SUPER JUNIOR = NOT AND BUT END (?)

Author : Hwang Min Gi

Chast : All member Super Junior

Rate : T

Genre : Brothership

Warning: Just read it!

-Author POV-

Brak!

Membanting pintu lagi.

Sepi. Lagi.

Sungmin tersenyum kecut. Lagi. Ya, lagi. Setiap dia pulang, dorm selalu seperti ini. Sepi. Dia tidak lupa bahwa dorm ini dihuni begitu banyak orang hyperactif yang ketika mereka bicara bersama akan memekakan telinga. Setidaknya itu beberapa tahun yang lalu. Tahun-tahun yang begitu Sungmin rindukan. Dia berpikir, mungkin hanya dia yang merindukannya.

Sungmin menjatuhkan tubuhnya yang lelah di sofa. Dia baru saja pulang dari latihan untuk drama musikalnya. Dipijat pelipisnya yang terasa berdenyut-denyut.

Kriuk~

Oh! Dia lupa bahwa dia belum makan. Tadinya dia berharap Ryeowook akan menyediakan makanan di meja makan ketika dia pulang. Itulah yang membuatnya bergegas pergi setelah latihan selesai, dan menolak secara halus ajakan minum seorang sunbae-nya. Tapi, nihil. Dia lupa bahwa Ryeowook ada jadwal di Sukira.

Sungmin mengubah posisinya menjadi tiduran di sofa. Dia ingin mengistirahatkan sejenak tubuhnya, alih-alih melupakan rasa laparnya. Dan beberapa menit kemudian dia sudah bertransformasi ke alam mimpi.

Brak!

Kembali pintu dibanting. Kali ini tersangkanya adalah duo Eunhae. Suaranya cukup mampu untuk mengembalikan Sungmin ke alam sadar. Baru saja Sungmin ingin tau siapa yang datang, niatnya sudah pudar tatkala didengarnya teriakan-teriakan berisik yang sangat ia kenal siapa pemiliknya. Matanya mengerjap-ngerjap menyesuaikan diri dengan cahaya di sekitar ruangan. Bagaimanapun, dia belum benar-benar tidur, atau setidaknya, tidurnya belum benar-benar lelap ketika akhirnya harus terbangun oleh suara pintu yang dibanting. 'Sudah lama para member melupakan salam ketika kembali ke dorm,' batinnya. Setelah matanya benar-benar mampu melihat dengan baik, hal pertama yang tertangkap retina matanya adalah Donghae yang menarik-narik baju atau mungkin lebih tepatnya jaket yang dikenakan Eunhyuk sambil mengomel. Eunhyuk sendiri terlihat tidak peduli dan tetap berjalan ke arah kamarnya masih diikuti Donghae yang secara otomatis ikut terseret karna tangannya masih memegangi jaket Eunhyuk.

"Kau selalu seperti itu. Tak mau mendengar perkataanku. Egois!" kalimat itulah yang mampu didengar Sungmin meski samar-samar. Donghae yang mengatakannya. Dahi Sungmin mengernyit. 'Apa lagi kali ini?' batinnya.

"Eunhyuk-ah! Kau mendengarku? Eunhyuk-ah! Lee Hyukjae!" Sungmin tersentak. Ketika Donghae sudah memanggil Eunhyuk dengan nama aslinya, maka dia benar-benar sedang marah. Sungmin terpaku. Posisinya masih berbaring di sofa, dengan kepala terangkat, dan tangan yang menyangga pada pinggiran sofa. Dilihatnya Eunhyuk yang masih berekspresi datar telah mencapai kamarnya dan hampir saja membuka pintu kamarnya. Hampir, andai saja Donghae tak berpindah menghadang Eunhyuk tepat di depannya, menutup akses Eunhyuk untuk masuk ke kamar.

Eunhyuk lelah. Sungmin tau itu. Terlihat jelas di wajahnya. Lagi pula siapa yang tidak tau tentang jadwal Eunhyuk yang menumpuk? Konser, penggarapan album, berbagai undangan variety show, latihan, belum lagi acara off air lainnya. Dan Donghae? Sungmin juga tau, bahwa Donghae adalah makhluk paling haus perhatian, terutama pada Eunhyuk. Tapi, bukankah akhir-akhir ini mereka sering bersama? Bukankah mereka sedang mengerjakan projek album mereka berdua? Lalu, apa yang membuat mereka bertengkar?

"Akh...!" Donghae memekik kesakitan. Mungkin sebenarnya tak begitu sakit, mengingat Eunhyuk melakukannya tidak dengan tenaga penuh. Eunhyuk? Eunhyuk yang melakukannya? Sungmin menganga. Tak pernah dilihatnya eunhyuk semarah ini. Setidaknya dia tak pernah melihat eunhyuk berbuat seperti itu, pada sahabat karibnya, Donghae. Dan Sungmin masih bisa melihat dengan jelas, bagaimana Eunhyuk hanya menatap Donghae yang terduduk di lantai dengan tatapan acuh, sambil melenggang masuk ke dalam kamarnya.

