KOI NO YOKAN
Pairing : Yoonmin, Namjin, Vkook!
.
.
.
"Kau yakin akan masuk kesana, Kook?" Pria bersurai orange itu mulai ragu. Mendadak perasaannya tidak enak dan ingin pulang saja.
"Hyung, terlambat untuk kembali, oke?! Ayo" Jungkook mulai membuka pintu samping mobil hendak turun saat tangan si surai orange menariknya kembali duduk ke kursi kemudinya. "Apalagi?" Jungkook memutar bola matanya jengah.
"Bagaimana kalau ada wartawan yang melihat kita? Karir kita bisa tamat, kau tau?" pria bersurai orange – Jimin- terlihat khawatir.
"Hyung, ini hotel. Wartawan tidak akan tau kalau kita pergi ketempat perjudian. Demi Tuhan, hyung." Jungkook berujar kesal.
"Tapi tetap saja kan?"
"Hyung, Namjoon hyung menyelenggarakan acara ini secara legal, dan Cuma orang-orang yang punya undangan yang bisa masuk, Which is ini tertutup untuk umum hyung. Ayolah…" Jungkook memutar bola matanya kesal.
"Tapi kau masih kecil untuk hal seperti ini, kau bahkan baru legal kemarin!" Jimin memulai perdebatan.
"Oh, perlu kau ingat aku ini anak kecil yang sudah bisa 'membuat' anak kecil. Jadi hentikan semua perdebatan ini, dan turun sekarang!" Jungkook keluar dari mobil dan berjalan membuka pintu penumpang dimana Jimin masih bersikukuh tidak ingin turun.
Dengan tarikan paksa, akhirnya Jimin turun sedikit terhuyung karena Jungkook tidak main-main mengerahkan tenaganya menarik Jimin keluar dari mobil.
Jimin lelah, tentu saja. Baru saja satu jam yang lalu dia menyelesaikan syuting untuk iklan terbarunya. Niatan awalnya, actor itu ingin pulang dan tidur, sebelum akhirnya Jungkook muncul di lokasi syuting, memaksa Jimin berpakaian formal, dan berakhir di hotel milik Namjoon – Calon Kakak Ipar Jungkook- untuk menghadiri acara yang baru Jimin ketahui diselenggarakan untuk klien-klien kelas kakap Namjoon. Acara tahunan orang kaya, begitu kata Jungkook. Acara dimana puluhan pengusaha dompet tebal menghabiskan jutaan Won dalam semalam di meja judi.
Setelah menunjukan kartu undangan dan diperiksa oleh dua pria berbadan tebal yang menghadang di pintu utama, barulah Jimin dan Jungkook diperbolehkan masuk kedalam sebuah Hall mewah berisi belasan meja yang sudah diisi beberapa orang sedang berjudi.
Jungkook memanjangkan lehernya untuk mencari keberadaan kekasihnya dan hyung nya yang sudah berada lebih dulu ditempat ini, sementara Jimin berjalan merapat dibelakang Jungkook. Risih dengan banyaknya jumlah perempuan dengan baju super seksi yang terpampang jelas di depan matanya.
"Jungkook…" Jimin mencicit pelan dibelakang telinga Jungkook.
"Hm?"
"Apa-apaan ini? Kau bilang ini tempat perjudian? Kenapa seperti tempat prostitusi?!" Jimin mengeletuk giginya kesal.
"Judi tanpa perempuan tidak akan menarik, hyung. Menurut cerita Namjoon Hyung, perempuan-perempuan disini sering dijadikan bahan taruhan. Siapa yang menang, dia bisa memakai jalang milik yang kalah" Jungkook menjelaskan bak dosen.
"What?"
