Always There

Chapter One

Pairing: Yunho x Jaejoong(YunJae)

Other Cast : Yoochun, Junsu, Changmin, Samuel Michaelis, Kevin Michaelis and Other

Disclaimer : YunJae dan YooSu saling memiliki, Changmin milik Cassiopeia, Samuel and Kevin milik saya(XD), Michaelis milik Sebastian.

Warning: YAOI, BL(BOYS LOVE), Typo, Tidak sesuai EYD dll.

No Bash! No Copas!

.

.

You've A New Messange

You've A New Messange

Ponsel namja cantik itu berbunyi dua kali, menandakan ada pesan yang masuk. Jaejoong mengambil Ponsel nya dengan malas di atas meja. Ia sudah tahu pasti siapa yang akan mengiriminya pesan pada jam ini. Ia membuka ponselnya dan benar saja nama Jung Yunho tertera dilayarnya.

"Jae, Kau ada dimana? Ini sudah sangat larut, apa tak sebaiknya kau pulang? Aku sangat Khawatir."

"Cih! Sok perhatian!" Kesal Jaejoong dalam hati. Saat ini ia sedang berada di Studio, baru saja menyelesaikan syuttingnya. Jaejoong melirik jam yang ada di pergelangan tanganya. 'Jam 2 pagi' Lagi-lagi ia terpaksa harus pulang jam segini. Padahal besok pagi, sekitar jam 9 Jaejoong harus menghadiri reality show di salah satu stasiun TV swasta di Korea. Ia bersandar pada kursinya lalu menutup mata sebentar, sedikit untuk menghilangkan rasa kantuk dan lelahnya baru setelah nya ia akan pulang.

Baru 10 menit Jaejoong memejamkan matanya, tiba-tiba ia mendengar namanya dipanggil. Ia menoleh dan melihat seorang namja tampan sedang berjalan menghampirinya.

"jae, sedang apa?" Tanya Namja tampan keturunan inggris itu sembari duduk disebelah Jaejoong.

"Aniya, aku hanya lelah Sam. Kau sendiri sedang apa? Kenapa belum pulang?"

"Aku menunggumu Jae. Masa aku meninggalkanmu sendirian disini? Semua staff sudah mulai pulang. Kuantar ya?" Ujar Namja itu dengan tatapan sayang.

"Hmm.. Baiklah.. Ayo kita pulang." Jawab Jaejoong dengan senyumnya. Ia menggandeng tangan namja tampan itu dan berlalu keluar.

.

.

Jaejoong sama sekali tak peduli pada Yunho-namja yang sudah 5 bulan ini menjadi suaminya. Sementara Yunho menunggunya dengan cemas di apartemen mereka, Jaejoong malah pergi bersenang-senang dengan teman-teman artisnya. Ia juga tidak pernah membalas pesan atau mengangkat telpon dari Yunho. Ia menganggap semua itu tidak penting dan hanya akan membuang-buang waktu.

Sebenarnya ini semua salah siapa, sampai ia harus menikah dengan Yunho, namja yang tidak dicintainya? Jaejoong masih 23 tahun, masih sangat muda untuk menikah. Ia masih ingin menikmati hidupnya dan menjalani karier nya dengan sukses. Bukannya berdiam di rumah lalu harus melayani suaminya! Hell! Jaejoong benci itu. Ia membenci Yunho yang sangat mencintainya. Terlebih lagi, tunanganya itu tidak sederajat denganya-menurutnya. Yunho hanyalah seorang Kuli bangunan yang miskin. Ia hanya lulus SMA dan tidak dapat meneruskan pendidikanya ke tingkat yang lebih tinggi. Orang Tuanya tidak punya cukup uang untuk membiayainya. Maka dari itu Jaejoong sangat Benci harus menikahi namja seperti itu. Ia sudah mencoba ber argurmen dengan Kedua orang tuanya, terutama Appanya yang sangat keras kepala. Tapi, orang tuanya tetap bersikeras untuk menikahi Jaejoong dengan Yunho.

Jaejoong turun dari mobil Namja keturunan inggris itu, mengucapkan salam perpisahan lalu berjalan masuk ke apartemenya.