Donghae masih di situ. Terdiam. Tak lagi mengaduh. Tatapannya kosong. Dengan perlahan, Sungmin bangkit dari sofa. Perasaannya campur aduk. Didekatinya Donghae, sang mantan roommate, dengan ragu-ragu. Sungmin bersimpuh, berusaha menyamakan diri dengan Donghae. Dia baru saja memegang lengan Donghae untuk membantunya berdiri, sebelum akhirnya tolakan itu menyakitinya. Ya, Donghae menghempaskan tangan Sungmin. Menolaknya mentah-mentah.

"Jangan sok peduli padaku, hyung! Kalian semua sama saja! Aku benci kalian semua!" darah Sungmin terasa berdesir. Kembali membeku, ketika tanpa dia sadari Donghae sudah tak ada di sana. Keluar dari dorm sambil lagi-lagi membanting pintu. Sungguh, Sungmin merindukan masa beberapa tahun yang lalu. Tak pernah serindu ini sebelumnya.

###

Ryeowook masih setia memandangi layar Hape yang sedang membuka medsos twitter. Beberapa menit yang lalu, dia membuka fanpage Suju yang sering sekali dia kunjungi. Hatinya mencelos ketika begitu banyak fans yang keluar dari fanpage tersebut. Bahkan, fanpage yang dulunya hampir setiap detik ramai oleh banyak info, sekedar share pict, atau game dan curhatan-curhatan para fans, kini terkesan gersang. Belum tentu dalam sehari page itu di update, kadang bahkan sampai berminggu-minggu lamanya baru update, itupun hanya menyedot sedikit perhatian dari fans. Jumlah angka pengikut masih terbilang besar, meski itu sudah menurun hampir 40% dari sebelum-sebelumnya. Namun, jumlah itu pun tak berarti apa-apa. Kadang mereka hanya orang-orang yang asal like, namun tak pernah update dalam page. Keadaan hati Ryeowook akhir-akhir ini sedang buruk. Kenyataan yang dia lihat justru membuatnya semakin buruk. Kini, sebuah twitt dari seorang netter mampu membuatnya terasa tertohok.

"SUPER JUNIOR MASA LALU"

'Benarkah?' hatinya terus menanyakan hal yang sama berulang-ulang. Sampai sebuah suara menginterupsi pikirannya.

"Wookie-ah, kau mau makan dulu atau langsung ke dorm?" tanya manager-nya dari kursi depan. Ya, dia masih di dalam mobil, perjalanan pulang dari siaran di Sukira. Bukannya menjawab pertanyaan sang manager, Ryeowook justru menoleh ke kanan dan ke kiri seakan mencari sesuatu. Atau seseorang? Akhirnya dia mendesah keras. Biasanya mobil ini penuh. Bahkan butuh 2 mobil untuk mengangkut para member. Kadang dia kesal dengan Shindong atau Kangin yang memenuhi tempat, atau duo ikan yang selalu berisik. Heechul yang usil, Leeteuk yang cerewet, atau Kyu yang tidur dengan menyandar padanya. Biasanya ketika sang manager menanyakan hal yang sama, semua member akan berebut bicara. Mengatakan apa yang ingin mereka makan dengan begitu berisik. Sampai akhirnya membuat manager kesal karna tak benar-benar bisa mendengar apa yang mereka katakan. Dan dia, biasanya hanya akan tertawa melihat ekspresi kesal manager-nya. Kini dia sendiri. Tapi, kenapa terasa terlalu lengang?

"Wookie-ah? Gwaencana?" lagi-lagi suara manager-nya mampu menginterupsi pikirannya.

"Hah? Ah, ne~ Ehm...aku ingin langsung pulang saja. Aku lelah," ucap Ryeowook pada akhirnya.

"Arraseo...," jawab sang manager.

###

"Terima kasih untuk kerja keras kalian," ucap sang sutradara ketika syuting hari itu selesai. Siwon, sang aktor utama bergegas ke ruang ganti untuk mengganti pakaiannya. Dia merasa gerah, padahal ini sudah hampir memasuki musim dingin. Mungkin, hari ini dia terlalu banyak berkeringat. Ketika memasuki ruang ganti, dia justru memilih untuk duduk ketimbang mengambil baju yang akan dia kenakan untuk pulang. Ya, hari ini Siwon sudah tak ada jadwal lagi. Terlalu dini bagi Siwon, karna biasanya dia harus pulang sampai tengah malam. Scene hari ini memang sedikit, apalagi drama yang dia kerjakan ini memang sudah hampir selesai. Dia berpikir sejenak. Apakah dia langsung pulang, atau...

"Siwon-ah, kau belum berganti pakaian?" tiba-tiba sang manager masuk tanpa permisi. Mengejutkan.

"Ah, ne~ Ini aku akan ganti baju," ucap Siwon sebelum akhirnya beranjak dari kursi dan menyambar pakaian gantinya.