"Kau mendengarku dengan jelas, Hyung. Ayo kesana…"
Jimin dan Jungkook melewati sekitar lima meja judi hingga akhirnya sampai di depan meja bartender, disana sudah berdiri Namjoon dengan setelan jas merah gelapnya dan rambut hitamnya, berdiri tegap di samping Seokjin – Hyung Jungkook- yang mengenakan setelan jas warna abu rokok dan sedang mengamit lengan Namjoon dengan posesif.
"Kookie, kau membawa Jimin?" Seokjin yang pertama kali menyambut kedatangan Jimin dan Jungkook, agaknya kaget melihat Jimin hadir di acara seperti ini, mengingat Jimin sangat menentang hal-hal semacam ini – Judi, kekerasan, penjualan perempuan dan hal-hal illegal lain-.
"Dia perlu membuka matanya hyung, agar tidak bodoh terus." Jungkook berujar santai dan dihadiahi tepukan diatas kepalanya oleh Jimin.
"Lama tidak bertemu, Hyung" Jimin membungkuk dihadapan Seokjin dan Namjoon.
"Senang bertemu denganmu, Jim" Seokjin menyahut dan Namjoon hanya mengangguk.
"Mana Taehyung?" Jungkook bertanya pada Namjoon yang sepertinya menunggu kedatangan seseorang.
"Disana" Namjoon menunjuk dengan dagunya kesebelah kiri. Disana ada Taehyung – Pacar Jungkook- yang sedang sibuk bercengkrama entah dengan siapa.
"Aku akan kesana" Jungkook berjalan santai meninggalkan Seokjin, Namjoon dan juga Jimin yang mulai kebingungan harus apa saat Jungkook pergi.
"Ingin minum sesuatu, Jim?" Namjoon menawarkan.
"Bagaimana dengan sampanye?" Seokjin member pilihan.
"Sampanye kedengarannya bagus" Jimin mengangguk dan mendudukan diri di kursi di depan meja bar.
"Berikan dia sampanye" Namjoon memerintah pada bartender yang sedang sibuk menatapi Jimin tanpa berkedip.
Siapa yang tidak kenal Jimin? Penyanyi sekaligus Actor yang sedang naik daun, dengan paras amat sangat menarik. Hanya orang pedalaman hutan saja yang mungkin tidak mengenal Jimin di Korea.
"Sampanye nya?" Jimin mengernyit kearah bartender yang tidak juga bergerak.
"Ah, maafkan aku tuan. Akan aku ambilkan sekarang" Bartender dengan nametag Yugi itu mulai menuangkan sampanye untuk Jimin dan tergugup memberikannya pada Jimin.
"Apa ada yang salah dengan wajah ku?" Jimin memirinngkan kepalanya dan membuatnya terlihat menggemaskan.
"A… Ani, tidak ada yang salah, hanya… apa kau Park Jimin? Park Jimin yang artis itu?" Yugi terlihat memerah mendapatkan tatapan menggemaskan seperti itu dari Jimin.
"Astaga, aku kira kenapa. Ne, aku Park Jimin" Jimin tersenyum lagi.
"Ternyata yang asli lebih tampan …"
"Hem? Kau membuatku merona, kau tau?" Jimin berucap main-main.
Saat sibuk bercengkrama dengan bartender yang mengaku sebagai fans nya, mendadak suasana menghening sedetik saat pintu utama terbuka lebar. Di depan sana, berdiri seorang lelaki pucat berjas formal dengan rambut silvernya, berdiri paling depan dengan aura arogansi yang kental dengan belasan orang berbadan kekar di belakangnya. Sedetik Jimin terkesiap, agaknya merinding dengan aura percampuran antara arogansi, dominasi, wajah datar yang terlihat bengis, dan seksi.
"Akhirnya datang juga" Namjoon berucap puas bercampur lega. Tamu super VVIP yang sedari tadi ditunggunya dengan tidak sabar akhirnya memunculkan batang hidungnya. Kehadirannya langsung menyedot ratusan pasang mata yang menatap lapar kearahnya.