"Jae, kau darimana saja? Aku khawatir." Ucap Yunho dengan suara cemas. Ia bangkit dari duduknya dan menghampiri Jaejoong yang masih ada di pintu. Jaejoong hanya melihatnya malas, lalu berjalan masuk mengabaikanya.

"Jae?" Ucap Yunho sekali lagi, ia berjalan mengikuti Jaejoong dari belakang.

"Apa?!" Balas Jaejoong ketus. "Jangan mengikutiku namja sialan! Aku lelah, kau tahu tidak?! Urus saja dirimu sendiri!"

"Tidak, aku hanya khawatir. Maaf." Ucap Yunho pelan. Sungguh ia tak dapat berkata apa-apa lagi melihat namja cantik yang dicintainya marah seperti itu. Yunho tidak ingin membuat Jaejoong kesal, sebenarnya. Tapi, tak bisa disangkal lagi, ia memang khawatir sekali padanya. Sudah hampir jam setengah 3 pagi, ia takut terjadi apa-apa pada Jaejoong, itu saja.

"Cih!" Jaejoong berdecih kesal lalu berlalu memasuki kamarnya meninggalkan Yunho di ruang tamu.

'Selalu seperti ini. Apa ia belum juga mengerti kalau aku mencintainya?' Batin Yunho dalam hati. Ia menghela nafas sebentar kemudian membaringkan tubuh kurusnya di sofa. Hanya ada 1 kamar di apartemen yang dibelikan oleh orang tua Jaejoong untuk mereka. Sebenarnya orang tuanya berencana membuat Yunho dan Jaejoong lebih dekat dengan hanya memberikan mereka 1 kamar, tapi mereka tidak tahu kalau Yunho diusir keluar dari kamar pada malam pertama mereka. Jaejoong sama sekali tidak mau tidur 1 kamar apalagi satu ranjang dengan namja menjijikan-menurutnya- seperti Yunho.

Yunho baru benar-benar tertidur pulas ketika jam dinding di ruangan itu menunjukan pukul 4 pagi, ia terlalu kalut memikirkan hidupnya sekarang dan pastinya- Jaejoong. Padahal ia harus berangkat bekerja lagi jam 7 pagi, yang artinya ia hanya punya waktu 2 jam untuk tidur.

...

Jaejoong terbangun dengan keringat mengalir di wajahnya. Entah apa yang bisa membuat nya berkeringat seperti itu, padahal ia menyetel pendingin ruangan alias AC pada suhu paling rendah. Ia bangkit dari ranjang King Size nya, yang memang seharusnya ia tiduri berdua dengan Yunho, tapi dengan teganya ia menyuruh Yunho tidur di luar.

You've A New Messange

You've A New Messange

Jaejoong segera mengambil ponselnya diatas meja nakas dan membaca pesan yang masuk. 'Dari Samuel Michaelis' Ucapnya senang.

"Jae, kau sudah bangun? Kita ada reality show di gedung ELF jam 9 nanti. Mau berangkat bersama?:)"

Jaejoong senyum-senyum sendiri saat membacanya. Berbeda 180 derajat saat ia membaca pesan dari Yunho yang memang mengiriminya pesan setiap hari. Sebenarnya, sekarang ini ia belum ada hubungan apa-apa pada namja keturunan Inggris itu atau bisa disebut juga Samuel Michaelis. Samuel Michaelis merupakan salah satu namja keturunan inggris terkenal yang berkarier di Korea. Ia memainkan peran di sebuah Film bersama dengan Jaejoong. Sejak saat itu hubungan mereka menjadi dekat. Sam memiliki ketertarikan tersendiri terhadapnya, bergitu pun Jaejoong. Bisa dibilang, sekarang mereka sedang Pendekatan.

"Aku baru saja bangun. Datanglah ke apartemen ku jam 8, akan aku tunggu di Lobby apartemen. Ayo kita berangkat bersama:D" Jaejoong menekan Ikon Send di Ponselnya lalu masuk ke kamar mandi untuk bersiap-siap dijemput.

