Mois Noires presents
Another
Another chance, another life, another girl, will it bring another happiness?
All the Harry Potter characters belongs to J.K. Rowling
Hermione Granger and Draco Malfoy as centric
Romance – Comfort –Drama
T rated
WARNING : kinda OOC, contains OC, typo(s)
Happy reading
Prolog
Grimmauld Place 12 tampak ramai malam ini. Lampu-lampu yang menyala terang si setiap ruangan membuat sosok-sosok orang di dalam ruangan semakin jelas terlihat. Arthur dan Molly Weasley tampak sibuk memilah-milah perabotan didalam manison Keluarga Black itu. Yang masih bagus akan dibersihkan dan disimpan kembali, sementara yang sudah usang dan lapuk akan dibuang atau dimusnahkan. Pasangan Weasley itu tampak sesekali berdebat mengenai barang-barang mewah milik keluarga Black itu, walau pada akhirnya Mrs. Weasley-lah yang selalu menang pendapatnya.
Tak seberapa jauh dari Weasley senior itu, sosok Bill dan Fleur Weasley juga tampak sibuk menilai lukisan. Mereka memilih-milih bingkai lukisan mana yang kiranya perlu diganti karena sudah rusak atau lapuk. Keduanya tampak akur –khas pasangan yang baru.
Fred tampak sibuk sendiri di kamar utama, tugasnya yang banyak akan terlantar jika ia tidak mengerjakanya dengan serius. Mengganti seprei dan bedcover, mengganti tirai-tirai, mengepel lantai, mengelap dinding dan menyikat kamar mandi utama bukan hal mudah walau sudah dilakukan dengan sihir.
Percy tampak tak kalah sibuknya di kebun Grimauld Palace, meski sudah dibantu oleh Charlie, kebun besar itu tampak belum sepenuhnya selesai dibersihkan. Keduanya sempat tertawa ketika tanpa sengaja Charlie berteriak gara-gara kakinya dililit oleh ekor tikus tanah yang sempat dikiranya ular.
Keadaan tak kalah sibuk juga terlihat di lantai dua Grimauld Palace. Ron tampak sibuk membersihkan perabotan yang sudah disortir oleh Mr dan Mrs. Weasley tadi. Pemuda itu tampak berpikir keras saat akan memindahkan sebuah lampu antik yang dihinggapi seekor laba-laba kecil.
Harry dan Ginny tampak asyik membersihkan kamar-kamar disana bersama-sama –yang tentu saja mendapat cibiran dari lukisan-lukisan yang melihat. Keduanya tampak bahagia dan cuek bebek dengan cibiran para lukisan.
Sementara itu, Hermione tampak sudah selesai dengan pekerjaanya di perpustakaan. Semua buku sudah bebas debu dan tersusun rapih dirak sesuai urutan alfabet. Setelah memantrai semua barang di perpustakan pribadi milik keluarga Black itu dengan mantra anti debu, gadis itu kemudian melangkah menuju kamar Sirius Black yang belum tersentuh.
Perang di melawan Voldemort memang sudah berakhir dan semua orang bersuka cita tentang itu. Salah satu ungkapan kesenangan Harry dan anggota Orde yang tersisa adalah ini, membersihkan Grimmauld Place sebagai penghormatan terhadap Sirius.
Gelap dan bau adalah salah satu kesan yang Hermione rasa setelah berada di dalam kamar ayah-baptis Harry itu. Setelah berjalan santai kearah saklar lampu, Hermione kemudian berniat untuk membersihkan ruangan itu. Namun, niatnya urung kala menyadari ruangan bernuansa hijau merah itu tampak rapih walau bau apek masih hinggap disana. Seseorang telah memasang anti debu sejak lama disana –walau mungkin ruangan itu sendiri sudah tak dibuka cukup lama.