"Dia, Min Yoongi?" Seokjin berbisik, takut suaranya terdengar lancang menyebut nama itu.
Pebisnis kelas kakap tentu sangat tau siapa Min Yoongi, semua tamu Namjoon yang merupakan pengusaha, malam ini mengincar uang si pucat. Jika kau berhasil menarik perhatian si pucat untuk berinvestasi di perusahaanmu, dana yang kau dapat layaknya air Bah memenuhi rekening Bank mu. Semua pengusaha di ruangan ini tau bagaimana royalnya seorang Min Yoongi dalam berbisnis. Tidak pernah tanggung-tanggung dalam urusan dana. Dan tidak pernah tanggung-tanggung dalam membuat seseorang kaya raya hanya dengan berbisnis dengannya.
Namjoon contohnya, dulunya Namjoon hanya pemilik Motel kecil di Seoul, sampai ayahnya mempertemukan Namjoon pada Yoongi disuatu acara amal disebuah hotel. Beruntung bagi Namjoon karena berhasil menarik perhatian Yoongi, sedikit berbincang dengan pria pucat itu tentang usahanya, dan Yoongi menawarkan investasi di Motel kecil Namjoon. Entah apa yang membuat pria pucat itu menggelontorkan dana fantastis untuk motel kecil milik Namjoon saat itu, bahkan Namjoon yakin, dengan dana yang diberikan Yoongi, si pucat itu bisa membeli setidaknya 100 Motel seperti milik Namjoon.
Singkat cerita, Motel kecil milik Namjoon sudah rata dengan tanah dan berganti dengan hotel bintang lima dengan fasilitas kelas satu, menjadikan hotel milik Namjoon Cuma bisa disewa oleh mereka-mereka yang berdompet tebal jika melihat List harga sewa perkamar hotel milik Namjoon.
Lelaki pucat itu berjalan angkuh langsung menuju kearah Namjoon yang masih setia berdiri menunggu Yoongi sampai dihadapannya dengan Seokjin makin menempel dilengan kanan Namjoon. Aura laki-laki ini benar-benar kuat, bahkan Seokjin yang biasa berhadapan dengan criminal bawah tanah, mendadak menciut dihadapan Yoongi.
"Ingin minum, Boss?" Namjoon mempersilahkan Yoongi duduk didepan meja bar saat Yoongi baru sampai dihadapannya.
"Sampanye" seperti biasa, tidak ada basa basi. Entah bertanya soal kabar, atau sejenisnya. "Kekasihmu?" Yoongi menunjuk Seokjin yang mengkeret dibelakang Namjoon dengan dagunya.
"Tunangan ku lebih tepatnya" Namjoon mendudukan dirinya disebelah kursi Yoongi.
"Aku tidak tau kau bertunangan"
"Aku mengundangmu dua bulan lalu, dan kau tidak datang." Kesal Namjoon.
"Aku lupa mungkin" Yoongi mengambil gelas sampanye yang baru saja selesai dituangkan oleh bartender di hadapannya.
"Ya! Setidaknya jangan lupakan pertunangan adik mu ini, Hyung. Pedulilah sedikit padaku." Namjoon makin kesal.
"Aku peduli, sampai sekarang uangku mengalir seperti keran air bocor di rekeningmu kan?"
Namjoon adalah salah satu tangan kanan Yoongi dalam bisnis perhotelan. Lalu, Yoongi itu siapa? Apa pekerjaannya?.
Apa kau pernah mendengar desas desus tentang orang paling berpengaruh di 'bawah tanah'? pernah mendengar tentang si pucat keji yang kaya raya? Jika iya, Min Yoongi inilah orangnya. Demi menutupi bisnis 'bawah tanahnya' , sehari-hari orang mengetahui Min Yoongi adalah seorang CEO multicompany.