Hari ini ia mengenakan celana panjang hitam, yang bawahnya agak sedikit robek, kaos putih polos, dilapisi dengan kemeja Biru muda bermotif. Juga anting di telinga dan kalung di lehernya. Ia turun ke bawah, ke Lobby apartemenya dan menunggu Sam disana.

Jam 8 kurang 15 dan Sam sudah sampai di apartemenya. Jaejoong melambai dan tersenyum padanya.

"Hai" Sapa Sam senang.

"Hai" Balas Jaejoong.

"Kita berangkat sekarang?"

"Ya, tentu saja." Jaejoong pun mengikuti Sam memasuki mobilnya kemudian mereka berdua berangkat ke Gedung ELF, tempat Reality Show mereka akan dimulai.

.

.

At Yunho Place

"Yunho, angkut semua Semen ini ke sana." Perintah seorang namja ber-umur 35 tahunan.

"Baik Tuan." Jawab Yunho kemudian mulai memakul satu persatu kantong Semen itu ke tempat yang dipertintahkan.

"Yunho, Pindahkan pasir ini ke gudang di belakang."

"Ya, baik." Ucap Yunho patuh.

"Setelah itu kau boleh istirahat, ini kuberikan uang makan untukmu." Ujar Pria itu sembari memberikan beberapa lembar uang makan untuknya.

"Ne, terima kasih Tuan." Yunho membungkuk kepada atasanya, kemudian melanjutkan pekerjaanya.

"Ya, ya. Cepat selesaikan kerjaanmu"

"Ne."

Yunho baru saja selesai memindahkan se truk pasir ke gudang dibelakang. Ia sangat lelah, keringat mengucur deras di wajahnya. Matahari tambah terik membakar kulit coklatnya. Ia duduk di sebuah kursi tak jauh dari sana, tak berapa lama, Yoochun, teman seprofesinya datang menghampirinya.

"Yo Yun." Sapa Yoochun.

"Eumm.." Balas Yunho hanya menganggukan kepalanya.

"Ada apa?" Tanya Yoochun bingung

"Aniya, tak ada apa-apa. Kau sudah makan?"

"Belum, aku baru saja akan mengajakmu."

"Eum.. Kita makan di kedai Ajhumma Lee ya?"

"Ya, tentu saja. Hanya tempat itu yang cukup untuk keuangan kita. Ayo" Yoochun merangkul bahu Yunho kemudian mereka berdua berjalan menuju Kedai Ajhumma Lee yang tak berapa jauh dari sana.

"Kau mau makan apa Yun?" Tanya Yoochun saat mereka sudah sampai di kedai itu.

"Eum... Aku makan seperti biasa saja."

"Aish, kenapa hanya makan makanan seperti itu? Setiap harinya kau selalu makan nasi-tempe-tahu, apa tidak bosan? Pantas saja tubuhmu kurus." Oceh Yoochun. Ia saja sudah jarang sekali makan seperti itu. Setidaknya uang makan mereka cukup untuk membeli sepotong ayam atau ikan.

"Tidak apa-apa. Aku harus tetap menghemat, uangnya bisa kupakai untuk membayar listrik dan kebutuhan lainya."

"Ya, ya aku tahu. Karena istri menyebalkan mu itu kan?"

"Dia tidak menyebalkan sama sekali Chun. Jaejoong baik." Jawab Yunho seraya memamerkan senyum tulusnya.

"Baik apanya? Dia tidak pernah mengurusmu, sok sibuk dengan dunianya."

"Dia memang sibuk, bukan sok sibuk. Setiap hari Jaejoong harus pulang malam kerena pekerjaanya, jadi wajar kalau ia tak ada waktu." Ucap Yunho penuh perhatian.

"Iya benar juga katamu, tapi tetap saja. Sesibuk apapun Junsu, setiap hari ia pasti menelfon ku, atau paling tidak mengirimiku pesan."

"Itu beda, Junsu kan kerja di perkantoran. Bukan di dunia entertaiment yang jadwalnya tidak menentu."

"Ya, Ya terserahmu saja. Yang penting sekarang, kita harus cepat makan terus kerja lagi."

