STUPID FEELING

Cast : Xi Luhan, Kim Minseok, etc

Rate : T, aku kapok buat rate M

Warning : YAOI, cerita maksa, bahasa campur aduk n typo dimana-mana.

.

.

.

.

Malam itu tanggal 25 bulan Desember. Malam natal yang penuh dengan ornament natal dan segala jenis perayaan yang dilakukan oleh setiap umat kristiani di seluruh dunia. Malam yang ditunggu-tunggu itu justru merupakan tanggal yang dibenci oleh seorang pria tampan yang sedang sibuk memaki sepanjang jalan saat ia melihat beratus-ratus pasangan di luar sana.

Bukan, bukan karena ia tidak memiliki kekasih. Terkutuklah wajah tampannya jika ia sampai kekurangan stok pria dan wanita di sekitarnya. Sejujurnya, ia membenci apa yang selama ini orang sebut cinta. Baginya cinta itu bulshit. Ia mengutuk seseorang yang mengenalkan kata cinta diseluruh dunia. Dulu ia percaya jika cinta itu ada. Dulu, itu dulu dan ia bahkan telah lupa kapan dulu yang ia maksut.

"kapan lampu sialan itu akan berubah warna?" dengusan kesal kembali terdengar dari bibir menggoda pria tersebut.

Ia bosan menunggu lampu merah yang entah mengapa terasa sangat lama baginya. Merasa bosan ia memutuskan untuk kembali melihat ke luar mobilnya. Lagi-lagi segerombolan remaja berpasang-pasangan yang ia lihat.

Ia bahkan lupa apakah dulu ia pernah melakukan hal-hal seperti yang para remaja itu lakukan. Yang ia tahu kehidupannya begitu datar. Kehidupan monoton yang membosankan, walaupun kehidupannya itulah yang membuat ia hidup dengan semua kemewahan dan semua kenikmatan hidup yang selama ini diinginkan setiap orang diluar sana.

Mata tajam itu tiba-tiba tertuju pada sesosok mungil yang nampak ingin menyebrang di seberang sana. Tubuh mungil terbalut mantel panjang yang menenggelamkan tubuh mungilnya dan syal tebal yang melilit leher dan menutupi sebagian wajah sosok mungil itu. Walaupun jarak mereka cukup jauh ia dapat melihat dengan jelas wajah berisi simungil mulai memerah karena terkena udara dingin bersalju malam itu.

Ia juga dapat melihat dengan jelas asap yang mengepul dari bibir merah tipis yang meminta untuk dikecup dan dilumat hingga membengkak itu saat si mungil sedikit menarik turun syalnya. Bibir sewarna buah plum itu meniup kecil tangannya yang tak terbalut sarung tangan saat ia mulai menyeberang dan melewati mobil si pemuda.

Sipemuda nampak terus memerhatikan pergerakan simungil dan tanpa sengaja mata itu bertemu, membuat si tampan menahan nafas dan duduk membeku di belakang kemudinya. Mata itu seakan menghipnotisnya. Mata hitam pekat yang penuh dengan binar kebahagian dan semangat hidup yang membuatnya begitu terpaku hingga ia tidak sadar jika sosok itu telah menghilang dan lampu lalu lintas telah berganti warna. Suara kelakson kuat dari mobil-mobil dibelakangnya lah yang akhirnya menyadarkannya dan membuatnya kembali melajukan mobilnya kembali ke arah apartemen mewahnya di daerah gangnam.

.

.

.

.

Luhan Pov

Aku membenci musim dingin dan amat sangat teramat sangat membenci hari natal. Hari dimana setiap orang diluar sana berpesta pora dan bersenang-senang aku justru mengutuk hari itu.

Awalnya aku sangat menyukai hari natal, tapi hari itu justru menjadi bomerang untukku. Hari yang membuatku membenci apa yang selama ini selalu orang-orang agungkan dan puja. Aku bahkan lupa itu natalku yang keberapa karena yang ada dipikiranku saat itu adalah hidup itu tidak adil. Hidup itu penuh kebohongan. Bagai mana bisa orang tuaku yang selama ini nampak saling mencintai dan selalu mengumbar kemesraan di sekitar mereka justru membuatku mengutuk apa yang selama ini orang-orang sebut cinta.