Yoongi tidak menyadari setidaknya beberapa detik Jimin dengan lancang memandangi wajahnya tanpa berkedip, terpengaruh bahkan nyaris tersedot oleh pesona kuat milik Min Yoongi. Jimin bahkan melupakan sampanye dihadapannya, ada seseorang yang jauh lebih menarik perhatiaanya saat ini. Yoongi yang dengan sangat lancang mengabaikan eksistensi Jimin yang berjarak dua kursi darinya.
Heol! Tidak ada seorang pun yang boleh mengabaikan Jimin seperti ini! Jauh didasar hatinya, harga dirinya agak terluka. Yang benar saja, diluaran sana bahkan banyak pria dan wanita memelas dan membuang harga diri demi secuil perhatiaan dari Jimin. Dan apa-apaan si pucat ini? Berani sekali mengabaikan Jimin. Hey! Dia Jimin! Park Jimin! Penyanyi sekaligus actor yang sedang dipuja-puja saat ini.
"Ehem!" Jimin berdehem agak keras untuk menarik perhatian Namjoon, Seokjin danYoongi yang terlihat sibuk bercengkrama. Ingat, Jimin tidak suka di abaikan.
"Ya, Jim?" itu Seokjin yang bereaksi. Dan agaknya Jimin sukses menarik perhatian karena Yoongi melirik tajam kearahnya. Bahkan hanya dari lirikan kecil itu, Jimin merasa ditelanjangi. Jimin merinding.
"Hyung, sepertinya aku perlu ke kamar kecil…" Jimin mati kata. Hanya dilirik sedikit dan otaknya mendadak lumpuh. Alas an macam apa itu? Ke kamar kecil dan meminta izin?.
"Biar ku antarkan" Seokjin melihat hal ini bak kesempatan emas, saatnya melarikan diri dari Namjoon dan si aura iblis Min Yoongi.
Terburu, Seokjin melepaskan tautan jari Namjoon dan miliknya dan berhambur kearah Jimin, memaksa Jimin bergegas meninggalkan Namjoon dan Yoongi yang sudah kembali membahas bisnis mereka.
"Hyung, dia siapa?" Jimin memandang Seokjin yang masih setia menarik Jimin menuju sebuah ruangan pribadi milik Namjoon yang masih satu ruangan dengan Hall tempat perjudian itu diselenggarakan.
"Min Yoongi. Rekan bisnis sekaligus Hyung Namjoon. Bukan Hyung kandung sih, dari cerita Namjoon, dia itu yang membantu bisnis hotel milik Namjoon ini" Seokjin menjelaskan sambil merogoh saku jasnya. Saat menemukan kunci didalam saku jasnya, Seokjin memasukkan kunci berbentuk unik itu kelubang kunci di pintu berukiran megah dihadapan mereka sekarang.
"Kenapa kita kesini?" Jimin bingung saat memasuki ruangan yang baru saja dibuka Seokjin untuknya.
"Aku tau kau sesak nafas disekitar si Min Yoongi itu, Jim. Aku hanya menyelamatkanmu" Seokjin duduk sambil memandang ke jendela kaca yang terhubung langsung dengan Hall.
"Kau… apa?" Jimin bertanya penuh keheranan.
"Kau mendengar ku, Jim. Aku tau kau tertarik, ani, kau sangat bernafsu ingin menelanjanginya dan duduk diatas paha Yoongi. Liur mu nyaris menetes saat memandangnya" Seokjin berujar Vulgar.
"Aku APA?" Jimin histeris.
"Kau bisa membohongi satu dunia ini, Jim, tapi tidak dengan ku. Aku tau kau sangat tertarik pada Yoongi, aku hanya menyelamatkan nyawamu yang bisa saja sudah hilang karena kau lancang memandangnya dengan wajah mesum mu itu." Seokjin menyilang kakinya dengan angkuh seperti baru saja membuka kartu mati Park Jimin.
"Wow, Jin Hyung, aku tidak tau mulutmu sekotor itu" Jimin mengalihkan pembicaraan.