"Ya, benar." Yunho dan Yoochun pun melanjutkan acara makan mereka kemudian balik ke tempat kerja mereka lagi.

.

.

Jam 6 sore, dan Yunho sudah selesai kerja. Ia beristirahat sebentar sebelum pulang. Lagipula, di apartemen ia juga bingung harus berbuat apa.

Yunho duduk di kursi panjang dekat tempat kerja itu sendirian. Yoochun pulang lebih awal karena ingin bertemu Junsu jam 7 nanti.

"Enaknya Yoochun." Pikir Yunho. Berbeda denganya, kehidupan cinta Yoochun berjalan lancar. Yoochun memiliki kekasih bernama Junsu, seorang akuntan management di salah satu perusahaan di Seoul. Walaupun mereka belum menikah, tapi perilaku mereka sudah seperti orang berumah tangga. Terkadang, Junsu datang untuk mengantarkan bekal buatanya untuk Yoochun atau paling tidak 2 bulan sekali mereka pergi kencan.

Yunho juga ingin seperti itu, sebenarnya. Tapi disini, hanya ia yang mencintai Jaejoong. Yunho yakin Jaejoong tak sedikitpun memiliki perasaan padanya, bahkan jika hanya untuk menjadi teman. Ia tahu Jaejoong membencinya, terlihat jelas dari sikap istrinya itu padanya. Habis mau bagaimana lagi? Bagaimanapun, mereka sudah menikah kan? Mereka sudah mengikat janji suci di hadapan Tuhan 5 bulan lalu. Yunho merasa memiliki tanggung jawab atas Jaejoong. Awalnya Yunho juga kaget ketika akan dinikahkan dengan Jaejoong. Ia tak percaya seorang kuli seperti dirinya bisa mendapatkan namja cantik dari kalangan artis. Sebelumnya, Yunho memang penggemar setia Jaejoong atau biasa disebut Jaejoong Holic. Maka dari itu, ia senang sekali dengan pernikahan ini, tak peduli bagaimana sikap Jaejoong padanya.

Pikiran Yunho jadi melayang-layang jauh. Ia tersadar dari lamunanya dan bersiap untuk pulang. Di tengah perjalanan, Yunho melihat siluet orang yang dikenalnya. Ia mencoba berjalan mendekati siluet itu dan..

"Jaejoong?" Ucap Yunho seraya menepuk bahu orang tersebut. Jaejoong menoleh saat dirasa ada orang yang memanggil namanya.

"Jung! Sedang apa kau disini?! Jangan mendekatiku! Sana pergi." Bentak Jaejoong.

"Aku baru akan pulang Jae. Ka-" Ucapan Yunho terpotong oleh seorang namja tampan yang datang mendekati mereka.

"Hai Jae, lama menunggu?" Ujar Samuel Michaelis dengan senyum mautnya.

"Tidak, aku baru saja datang." Jaejoong membalas senyumnya, mengabaikan Yunho yang kini memandang mereka dengan tatapan sendu.

"Baguslah. Oh iya siapa orang ini? Kau mengenalnya?" Tanya Sam seraya menoleh ke arah Yunho.

"Tidak, aku tak mengenalnya. Namja ini sok dekat denganku. Mungkin dia fans ku." Perkataan Jaejoong membuat hati Yunho mencelos. Padahal mereka sepasang suami-istri, tapi kenapa seperti ini? Bahkan ia dapat melihat dengan jelas, Jaejoong pergi kencan dengan namja lain.

"Baiklah. Ayo kita pergi." Ucap Sam seraya menggandeng tangan Jaejoong lalu berlalu pergi menaiki mobilnya. Meninggalkan Yunho sendiri dengan perasaan campur aduk.

"Aku tidak akan bisa mengajak Jaejoong seperti itu.'' Ucap Yunho bermonolog sendiri. Ia tak memiliki mobil mewah seperti yang dimiliki namja tadi. Rasanya, ia pernah melihat namja yang barusan pergi dengan istrinya. Ah Benar! Ia melihatnya di Televisi. Namanya kalau tidak salah Samuel Michaelis. Beberapa kali muncul di layar kaca bersama Jaejoong. Pantas saja, hubungan mereka sangat dekat. Jujur saja, Yunho cemburu. Tapi ia tidak dapat berbuat apa-apa.