Malam natal yang awalnya ku pikir akan menjadi malam natal yang menyenangkan itu justru menamparku dengan kuat karena nyatanya itu menjadi natal terburuk dalam hidupku. Terkutuklah kedua orang tuaku jika hingga saat ini mereka masih pantasku panggila ayah dan ibu.

Kau pasti berharap mendapatkan setumpuk hadiah saat malam natalkan?

Ya, aku juga mengharapkan itu dan aku memang mendapatkannya pagi itu. Setumpuk hadiah menantiku di bawah pohon natal besar dan cantik yang kami letakkan di tengah-tengah ruang tamu. Tapi bukan itu kado yang sesungguhnya.

Bodohnya aku yang dengan semangatnya berlari menuruni tangga saat mendengar suara kedua orang tuaku malam itu. Walaupun orang tuaku sangat sibuk dengan pekerjaan mereka, mereka selalu meluangkan waktu mereka untukku. Apa yang kurang dalam kehidupanku saat itu. Keluarga bahagia yang terdiri dari aku, ayah, ibu dan calon adik kecilku yang sedang ibu kandung dengan segala kemewahan hidup yang kami miliki. Tapi ternyata itu semua hanya hayalanku. Yang nyata hanyalah kekayaan yang selama ini kami miliki. Ternyata cinta itu tidak pernah ada di keluargaku. Itu terbukti dengan apa yang ku lihat saat itu. Selain ayah dan ibuku ada dua orang lain di ruangan itu.

Awalnya aku mengira itu tamu kami, tapi perkataan papa selanjutnya membuatku membeku.

"Xiaolu, kenalkan," aku melihat keraguan di mata papa saat itu ketika ia menatap wanita mungil dan cantik itu, aku dan mama. Anggukan mamalah yang membuatnya melanjutkan kata-katanya.

"ini Henry Lau, ibu tirimu"

Aku menganga lebar saat itu, menatap ayahku dengan tatapan tak percaya tapi perkataan ibuku membuatku merasa dibohongi selama ini.

"dan ini ayah tirimu Lu, Shim Changmin"

Aku membeku ditempat. Menatap mereka seakan-akan mereka adalah alien yang mendadak masuk kerumahku dan mengaku sebagai orang tuaku lalu mengatakan segudang kebohongan lainnya.

"ahahahha… kalian bercandakan?" nada getir itu terasa nyata disuara ku yang saat itu mulai bergetar

Keterdiaman kedua orang tuaku dan tamu tak di undang itu membuatku meradang. Lucu sekali, keluarga apa yang ada didepan mataku selama ini. Kebohongan apa lagi yang mereka simpan selama ini. Mereka kira aku ini apa. Aku mengutuk semua orang dewasa di sekitarku.

"ma'af tidak jujur denganmu Lu, kami sudah lama bercerai Lu. Dan kami juga sudah lama menikah lagi. Anak yang dikandung mamamu bukan anak papa tapi anak papa Changmin"

Tua bangka itu bilang papa Changmim, lucu sekali. Sampai neraka membeku pun aku tidak akan pernah mengakui jika dua orang perusak keluargaku itu orang tua ku. Aku tidak sudi. Pergi saja keneraka bagi mereka semua yang yang selama ini menipuku dengan segudang kebohongan.

Mulai saat itu aku membenci musim dingin dan hari natal. Keluar dari rumah penuh kebohongan itu dan tidak pernah percaya akan yang namanya cinta. Bersumpah tidak akan pernah jatuh cinta dan menikah jika isinya hanya sebuah kebohongan dan omong kosong belaka.

Dan di sinilah aku sekarang. Di sebuah apartemen mewah yang aku beli dengan hasil jerih payahku selama ini. Menjadi seorang pengusaha hotel terkenal dan seorang taipan kaya yang terkenal dengan kebrengsekannya.

Aku seorang Xi Luhan. Aku tidak butuh cinta karena cinta itu bulshit.

Luhan Pov end

.

.

.

.

Dentingan lonceng terdengar saat Luhan mulai melangkahkan kakinya memasuki sebuah café mungil yang terlihat nyaman dan memberikan kehangatan pada tubuhnya yang nyaris membeku karena udara bulan desember yang bersalju makin menggila. Kehadiran sosoknya di café mungil itu jelas menarik perhatian pengunjung café. Terutama pengunjung wanita dan uke yang memekik kecil begitu mengetahui jika itu seorang Xi Luhan.