"Aku beradaptasi dengan baik bersama Namjoon."
"Dan aku tidak ingin menelanjangi tuan Min itu dan mendudukan pantat seksi ku di atas miliknya, oke? Jangan mengada-ada"
"Aku tidak bilang kau mau mendudukan pantat seksi mu di atas miliknya. Aku hanya bilang kau ingin duduk diatas pahanya. Dasar laki-laki kotor" Seokjin mencibir.
Jimin terpelongo hebat dan memilih tidak melanjutkan perdebatan super vulgar ini lebih lanjut. Harus Jimin akui kalau Min Yoongi itu adalah salah satu pria terpanas yang pernah dia lihat. Mulai dari wajah, pembawaan sikapnya yang arogan dan elegan disaat bersamaan, benar-benar membuat Jimin sedikit, errr kepanasan?. Dan kenyataan bahwa Min Yoongi itu meniadakan eksistensinya, membuat Jimin meradang. Walaupun enggan dia akui, tapi dia benci melihat sikap Yoongi yang seperti itu.
Sudah beberapa tahun ini semua orang nyaris memandang memuja kearah Jimin, dan ini pertama kalinya dalam enam tahun lebih karirnya ada seseorang yang lancang mengabaikannya. Okelah, Jimin mungkin berlebihan, tapi selama hidupnya Jimin tidak pernah di abaikan, yang boleh adalah, Jimin yang mengabaikan! Ingat! Cuma Jimin yang boleh mengabaikan seseorang!.
Jimin memandang kearaah kaca yang memampangkan kejadia di Hall, mendadak orang-orang memenuhi satu meja, menyemut. Seokjin yang melihat arah pandang Jimin, ikut-ikutan memandang keramaian di Hall melalu kaca tembus pandang diruangan pribadi milik Namjoon.
"Wow, sepertinya perjudian sesungguhnya baru saja di mulai" Seokjin tersenyum miring.
"Apa maksudmu, Hyung?"
"Kata Namjoon, merupakan kesempatan langka bisa berjudi langsung disatu meja bersama dengan Min Yoongi. Para pengusaha tentu berebut bahkan bisa saling bunuh agar bisa berada satu meja judi dengan Min Yoongi itu." Jelas Seokjin.
"Apa dia sehebat itu?" Jimin memperhatikan kerumunan dengan memiringkan kepalanya sedikit, tapi fokusnya tertuju pada si kepala silver yang sedang membelakangi mereka.
"Sehebat itu, sampai membuat Namjoonku sehebat ini" Seokjin memandang punggung tegap Namjoon yang sedang berdiri tegap disamping Yoongi yang sedang duduk di depan meja judi.
"Menarik sekali" tanpa sadar Jimin berujar sambil mengigit bibir bawahnya, matanya masih focus kearah Yoongi yang duduk bersandar dengan Namjoon berdiri disamping kursinya.
"Lap air liur mu, tuan Park. Jangan berharap terlalu tinggi. Menurut cerita Namjoon, tuan Min Yoongi itu sudah punya BANYAK kekasih. Jangan heran kalau kau, dengan segala pesonamu, bisa tidak terlihat dimatanya."
"Dia punya kekasih?" secepat cahaya, Jimin memutar kepalanya kearah Seokjin yang masih berfokus kearah Namjoon.
"BANYAK! Kau pikir, ada berapa ratus jalang yang siap antri untuk menghangatkan ranjangnya? Jangan konyol Park Jimin, dia kaya, muda, tampan, siapa yang tidak mau dengannya?"
Seokjin benar. Tentu saja Seokjin benar. Dengan kekayaan fantastis seperti itu, jalang mana yang tidak rela antri untuknya? Jimin merasa perasaannya tercubit mendengar fakta yang dipaparkan Seokjin, meskipun Jimin tidak akan mau mengakuinya sampai mati, tapi Jimin sadar dia agaknya cemburu.