.

.

Dengan Mood yang buruk, Yunho memutuskan untuk tidak pulang dulu ke apartemenya. Ia berjalan mengikuti kemana kakinya ingin melangkah. Sejauh apapun itu, ia tidak peduli.

Hingga sampailah Yunho di sebuah gereja tua nan megah yang menjadi tempat pernikahanya dulu. Melangkahkan kaki masuk menuju ke gereja, Yunho jadi teringat saat pernikahanya.

Gereja itu kosong, sepi. Tak ada siapa-siapa selain dirinya. Kebaktian sudah selesai dari beberapa jam yang lalu. Yunho berjalan menuju depan altar, berdiri disana. Memori-memori itu terulang jelas di otaknya. Saat ia mengucap janji sehidup-semati dengan Jaejoong, saat ia pertama kalinya melihat senyum Jaejoong untuknya, dan saat pertama kali ia mencium bibir cherry namja cantik itu. 1 hari yang paling indah bagi Yunho tapi menyebalkan untuk istrinya. Jaejoong hanya berpura-pura, tentu saja. Untuk apa ia senang dengan pernikahan yang tidak disukainya?

"Heuh... Seandainya saja, aku tak menikah denganya, pasti aku tak akan merasa sesakit ini." Ucap Yunho lirih. Ia sudah berusaha semampunya untuk membuat Jaejoong mencintainya, ralat atau mungkin untuk tidak membencinya. Tapi semua sia-sia, Jaejoong tak akan pernah melihat ke arahnya. Jelas-jelas Yunho melihat pancaran cinta dari mata Jaejoong untuk lelaki bernama Samuel itu. Semua usaha Yunho terampas oleh namja itu dalam sekejap.

"Tak ada gunanya, Ia membenciku, dia tak mencintaiku dan selamanya akan seperti itu." Ucap Yunho lagi.

"Ada masalah anak muda?" Ucap seseorang dari belakang. Otomatis Yunho menolehkan pandanganya dan menemukan seorang Pendeta sedang berjalan ke arahnya. Yunho mengenal Pendeta itu, tak asing wajahnya.

"Ah, Siwon-ssi?"

"Ya, Saya Pendeta Siwon. Kalau tidak salah, kita pernah bertemu kan?" Tanya Pendeta itu.

"Ya, tentu saja. Anda yang dulu menikahkan saya dengan istri saya." Jawab Yunho antusias.

"Benarkah? Kalau begitu baguslah. Anda sedang apa disini? Apa anda sedang memiliki masalah?"

"Eum.. Tidak bisa dibilang masalah sebenarnya. Tapi saya masih merasa kalut dan bingung. Saya berjalan berputar-putar dan berakhir di gereja ini."

"Tentang apa? Jika anda mau, anda boleh bercerita kepada saya." Ucap Siwon ramah, mereka duduk di salah satu kursi panjang disana.

"Tentang istri saya. Hubungan kami memang tidak baik sedari pernikahan. Dia tidak mencintai saya, dia mencintai orang lain. Karena memang pernikahan kami bukan didasari cinta tapi atas dasar perjodohan. Tapi saya mencintainya, sangat. Saya mencoba semaksimal mungkin bersikap baik padanya. Tapi tetap saja, istri saya tidak pernah melihat semua usaha saya, ia tetap bersikap kasar terhadap saya." Ucap Yunho menceritakan semua keluh kesahnya selama 2 bulan terakhir ini.

"Hmmm.. Jadi ini semua tentang istri anda? Istri anda tidak pernah memperhatikanmu layaknya sebagai suami?"

"Ya, tidak pernah sama sekali. Istri saya sering pulang malam kerena pekerjaanya dan saya selalu menunggunya. Tapi, sepertinya ia tidak suka melihat saya, ia selalu marah jika saya menanyakan keadaanya. Saya tidak mengerti dan tidak tahu harus berbuat apa."