Gadis-gadis itu bahkan mulai melupakan kekasih mereka yang sekarang menatap sosok sempurna Luhan yang berjalan santai ke arah pojok ruangan yang telah terisi beberapa temannya dengan tatapan murka. Lagi-lagi pekikan berisik gadis-gadis dan beberapa pria yang bersetatus uke kembali terdengar.

Di bangku pojok café itu telah terisi 3 pria tampan penguasa bisnis dunia. Entah apa yang membuat pria-pria sukses itu memutuskan berkumpul di café mungil ini. Cefe ini memang café yang nyaman tapi bagi mereka yang merupakan taipan kaya café ini jelas dibawah standar mereka.

"telat setengah jam" nada dingin itu yang menyambut Luhan begitu ia menghempaskan bokongnya ke sofa

"macet Kris, jalanan juga licin karena salju"

Xi Luhan yang cuek dan Wu Yifan yang dingin jelas bukan merupakan kombinasi yang baik untuk di gabungkan. Tapi entah mengapa mereka dapat bersahabat dengan baik bahkan sebelum mereka bertemu dengan ke dua teman mereka yang lain.

"dalam rangka apa kita berkumpul disini?" Luhan kembali bersuara setelah menyebutkan pesanannya pada waitres perempuan yang nyaris pingsan karena di suguhi empat pria tampan dan senyum menggoda milik seorang Xi Luhan.

"sepupumu itu terus merengek padaku agar kita berkumpul di sini" Chanyeol, pria tampan berwajah ramah yang duduk di depan Luhan menjawab pertanyaan Luhan santai sembari menyesap minumannya

" Tao, memangnya ada perlu apa mengumpulkan kita disini dan mengapa ia merengek pada mu bukan pada albino berwajah datar ini?" tuding Luhan curiga ke arah Chenyeol dan menyedot perhatian dua penghuni lainnya karena sedari tadi mereka bertanya tidak pernah di tanggapi oleh si jangkung

"entahlah. Katanya si albino tidak berguna ini susah dihubungi sehingga ia menghubungiku. Kau tanya saja sendiri dengan orangnya."

Luhan yang akan membuka mulutnya kembali untuk bertanya justru mengangakan mulutnya begitu mata tajamnya menangkap sosok mungil yang baru saja memasuki café dan sibuk membersihkan tubuhnya dari butiran-butiran putih salju yang menempel di mantel tebalnya.

Nafas Luhan tercekat begitu bibir mungil berwarna merah itu menyunggingkan senyum manisnya saat seorang waitres menyapa ramah si mungil. Mata Luhan secara otomatis mengikuti setiap gerakan si mungil yang melangkah ringan ke arah ruang menejer dan itu artinya itu ruangan Zitao, sepupu Luhan

"Zitao kenal dengan si mungil?" gumam Luhan pelan

"ge, kau menyukai Seokie hyung ya?"

"siapa?" Tanya Luhan bingung sembari menatap Sehun dengan ekspresi blank

"wah, kacau sekali hidupmu Xi Luhan. Mendadak menjadi idot hanya karena seorang

namja mungil yang bahkan tidak kau kenal" ejek Chanyeol dengan seringai menghina

"Lihat siapa yang berbicara, kau lupa siapa yang kemarin merengek di bawah kaki seorang Byun Baekhyun yang jelas tidak sebanding dengan simungilku tadi. Dan tolong di garis bawahi Park dan Oh. .MENYUKAINYA!" tukas Luhan sadis penuh penekanan yang membuat wajah Chanyeol memucat dan menatap Luhan sinis

Dan akhirnya simungil kembali terlupakan oleh Luhan yang kesal dengan ejekan teman-temannya. Mereka bahkan tidak peduli dengan orang-orang di sekitar mereka ketika mereka telah berkumpul bersama.

.

.

.

.

Minseok Pov

DEMI BAKPAU DI SELURUH DUNIA.

Jika membunuh tidak dilarang dan tidak berdosa ingin rasanya aku membunuh sesosok panda yang ada di depanku saat ini.