"Aku iri padanya" Jimin mendesis pelan.
"Iri padanya, atau jalang-jalang yang berhasil tidur dengannya?" Seokjin mendadak tertawa heboh saat mendapati wajah merah menahan kesal milik Jimin.
"Aku tidak seperti itu!" Sergah Jimin.
"Ya, katakan itu pada milikmu yang mulai bangun hanya dengan melihat puncak kepalanya, tuan Park Jimin" Seokjin belum berhenti dan agaknya tidak mau berhenti menertawai Jimin yang mati-matiin berusaha menyangkal kalau Jimin tertarik pada Yoongi pada pandangan pertama.
"Kau dan mulut kotormu, Jin Hyung" Jimin mendesah kesal, yakin seyakin yakinnya tidak akan pernah menang melawan Seokjin dalam hal berbicara.
Jam sudah menunjukan pukul 03.00 dini hari saat Jimin terbangun di ruangan pribadi Namjoon yang didatanginya bersama Seokjin, Jimin melirik kearah kaca dimana keadaan pesta perjudian itu mulai tampak liar. Keramaian yang menyemut disatu titik meja sudah menghilang entah kemana, tergantikan dengan pemandangan memuakan beberapa perempuan melepaskan pakaiannya satu persatu diatas meja judi dengan diiringi music menghentak.
Jimin mual, tentu saja. Dia tidak suka wanita. Bagaimana bisa kau berharap dia meneteskan liur melihat lekukan tubuh wanita yang menari dengan erotis dan nyaris telanjamg di atas meja yang tadinya berfungsi menjadi meja judi. Heol, Jimin benar-benar mual sekarang.
Baru saja dia berjalan menuju pintu keluar dan berniat pulang, pintu ruangan itu terbuka, menampilkan sosok yang sedari tadi membuat Jimin kepanasan dan jantungnya nyaris melompat. Si pucat berambut silver, Min Yoongi.
"Dimana Namjoon?" Si pucat arogan itu melangkahkan kakinya kedalam ruangan dan membuat Jimin otomatis mundur, mencari jarak aman agar degupan gila di jantungnya tidak terdengar didepan Yoongi.
"Di… a.. aku tidak tau" Jimin tidak berhasil menyembunyikan rasa gugupnya kali ini, wangi parfum maskulin yang tercium dipenciuman Jimin, suara berat yang seksi, benar-benar merusak kewarasan Jimin sedikit demi sedikit.
Yoongi bukannya tidak tau kalau Jimin memperhatikannya sedari tadi, mata Jimin tidak bisa menyembunyikan ketertarikan pekat Jimin terhadap Yoongi. Terlalu jujur, terlalu gampang dibaca, dan Yoongi menyeringai.
"Siapa kau?" Yoongi mendudukan dirinya di sofa yang tadinya dipakai Seokjin untuk melihat kearah Hall.
Jimin tersentak, apa baru saja tuan arogan ini menanyakan namanya? Apa tuan arogan ini tidak punya tv dirumah? Atau dia bertanya mengenai hubungan Jimin dan Namjoon? Apa maksud pertanyaan pria ini sebenarnya.
"Kau bertanya siapa namaku, atau hubunganku dengan Namjoon?" Jimin akhirnya mendapatkan control diri. Dia mendudukan dirinya disofa yang tadi dipakainya untuk tidur, tepat di sebelah kanan Yoongi, yang berhadapan langsung dengan pintu ruangan.
"Keduanya"
"Park Jimin, teman Jungkook, adiknya Seokjin hyung yang merupakan tunangan Namjoon hyung"
"Oh"
"Aku harus pulang" merasa tertekan sendiri dengan hening yang tercipta, Jimin hendak pergi keluar ruangan, sampai sebuah tangan mencengkram lengan atasnya. Itu Yoongi! Yoongi yang sudah berdiri menjulang disamping Jimin entah sejak kapan.