"Berdoalah, hanya Kristus yang dapat membantumu. Ia akan menuntun anda." Ucap Siwon memamerkan senyum manisnya.

Yunho mengangguk kemudian berlutut dan mulai berdoa. Ia mencurahkan semua masalahnya selama ini, sampai ia menangis dan merasa tenang.

"Terima kasih, anda sudah sangat membantu saya." Ucap Yunho pada pendeta Siwon.

"Ya, sama-sama. Semoga masalahmu bisa terselesaikan anak muda."

"Sekali lagi terima kasih." Ujar Yunho seraya tersenyum kemudian berbalik dan berjalan pergi dari gereja itu.

Setelah berjalan cukup lama-karena Yunho sangat menghemat uang untuk sekedar manaiki kendaraan umum- akhirnya Yunho sampai di apartemen. Ia membuka pintu itu dan kecewa melihat tak ada siapa-siapa di dalamnya. Jaejoong belum pulang, sebenarnya apa yang dilakukanya bersama namja tadi? Kenapa sampai sekarang belum pulang? Lagi-lagi rasa cemas melingkupi hati Yunho. Ia mencoba mengirimi Jaejoong pesan, menunggu beberapa saat, dan lagi-lagi harus menelan kekecewaan karena istrinya tersebut tak membalas pesannya.

.

Yunho mengambil handuknya kemudian masuk ke kamar mandi. Ia membuka seluruh pakaianya kemudian membasuh tubuhnya yang berkeringat. Setelahnya ia mencoba membaringkan tubuhnya di sofa, bermaksud untuk menunggu Jaejoong dalam posisi itu, tapi yang ada ia malah ketiduran. Mungkin Yunho lelah~

.

Tepat pukul 11 malam, Jaejoong sudah sampai ke apartemenya. Ia mengucapkan salam perpisahan pada Samuel kemudian memasuki Apartemen miliknya.

Mata Jaejoong langsung tertuju pada Yunho yang sedang tertidur di sofa. Rasa kesal dan marah memenuhi dirinya.

Dengan tidak manusiawi, Jaejoong menendang tubuh Yunho dengan keras hingga ia terjatuh dari sofa tempatnya tidur. Seketika Yunho meringis kesakitan kebudian terbangun.

"Aduhhh... Ada apa Jae? Kenapa menendangku?" Tanya Yunho. Ia mengusap bagian tubuhnya yang tadi di tendang Jaejoong.

"KAU TAK INGAT KESALAHANMU JUNG?! HAH?! KAU TAK INGAT?!" Bentak Jaejoong tepat di hadapan muka Yunho. Yunho hanya menatapnya bingung , seolah bertanya apa yang telah dilakukanya.

"Kau yang pura-pura mengenalku, membuat Sam jadi bertanya macam-macam padaku. Bukankah sudah pernah kubilang, jangan pernah menyapaku diluar apartemen ini?! Aku tak mau menahan malu karena memiliki kenalan sepertimu! Dasar menggelikan! Sebenarnya apa maksudmu tadi? Berniat membuatku malu dengan mengatakan kalau aku mempunyai suami seorang kuli bangunan sepertimu?!" Bentak Jaejoong lagi.

"Ya, aku mengerti. Tapi aku tidak ada maksud sama sekali untuk mempermalukanmu. Aku cukup sadar diri kalau aku memang tak pantas bersanding denganmu. Tadi kukira kau sedang sendiri, aku tak tahu jika kau sedang menunggu seseorang." Ucap Yunho pelan. Ia sudah cukup tersakiti mendengar Jaejoong berbicara seperti itu. Hatinya bergemuruh, sakit sekali rasanya. Diperlakukan tidak manusiawi oleh istrimu sendiri.

"Heuh! Alasanmu banyak sekali Jung! Lagipula, jika aku tidak menunggu seseorang pun, kau tak boleh berdekatan denganku!"

"Mianhae." Ucap Yunho lirih.

"Aku memaafkanmu kali ini, tapi ingat jika kau berani melakukanya lagi, aku akan mengsirmu keluar dari apartemen ini! Namja miskin sepertimu tak pantas berdekatakan denganku!" Setelah mengucapkan kata-kata pedas itu, Jaejoong melegang pergi menuju kamarnya.