Seperti halnya Ryeowook, Siwon hanya terdiam sambil memandangi hape-nya selama di mobil dalam perjalanan pulang. Pulang. Siwon memang benar-benar pulang ke rumahnya. Rumahnya sendiri, bersama keluarganya. Bukan ke dorm, bersama member suju lainnya.

Setelah berkutat beberapa lama dengan hape dan pikirannya, akhirnya Siwon memutuskan untuk menghubungi seseorang.

Ttuut...ttuut...ttuut...

Menunggu. Siwon masih menunggu seseorang di seberang, entah di mana, mengangkat telponnya. Sedikit gelisah, Siwon mengubah-ubah posisi duduknya yang terasa tak nyaman. Matanya tak fokus harus melihat ke arah mana. Sampai akhirnya,

"Yeoboseo?" panggilan itu diterima.

"Ini aku," jawab Siwon lirih.

"Aku tau. Pabbo!" ejekan itu entah mengapa terasa menyejukan.

"Khekekeke," Siwon justru terkikik geli. Membuat seseorang di seberang sana mendengus kesal.

"Cepat katakan ada apa? Aku sibuk!" yang kali ini kembali membuat Siwon gerah.

"Apa kau sedang syuting?" tanyanya ragu.

"Menurutmu?" Siwon kembali mengubah-ubah posisi duduknya yang terasa benar-benar tak nyaman.

"Arraseo. Mianhae. Aku tutup teleponnya," tak menunggu seseorang di seberang sana menjawab, Siwon menutup sepihak panggilannya.

Hening. Kembali hening. Sang manager melirik dari kaca mobil yang memperlihatkan wajah Siwon yang menunduk sambil masih memandangi hape-nya.

"Hm...mau minum sebentar?" tawar sang manager. Siwon sedikit tergagap. Mungkin terkejut. Lagi. Dia menoleh ke kanan dan ke kiri. Sepi. Tak asing dengan ini? Ya, mungkin Siwon merasakan hal yang sama yang tengah dirasakan Ryeowook, di tempat berbeda. Ini terlalu sepi, ini terlalu nyaman, ini terlalu...lengang. Dan dia tak suka.

###

"Akh...oh...ffast...fastter...deeperh...engh...," hambar. Eunhyuk merasa hambar. Biasanya, dia akan menegang. Biasanya udara akan terasa panas. Biasanya dia akan lari ke kamar mandi. Tapi, kenapa sekarang terasa hambar? Bahkan, dia hanya menatap datar, layar yang menampilkan adegan tak senonoh itu.

Brak...

Lagi-lagi dan lagi. Sebuah suara benda dibanting. Bukan. Tapi, itu hanya suara laptop Eunhyuk yang ditutup secara kasar tanpa mematikan video yang masih berputar di media player-nya tersebut.

Eunhyuk menghempaskan tubuhnya ke kasur empuk miliknya. Miliknya seorang. Semua tau bahwa Eunhyuk memiliki kamar yang hanya dihuni olehnya. Tak ada member lain. Artinya tak ada pengganggu. Meski kadang, tanpa diundang, Donghae akan menerobos masuk dan memaksa Eunhyuk untuk berbagi tempat tidurnya. Donghae. Ah...anak itu. Si childish yang tak pernah dewasa.

Tiba-tiba pening. Eunhyuk menepuk-nepuk bantalnya, seakan bentuknya membuat tidur Eunhyuk tak nyaman. Matanya dipejamkan paksa. Tetap tak nyaman. Dia mengubah posisi bantalnya lagi. Masih sama. Akhirnya, bantal itu dibuang. Tergeletak di lantai setelah membentur dinding akibat lemparan sang empunya. Masih. Mengapa masih tak nyaman? Biasanya ketika lelah, Eunhyuk akan mudah tertidur. Apanya yang salah? Bantalnya? Kasurnya? Atau hatinya?

'Donghae! Donghae yang salah!' batinnya.

###

Kangin masih berdiri di sana. Tak masuk, juga tak pergi. Hanya berdiri mematung. Para penjaga sudah menanyainya secara bergantian. "Apakah kau ingin masuk ataukah pulang?" yang selalu dijawab sama pula oleh Kangin. Hanya gelengan kepala yang tak jelas apa maksudnya. 2 tahun. 2 tahun lamanya dia pernah menghabiskan waktu di tempat ini. Masuk dengan berjuta rasa bersalah pada banyak orang, menjalani hari yang keras dan sulit sendirian, berjuang untuk melawan diri sendiri, hingga akhirnya dia keluar. Sekarang dia kembali ke sini. Sebagai Kangin yang berbeda.

Udara malam makin dingin. Kangin hanya memakai kemeja hitam berlengan panjang serta celana jins yang menutupi kakinya yang panjang. Tanpa jaket. Mungkin dia bisa sakit. Tapi, dia ingin tak peduli, andai saja pekerjaannya bisa mentolerir orang sakit. Sayangnya, tidak! Pekerjaannya tidak begitu. Akhirnya dia melangkahkan kaki juga. Bukan masuk, tapi pergi.

Rindu.

Dia hanya sedang rindu. Kangin hanya sedang merindukan...

To be continue...