Hermione kemudian memutuskan untuk membuka jendela ruangan itu guna memfilter udara didalam sana. Setelah memastikan jendela itu terbuka dengan sempurna, Hermione kemudian masuk lebih dalam ke kamar Sirius Black. Awalnya hanya seperti kamar lainya, ada kamar mandi dengan marmer mewah, ada sofa empuk, tempat tidur king size, lemari mahogany besar dan wallpaper hitam khas keluarga Black. Hermione terus berjalan ketika hidungnya mencium bau buku dari salah satu sudut ruangan itu. Matanya berbinar kala menemukan sebuah perpustakaan mini dengan sebuah meja kerja kuno yang masih rapih. Hermione berjalan cepat kearah perpustakan mini yang sebenarnya milik Sirius Black itu. Tak seberapa lama, gadis itu mendesah kecewa karena yang ditemuinya hanyalah rak berisi buku pelajaran di Hogwarts dan beberapa ensiklopedia umum yang pastinya sudah pernah dia baca.
Kedua mata hazel itu kemudian mengamati ruangan itu lagi guna mengurangi kekecewaanya. Dan kali ini pandangannya bertumpu pada meja kerja yang ada diruangan itu. Setelah sempat bergulat dengan imannya untuk beberapa saat, akhirnya gadis itu memutuskan untuk menggeledah meja itu. Siapa tau ia menemukan sesuatu untuk dibaca? Atau setidaknya menemukan debu untuk dibersihkan.
Kedua tangan putih itu kemudian segera membuka satu persatu laci meja itu. Laci pertama berisi perkamen-perkamen tentang pelajaran Hogwarts mulai tahun kesatu sampai keenam. Laci kedua berisi perkamen-perkamen kosong dan pena bulu usang. Hermione hampir saja menutup laci ketiga meja itu sebelum matanya menemukan sebuah buku bersampul beludru hitam di sudut laci ketiga meja itu. Hermione mengambil buku itu, memutuskan untuk membukanya –dan membacanya jika ingin. Kedua matanya melirik sebentar pada jam kuno yang terletak di meja itu, sebelum akhirnya memutuskan ia bisa membaca buku itu.
Hermione menguap bosan kala membaca halaman-halaman awal buku yang ternyata diary Regulus Black itu. Masa sekolahnya di Hogwarts, keluarga Black yang diceritakan begitu baik, Sirius yang membangkang dan sedikit banyak kepengecutan penulisnya. Hermione sempat bergidik kala membaca halaman yang menceritakan ketakutan Regulus –bergidik jijik akan sikap Regulus yang pengecut ketika diancam Voldemort. Halaman demi halaman, Hermione semakin semangat membaca buku itu, terlebih setelah dia membaca nama Lusiana Syltherin dengan foto seorang gadis cantik berambut coklat keemasan lurus –mirip Hermione. Tulisan-tulisan Regulus kemudian menceritakan tentang kisah indahnya dengan Lusiana dalam pelarianya dari Voldemort. Regulus dan Lusiana melakukan pernikahan secara diam-diam dengan Sirius saksinya. Keduanya kemudian berbulan madu secara singkat di hawai dan Lusiana mengandung seorang bayi. Lusiana melahirkan seorang bayi perempuan beberapa bulan sebelum Regulus dibunuh. Hermione terbelalak kaget kala membaca nama gadis itu, Hermione Jean Black. Sebelas dua belas dengan namanya, kemudian dia semakin terbelalak kala melihat foto bayinya ada disana. Foto muggle yang diam tak bergerak, sama persis seperti yang dia lihat dirumahnya. Hermione segera berlari keluar dari kamar Sirius Black sambil menenteng buku harian Regulus Black.
Hermione segera menyuruh semua orang yang rata-rata sudah menyelesaikan pekerjaanya berkumpul diruang rekreasi Grimmauld Place. Ekspresi gadis itu tampak tegang, membuat semua orang disana heran. Harry dan Ginny menjadi orang yang terakhir datang sekaligus yang pertama menanyakan keadaan Hermione.
"Aku... tidak sepenuhnya baik-baik saja. Aku menemukan ini di meja kerja di kamar Sirius, ini adalah buku harian Regulus Black. Harry, aku... bisakah kau menolongku untuk mengecek halaman-halaman terakhir buku itu? Aku takut aku salah," Hermione memberikan buku itu kepada Harry, tepat dengan jatuhnya sebuah surat tanpa nama kelantai.