...

"Hyung, Bagaimana hubungan hyung dengan Yunho hyung?" Tanya seorang namja tinggi bernama Shim Changmin. Ia adalah manager sekaligus sepupu Jaejoong. Saat ini mereka sedang berada di cafe, tak jauh dari lokasi syutting.

"Tak ada apa-apa. Kenapa kau selalu penasaran dengan dia Changmin-ah? Dia hanya namja miskin dari kalangan rendah."

"Hyung jangan bilang begitu. Bagaimanapun, sekarang kan Hyung istrinya. Setidaknya bersikap baiklah padanya. Kasihan kan Yunho hyung punya istri, tapi tak ada yang mengurusnya?" Ujar Changmin. Ia sebenarnya tahu persis bagaimana hubungan Jaejoong dengan Yunho. Ia juga tahu kalau sebenarnya Yunho sangat mencintai Jaejoong. Changmin sering melihat Yunho disekitarnya. Yunho juga suka menelponya untuk sekedar menanyakan keadaan Jaejoong. Karena itulah, hubungan Changmin dan Yunho cukup dekat. Dan sekarang Changmin berusaha membantu Yunho untuk setidaknya membuat Jaejoong bersikap lebih baik padanya.

"Jangan pernah bilang aku istirnya Changmin-ah, karena aku tak pernah sedetik pun menganggapnya. Salahnya, siapa suruh mau menerima perjodohan konyol ini. Jika dia tidak menikah denganku, dia bisa hidup dengan orang lain kan, dan aku tak usah hidup dengan namja miskin sepertinya. Aku membencinya, sangat." Ucap Jaejoong dengan penekanan disetiap katanya.

"Tapi kalian sudah mengucapkan janji suci sehidup-semati di depan Tuhan."

"Aku tak menganggapnya. Sudahlah, bisakah kita jangan membahas dia lagi? Aku muak mendengarnya." Ujar Jaejoong.

"Tapi Hyung-"

"Kubilang sudah Changmin-ah! Apa kau tak mendengarnya?" Ucap Jaejoong meninggikan suaranya.

Mendengar sepertinya Hyungnya akan marah, Changmin cepat-cepat mengunci mulutnya.

"Arraseo, arraseo."

.

.

"Chun, kau sedang apa? Kenapa terlihat bingung seperti itu?"

"Tidak, aku hanya sedang bingung mau membelikan Junsu apa untuk ulang tahunya yang ke 21."

"Memang kapan ulang tahunya?" Tanya Yunho.

"15 Desember nanti, sekalian merayakan hari jadi kami yang ke 2." Ucap Yoochun senang. Saat ini mereka berdua sedang ada di salah satu toko accsesories di salah satu mall terbesar di Seoul. Yoochun meminta Yunho menemaninya pergi ke Mall, tapi ia tidak memberitahu tujuannya pergi kesana.

"Eummm.. Apa Junsu akan senang dengan hadiah seperti itu?"

"Tentu saja, Uke biasanya akan senang jika para Seme bersikap romantis. Hhahaha."

"Jinjja? Apa Jaejoong juga akan senang ya?"

"Mungkin saja. Belilah salah satu diantara ini, siapa tahu Jaejoong suka dan bersikap baik padamu." Ucap Yoochun.

"Baiklah, aku akan beli 1."

Setelah membeli apa yang mereka butuhkan, Yunho dan Yoochun memutuskan untuk pergi makan di sebuah cafe favorit mereka. Bukan berarti mereka tidak punya uang, mereka hanya irit, begitulah tepatnya.

"Yah, Tempatnya penuh Chun. Tak ada tempat kosong untuk kita." Yunho mendesah kecewa. Ia mengedarkan pandanganya keseluruh penjuru cafe dan tak menemukan kursi kosong untuk mereka tempati.

"Iya ya, lalu bagaimana? Apa kau mau makan di tempat lain?"

"Aniya! Aku ingin makan masakan di cafe ini, jarang-jarang kan aku makan enak."

"Mau bagaimana lagi? Take away?"