"kau menelponku hanya untuk mengisi panggung yang kosong, kau gila ya panda jadi-jadian!" teriakan murka ku membuat sipanda ini menciut dan menatapku takut.

Persetan dengan tamu di luar sana. Jika bukan temanku pasti aku sudah mencekiknya. aku sempat panic saat ia menelponku dan mengatakan ada masalah dicafe yang kami bangun bersama ini. Ternyata ia menelponku hanya karena band yang biasa mengisi acara di café kami berhalangan hadir.

"aku panic ge, terlalu panic hingga tidak terpikir untuk menghubungi Lay ge, bahkan aku menelpon Sehunie dan yang lainnya" rengek Tao manja yang membuat Minseok mengerang kesal sembari memijit pelipisnya pelan.

Dosa apa ia sehingga tuhan memberinya teman yang terlalu polos bahkan nyaris idiot ini. Sia-sia ia bergegas ke café jika masalahnya hanya masalah panggung yang kosong. Dari sekian banyak pengisi acara harian di café ini kenapa panda ini justru malah menghubunginya dan kekasihnya bukan menghubungi Lay atau Jongdae.

"dimana Sehunie sekarang?"

"di luar, ada Kris ge dan Chanyeol ge juga diluar."

"bagus, setidaknya ada Chanyeol diluar"

Aku bergegas keluar dari dalam ruangan yang terasa pengap ini dan berderap ke arah pojok café yang selalu menjadi tempat sekelompok orang tak berguna berkumpul.

"Yeolie, beruntungnya aku karena kau ada di sini dan sialnya aku memiliki partner idiot sepertinya" seruku semangat begitu melihat seorang namja jangkung yang sibuk menggoda temannya yang nampak menggerutu kesal dan sesekali memaki.

"eoh, Seokie hyung, waegure?" Tanya Park dobi itu bingung

"tolong gantikan Lay mengisi acara ne… Minhyukie dan bandnya tidak bisa datang dan panda idiot ini malah menghubungiku bukannya menghubungi Lay." Gerutuku kesal dan disambut dengan protesan Tao

"akukan panic ge…" rengek Tao manja dan ku balas dengan lengosan malas

"kenapa bukan hyung saja, kau mau membuat fansku bertambah ya hyung dengan bermain gitar dan bernyanyi di cafemu ini. Tidak, terimakasih hyung. Fansku sudah terlalu banyak" tukas Chanyeol narsis dan dibalas dengan geplakan pelan pada kepalanya olehku.

"bermimpilah Park Chanyeol, hanya orang idiot yang mau menjadi fansmu"

"whoa… Seokie, jangan terlalu jujur begitu, lihat wajah jeleknya makin jelek saja" ejek Kris sadis dan kubalas dengan tawa kecil, lupa sejenak dengan kekesalan dan masalahku

"ku bunuh kau Kris mengatakan kekasihku Jelek, berkacalah tonggos" suara sakartik lain terdengar dan menyebabkan tawa menggelegar teman mereka yang sejenak kami lupakan.

"Baebek, jangan terlalu jujur, gigi tonggosnya itu merupakan aset berharganya jika ia mendadak miskin" cemoh pria itu dengan seringai mengejeknya yang sialan, harus ku akui tampan.

"berkacalah Xi Luhan, hidupmu bahkan lebih suram dariku" balas kris tak kalah sadisnya dan lagi-lagi percekcokan konyol mereka berlanjut

"bisa sedikit tenang tuan-tuan, kalian membuat tamu-tamuku tidak nyaman" leraiku jengah, aku di sini untuk meminta bantuan Chanyeol bukan melihat anak TK berdebat

"sudahlah hyung, aku akan bermain piano untukmu" Baekhyun tiba-tiba menawarkan dirinya yang jelas ku sambut dengan senang hati dan berlalu meninggalkan kumpulan pria dewasa berkelakuan anak TK itu untuk mengecek pembukuan café, kebetulan sedang berada di sini kenapa tidak sekalian saja ku cek.

Minseok Pov end

.

.

.

.