Molly yang melihat surat itu jatuh segera mengambil surat itu dan membukanya setelah meminta persetujuan Arthur. Tak seberapa lama membaca surat itu, Molly mendesis kemudian menatap Hermione penuh arti, sebelum akhirnya mendatangi gadis itu.
"Hermione," suara Harry menghentikan Molly yang tadinya ingin mengajak Hermione bicara.
"Ya?" Hermione menjawab lirih sambil menatap Harry.
"Ini foto bayimu bukan?" Harry membalik buku harian Regulus, menampakan foto yang tadi dilihat Hermione.
"Ya... kurasa. Itu sama persis seperti yang kulihat di album fotoku," Hermione menundukan kepalanya sambil mengucapkan kalimatnya, suara gadis itu sedikit serak.
"Berarti kau... adalah seorang keturunan Black? Oh, ini lelucon. Yang benar saja? Kau dan sirius adalah paman dan keponakan?" Harry mendekati Hermione sebelum akhirnya memegang bahu gadis itu, Hermione mulai terisak.
Semua orang diruangan itu melongo, Ron bahkan sempat mencubit lenganya sendiri –meyakinkan bahwa ini bukan mimpi.
"Aku juga berharap ini lelucon Harry. Sungguh," Hermione memeluk Harry, menyandarkan kepalanya di dada anak-yang-bertahan-hidup dengan kalut.
"Jadi, semua yang tertulis disurat ini benar?" Molly angkat bicara, tatapanya menuju pada Hermione, meminta jawaban yang juga tak diketahui Hermione.
"Apa isi surat itu, Mom?" Ginny angkat bicara.
Molly kemudian meminta izin Hermione untuk membaca surat itu.
Dear Regulus dan Lusiana,
Aku sudah mengambil putri kecil kalian seperti apa yang kau inginkan. Dia begitu mirip dengan Lusiana, cantik sekali. Suamiku sangat senang ketika melihat Hermione. Seperti permintaan kalian, aku akan merahasiakan hal ini dari Hermione dan mengganti nama belakangnya menjadi nama keluargaku. Aku berjanji akan merawatnya dengan baik. Jaga diri kalian.
Jean Granger
Hermione semakin terisak dalam pelukan Harry. Ron kali ini melongo lebar, tak jauh beda dengan semua orang disana.
"Tunggu sebentar. Jadi, Hermione adalah seorang Black? Keponakan Sirius, begitu?" Fred bertanya dalam nada bodoh seolah berkata ayolah-ini-lelucon.
"Ya, dan kalian pasti lebih terkejut ketika tahu siapa Ibunya –jika ini semua memang benar, Lusiana Syltherin."
"APA?"
Hey! Salam kenal semuanya, aku Mois. Ini fiksi pertamaku~ terimakasih sudah membaca fiksi ini. Ini baru prolognya saja, maaf kalau Draco yang juga jadi centric belum keluar. Dia jadi co-star disini. Maaf kalau banyak hal yang sama sekali enggak sesuai sama cerita aslinya Harry Potter, namanya juga fiksi ^^;
Tentang Lusiana Slytherin, dia itu own character. Bukan siswi hogwarts, dia enggak sekolah karena ceritanya dia udah hidup jauh dari peradaban sejak lahir. Wajahnya cantik secara keseluruhan, hidungnya mancung, bibirnya tipis, pipinya ranum, rambutnya coklat-keemasan lurus terus kulitnya putih –setipe sama Hermione. Dia itu generasi ke 7-nya Salazar Sytherin.
Terus tentang Regulus Black, sebenernya dia meninggal umur 18 tahun, tapi disini dia meninggal pas udah umur 23-an gitulah. Dia sedikit banyak miriplah sama Draco ^^. Mata abu-abu, kulit putih pucat tapi rambutnya coklat dan bergelombang kusam #plak.
Okelah, sekian saja ocehan Mois. Semoga kalian menikmati fiksi ini dan meninggalkan jejak via review.
Thank's for reading, RnR please.
