparti di bibir menggoda Luhan.

"I got u dear" ujar Luhan masih lengkap dengan seringaian mengerikan dibibirnya.

Pria kelewat tampan sehingga nampak cantik itu segera bersembunyi ketika seorang gadis dengan dres mungil melangkah keluar dengan hati-hati dari toilet. Setelah memastikan sang gadis pergi Luhan segera keluar dari persembunyiannya.

"ini akan sangat menyenangkan Minseokie.." dendangnya dengan nada sing a song yang berbahaya.

.

.

.

.

Minseok tahu pria menyebalkan itu sudah datang. Itu terbukti dari indra-indranya yang mulai siaga dengan aura dominan yang pria itu keluarkan. Minseok benci ketika tubuhnya merespon kehadiran pria itu dengan sangat baik seolah tubuhnya sangat mengenal sang pria.

Jadi yang Minseok lakukan sekarang hanya bersikap tidak peduli seakan tenggelam dalam majalah yang ia baca. Mengacuhkan pria tampan yang menyebarkan feromonnya di ruangan yang seakan menyempit. Minseok bahkan seolah tidak merasakan tatapan menusuk yang Luhan berikan pada tubuhnya yang berbalut bathrobe mungil yang menutup lekuk indah tubuhnya.

"kau berkeringat Lu" nada menghakimi itu membuat Minseok menolehkan kepalanya ke arah sampingnya. Tempat di mana Luhan duduk dan sibuk tertawa kecil.

Dan itu merupakan suatu kesalahan karena detik berikutnya Minseok terkesiap pelan dan meneguk ludahnya denga susah payah. Ok, Minseok tidak mau munafik sekarang. Siapa yang tidak akan tergoda dengan tubuh liat pria di sampingnya ini. Lihat saja otot yang mulai terbentuk pada tubuh langsing Luhan itu. Belum lagi keringat yang masih melekat pada tubuh Luhan. Membuat dada bidang itu mengkilat seksi. Membuat Minseok ingin menyentuhnya tidak hanya dengan tangannya tapi juga dengan lidahnya.

"suka dengan apa yang kau lihat cantik" nada menggoda itu membuat Minseok membuang pandang ke arah depan dan menyembunyikan wajahnya pada majalah fashion yang sedari tadi ia bolak balik.

.

.

.

.

Minseok Pov

"Apa yang kau lakukan bodoh…" inerku merutuk kesal akan kekonyolanku tadi.

Oh, ayolah. Kenapa aku mendadak mesum seperti ini. Ini bukan pertama kalinya aku melihat pria setengah toples dan sialnya yang membuatku tertarik justru pria menyebalkan di sampingku ini.

Terkutuklah Xi Luhan dan segala ketampanannya yang menyebalkan itu. Aku yakin saat ini wajahku memerah parah. Dapat kurasakan wajahku menghangat dan demi tuhan. Mengapa aku memiliki kulit putih yang sangat gampang merona. Ah… pasti butuh waktu yang lumayan lama untuk menghilangkan warna merahnya.

Mengapa ia nampak sangat menggoda dan terlihat yummy. Oh ayolah Kim Minseok. Ini Xi Luhan. Pria menyebalkan yang selalu mengganggu harimu. Menyedihkan sekali kau Kim Minseok jika tertarik dengan pria playboy sepertinya.

"Xiu, kali ini kau kembali berpasangan dengan Luhan" suara fotografer itu membuatku menahan nafasku.

Apa-apaan ini. Mengapa tidak ada yang mengatakan jika aku kembali dipasangkan dengan rusa mesum yang sekarang asik menyeringai ke arahku.

"tapi oppa. Kata Hime eonni kali ini aku difoto sendiri" aku menatap sang fotografer dengan tatapan mengiba

Aku malas masuk ke kandang singa untuk kesekian kalinya. Mengutuk Xi Luhan yang selalu melontarkan kalimat-kalimat kotor saat pemotretan kami sebelum-sebelumnya. Bukan masalah kalimatnya tapi reaksi yang diberikan oleh tubuhku yang menjadi masalah terbesarnya. Tubuhku merespon dengan sangat positif dirty talk yang dilakukan oleh Luhan.

Dan aku sangat yakin ia akan melakukannya lagi kali ini. Lihat saja seringai menyebalkannya itu. Minta dicakar sekali wajah bak Adonis itu.

"Hime belum bilang kalau temanya di ubah menjadi hot summer ya. Selain baju renang kau juga akan mengenakan lingerie untuk kali ini" penjelasan dari menejer Luhan itu malah membuatku membeku.

Selamat tinggal mimpi indah. Selamat datang mimpi burukku.

Minseok Pov end

.

.

.

.

Minseok menatap kesal Luhan yang baru saja memasuki ruang pemotretan yang berseting kolam renang indoor cantik dengan beberapa tanaman palem dan tanaman hias lainnya. Kenapa harus Luhan lagi. Dan terkutuklah konsep pemotretan mereka kali ini yang membuat Minseok harus menempel erat pada Luhan.

"ok, kalian silahkan bersiap" teriakan seorang fotografer itu membuat Minseok menghela nafas lelah.