Luhan Pov

Hari itu untuk kedua kalinya aku melihatnya dan hari ini untuk ketiga kalinya aku melihatnya. Saat ini musim semi dan taman bukanlah tempat yang suka ku kunjungi tapi entah mengapa hari ini aku ingin sekali menghabiskan waktu senggangku yang sangat jarang untuk menikmati udara musim semi yang menyenangkan dan hangat. Taman mungil di dekat apartemenkulah yang menjadi pilihanku kali ini. Jogging singkat yang berakhir dengan duduk santai sembari menikmati udara sejuk musim semi ternyata bukan pilihan yang buruk.

"monggu,, ya,,,ya,,, aish jinjja!" teriakan penuh rasa frustasi itu mengalihkan pandanganku ke arah seorang pria mungil yang sibuk menggerutu sembari mengejar anjing kecilnya. Anjing itu sibuk berlari mengejar kupu-kupu cantik yang terbang mengelilingi bunga-bunga di taman, mengacuhkan sang majikan di belakangnya.

"baozi…" lirihku pelan begitu onixku melihatnya yang nampak kewalahan mengejar anjing kecil itu

Ah… aku lupa bilang jika aku memiliki panggilan sayang khusus untuknya. Baozi, salahkan wajah chubbynya yang berwarna putih menggemaskan itu. Wajah itu mengingatkanku dengan makanan khas china.

Oh lihat itu, betapa menggemaskannya ia ketika ia mulai menggembungkan pipinya dengan bibir mengerucut kesal. Jangan lupakan kakinya yang menghentak-hentak kecil layaknya anak TK saat sedang kesal.

"monggu,,, aku tinggal jika kau terus berulah" ancamnya kesal dengan suaranya yang menggemaskan itu, sedangkan puppy kecil itu sama sekali tidak peduli dengan ancaman sang majikan

Tanpa sadar aku tertawa kecil melihat tingkahnya yang amat menggemaskan itu. Membuatnya mendelik kesal ke arahku.

"apa yang lucu?" tanyanya galak layaknya remaja SMA yang sedang datang bulan dan ku tanggapi dengan senyum kecil

"kau" jawabku singkat dan membuatnya mendelik kesal

"aku?" beonya kesal sembari menujuk dirinya sendiri dan ia sejenak lupa dengan anjing kecilnya

"ya, kau terlihat menggemaskan dengan ekspresimu tadi. Manis" jawabku sambil lalu sembari beranjak dari dudukku

"MWO… ya,,, aku ini namja. Aku tampan tuan bukan manis. Manis itu hanya untuk Yeojya dan aku jelas-jelas tidak menganut gender tersebut" protesnya tidak terima

Ck, ternyata ia cerewet juga. Yah… bisa dimaafkan jika suaranya seseksi itu. Apa aku barusan berkata seksi? Ah… bagiku semua yang ada di dirinya itu seksi. Bilang aku idot. Aku tidak peduli. Entah mengapa sejak pertama kali melihatnya aku seperti memiliki sedikit, oh oke sangat terobsesi menginginkan simungil yang sekarang sibuk berkacak pinggang dan menatapku galak ini. Tolong di garis bawahi. Aku hanya terobsesi bukan menyukainya apa lagi mencintainya. Memikirkan aku menyukainya saja sudah membuatku merinding apa lagi mencintainya.

"yayayaya… terserah apa katamu Minseokie…" ujarku dengan nada sing a song yang jelas sangat menyebalkan dan berlalu meninggalkannya

"terkutuklah kau pria aneh dan kenapa kau mengetahui namaku?!" teriaknya heboh, tidak peduli jika sekarang kami menjadi perhatian dan membuatku tertawa kecil dengan tingkah absurdnya itu.

Ku kira ia tipe-tipe namja pemalu dan pendiam ternyata dia sangat berisik.

"yayayya… ish…" suaranya masih dapat ku dengar dan teriakan selanjutnya membuatku tertawa kencang. Peduli setan orang-orang memandangku aneh.

"monggu… aku akan membunuhmu…" itulah teriakannya yang kembali terdengar karena anjing mungilnya itu telah mengacak-acak petak bunga krisan ungu yang ada di taman itu dan aku jelas sangat yakin jika penjaga taman akan memarahinya habis-habisan karena ulah anjing kecilnya itu.

Luhan Pov end

TBC

ok... post meraton judulnya hari ini. niatnya mau post 4 ff sekaligus. 2 udah end 2 dalam proses. semoga pada suka ya