"Ya, boleh juga." Ucap Yunho setuju.

"Nanti kita makan di apartemen mu oke?" Ujar Yoochun.

"Tapi, tapi..."

"Tidak ada tapi-tapi an. Aku juga ingin melihat apartemen mu dan istrimu itu."

"Arraseo." Ucap Yunho akhirnya. Mereka berdua memesan makanan yang mereka inginkan lalu pergi menuju apartemen Yunho.

.

Sesuai dugaanya, Apartemen mereka kosong. Syukurlah, dengan begini Jaejoong tak akan marah padanya karena membawa orang ke apartemen.

"Wah, Apartemen mu besar sekali Yun. Banyak funiturenya juga." Ucap Yoochun kagum. Ia menelusuri setiap sudut apartemen itu.

"Ya, seperti yang terlihat. Orang tua Jaejoong membelikan kami ini sebagai hadiah pernikahan."

"Gurae? Wah hebat sekali. Kim Jaejoong memang berasal dari keluarga kalangan atas."

"Benar, makanya ia sangat membenciku." Ucap Yunho terdengar sedih.

"Hei hei, sudah jangan sedih seperti itu. Lantas, kamarmu mana Yun?"

"Aku tak ada kamar. Di apartemen ini hanya ada satu kamar, dan Jaejoong bilang ia tak sudi tidur denganku. Jadi aku tidur di sofa, dan aku meletakan semua barang-barang ku disana." Ucap Yunho seraya menunjuk ke sudut ruangan, dimana semua peralatanya diletakan.

"Jadi selama ini kau tidur diluar? Di sofa ini?" Tanya Yoochun kaget. Ia tak menyangka penderitaan sahabatnya seperti ini. Sudah tidak diurus, harus tidur di sofa pula.

"Ya. Sudahlah, lebih baik kita makan sebelum makanannya jadi dingin." Jawab Yunho kemudian ia menuangkan makanan yang mereka beli tadi ke sebuah mangkuk.

"Mari makan." Ucap Yunho dan Yoochun bersamaan. Kemudian mereka langsung melahap makanan yang tersaji di hadapan mereka.

Ting Tong Ting Tong

"Siapa ya? Tunggu sebentar aku akan membukanya." Ucap Yunho.

"Ne, ne. Cepat buka pintunya." Ucap Yoochun tetap fokus ke makanannya.

Yunho berjalan ke arah pintu, kemudian membukanya. Ia tak bisa melihat wajah orang yang di depanya karena posisi yang membelakanginya.

"Anda ada perlu apa ya?" Tanya Yunho sopan.

Orang itu berbalik dan...

"Kau? Kau bukanya orang yang ada di halte waktu itu? Kenapa bisa ada disini?"

"Saya.. Eum.. Saya adalah..." Yunho sendiri tidak tahu harus berbicara apa untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan namja yang ditemuinya itu.

Melihat sepertinya Yunho tak kembali-kembali juga, akhirnya Yoochun ikut menyusul Yunho ke arah pintu.

"Eh? Nuguya?" Ucap Yoochun bingung melihat Yoochun dan Yunho.

"Siapa lagi kau? Kenapa kalian bisa ada di apartemen Jaejoong? Dan lagi bukankah kau yang Jaejoong sebut sebagai fans yang sok kenal?"

"Mwo?! Apanya yang fans? Dia ini suaminya, kau tahu tidak? Kau asal bicara saja!" Ucapan Yoochun tadi sukses membuat Yunho dan Samuel melongo.

"Chun.." Ucap Yunho memberi tanda. Bisa gawat kalau namja yang disukai Jaejoong tahu kalau ia sudah menikah. Lagipula, Yunho tak ingin mempermalukan Jaejoong.

"Apa maksudmu dengan suami?"

TBC

Fic Baru lagi :))) ini Fic Yunjae yang aku buat setelah 2 bulan hiatus. File FF hilang semua, jadi terpaksa tulis ulang T.T

Aku bakal update kilat kalau yang Review banyak! Jadi tolong jangan jadi Sider! #maksa

1 Review berharga banget buat aku, jadi aku minta REVIEW ya ^^