Dengan sekali sentak ia membuka ikatan bathrobenya. Menampakkan tubuhnya yang terbalutkan bikini onepice seksi yang membuat pria-pria di ruangan itu membeliak kaget. Demi Zeus. Tubuh gadis itu memang diciptakan untuk menggoda kaum adam.

Luhan menatap geram sekelompok pria itu. Oh, ayolah. Walaupun Minseok itu bukan milik Luhan tapi cemistry yang terjadi antara ia dan Minseok membuat Luhan mengklaim gadis cantik itu sebagai milik pribadi Xi Luhan. Bukan tanpa alasan mengapa Minseok selalu dipasangkan dengan Luhan. Luhanlah dalang dibalik semua itu. Luhan yang merupakan brand ambassador dua merek ternama itu sengaja memilih Minseok menjadi pasangannya setelah Luhan membintangi salah satu iklan bersama Minseok. Ya, mulai sekarang tidak akan ada lagi Xiumin karena Luhan telah tau siapa Xiumin itu sebenarnya.

Luhan sudah tidak sabar untuk menggoda dua Minseok secara bersamaan. Tapi masalahnya sekarang adalah mengalihkan perhatian para pria yang entah mengapa selalu terpesona dengan tubuh Minseok. Seolah mereka tidak pernah melihat tubuh yang lebih menggiurkan dari tubuh Minseok saja.

"aku membenci ini" desis Luhan pelan dan sedikit terdengar oleh Minseok yang berdiri di dekatnya.

"kau bilang apa Lu?"

"tak ada"

Jadi yang dilakukan Minseok hanya melenggang santai ke arah kolam renang yang menjadi seting awal pemotretan mereka. Menatap Luhan dengan kilatan menggoda seolah mengajak Luhan bergabung bersamanya. Suara suter kamera terus terdengar seakan enggan untuk kehilangan moment yang bagus dan memperoleh gambar yang memuasakan.

Minseok nampak menggoda bagi setiap pria yang ada di ruangan itu. Lihat saja ekspersi nakal pada wajah Minseok saat Luhan menarik gadis itu kedalam pelukannya. Jangan lupakan rambut yang tergerai berantakan minta di tarik dan di buat lebih berantakan lagi itu. Belum lagi bibir merah menggoda yang menampakkan senyum sensual yang sekan menjanjikan kenikmatan itu.

Dengan gerakan ringan Luhan menarik tubuh Minseok semakin mendekat ke arahnya. Pria tampan itu membenamkan wajahnya pada rambut tebal Minseok. Tanpa ragu memberikan jilatan kecil pada leher jenjang mulus Minseok tanpa sepengetahuan yang lain, membuat tubuh Minseok melamas dan menghasilkan ekspresi menggoda yang sangat di harapkan.

"bagus, ganti posisi. Luhan, tetap peluk Xiumin seperti itu. Kami ingin mengambil closeup Xiumin dari depan, tolehkan kepalamu sedikit"

Dan foto yang di hasilkan adalah Minseok yang menatap kamera sayu dan Luhan yang menatap kamera dengan seringai menawannya. Jangan lupakan tangan Luhan yang meremas rambut Minseok kasar sedangkan Minseok mengacak rambut Luhan dengan semangat.

Seting selanjutnya adalah kamar tidur dengan Minseok menggunakan lingerie tipis yang menampakkan dengan jelas apa yang tersembunyi di balik kain tipis berenda itu. Sedangkan Luhan mengenakan boxer sutra hitam yang membungkus paha kencangnya dengan nyaman.

"ayolah Kim, seharusnya kau menganggap dia konyol bukan mengiurkan" rutuk Minseok pelan sembari mendesah pasrah.

Minseok menyumpahi hatinya yang tidak dapat menolak pesona Adonis tampan jelmaan Hades di depannya ini. Demi Aprodhite, Minseok benci sekali dengan seringai Luhan itu. Terlebih lagi tatapan menilai yang di berikan Luhan padanya. Seharusnya Minseok marah. Alih-alih marah tubuhnya justru menggelenyar oleh hasrat. Sialan mata segelap sayap gagak itu. Mata itu menjanjikan hal terkelam yang pernah dijanjikan seorang pria pada Minseok. Dan tubuhnya jelas menghianati otak dan pikirannya. Tubuhnya berdendang senang akan janji-janji itu. Terbukti dari kulitnya yang meremang dan bagian pusat tubuhnya yang berdenyut pelan.

"terkutuklah Xi Luhan dan semua pikiran mesumnya" Minseok menghentakkan kakinya kesal dan membuat seorang fotografer yang terus memperhatikan kedua orang itu mengabadikan foto itu.

Luhan dan Minseok nampak menggemaskan pada foto itu. Lihat saja ekspresi merajuk yang Minseok tunjukan pada Luhan itu. Jangan lupakan ekspresi menggoda pada wajah Luhan. Sebuah pemandangan yang tidak boleh dilewatkan oleh kameranya.

TBC

ok.. ini ff lama ku yang udah berjamur bahkan jamurnya udah siap dipanen n dipasarin. semoga aja pada suka. buat yang udah pernah baca iya ini memang ff yg itu dan authornya juga ya cuma satu. jadi jangan amp ada tu yg bilang kok mirip ff itu ya... okokok...