"Mau kemana?" Tanya Yoongi memastikan pendengarannya tidak bermasalah.
"Aku harus pulang" Jimin mengernyit bingung.
"Tidak ada yang bisa pergi seenaknya tanpa se izin ku, Park Jimin."
Katakan Jimin sudah gila, tapi sifat dominasi dan tidak bisa ditentang milik Min Yoongi ini membuat Jimin makin tertarik dan takut disaat yang bersamaan.
"Apa?" Jimin heran dan mulai merasa terintimidasi.
"Tetap disini sampai aku mengizikanmu keluar dari ruangan ini" Yoongi berucap tenang.
"Aku bukan bawahanmu. Bahkan aku tidak mengenalmu, kenapa aku harus mematuhimu, tuan?"
"Jangan menentangku" Yoongi menarik paksa lengan Jimin sampai badan pemuda bersurai orange itu merapat pada badan Yoongi.
Jimin yakin sedetik lagi dia akan mati terkena serangan jantung. Ini terlalu dekat, nafas Jimin tercekat, dan jantungnya menggila berada sedekat ini dengan Min Yoongi.
"Le… lepaskan!" Jimin berontak, mendorong dada yoongi yang nyaris menempel di dadanya.
"Hyung!" itu Namjoon. Saat mendengar suara Namjoon dan perhatian Yoongi teralih, Jimin melepaskan diri dari pelukan namja pucat itu dan bergerak mundur sampai betisnya menabrak sofa.
"Ada apa?" Yoongi memandang kesal kearah Namjoon yang sudah menelan ludah susah payah. Paham benar kalau dia muncul disaat yang salah.
"A.. aku mencarimu…" Namjoon menggaruk pipinya yang tidak gatal. Matanya menatap Jimin yang sedang mengelus lengan atasnya yang tadi dicengkram Yoongi.
"Aku pergi…" Jimin terburu hendak berlari kearah pintu, sampai suara tembakan menghentikan langkahnya. Wajah Jimin pucat pasi saat melihat bolong berasap tepat didepan pintu yang tepat didepan matanya.
"Aku sudah bilang tidak ada yang bisa keluar ruangan ini tanpa se izinku, Park Jimin." Suara dingin Yoongi sudah menjadi alarm untuk Jimin agar tidak membantah lelaki pucat itu lagi. Yoongi memasukan senjata api yang barusan digunakannya untuk menembak pintu didepan Jimin dengan tenang.
Jimin meluruh di depan pintu, kakinya benar-benar lemas, jantungnya masih berpacu dengan gila mendengar suara tembakan tepat didekatnya. Namja bersurai orange itu menatap syok pintu yang tertembak itu.
"Jim, kau tak apa?" Namjoon berjalan terburu kearah kearah Jimin, hendak membantu Jimin berdiri sampai suara Yoongi membatalkan niatnya membantu Jimin.
"Sentuh dia sedikit saja, kau tamat ditangan ku, Kim Namjoon" Yoongi berucap santai.
Namjoon tidak segila itu sampai menganggap remeh ucapan Yoongi. Pria itu tidak pernah bermain dengan kata-katanya. Kalau dia bilang kau akan tamat, maka kau akan tamat!.
"Hyung, dia syok…" Namjoon memandang Jimin dan Yoongi bergantian. Kepalanya penuh pertanyaan, tapi Namjoon masih ingin menikahi Seokjin dan hidup bahagia, maka dia mengurungkan pertanyaan-pertanyaan yang bersarang dikepalanya.
"Dia jadi urusanku mulai detik ini. Dia milikku. Dan aku tidak pernah suka milikku disentuh orang lain. Kurasa kau paham akan itu" Yoongi berjalan kearah Jimin yang terduduk lepas dilantai didepan pintu, mengabaikan wajah penasaran Namjoon dan dengan santai menggendong tubuh Jimin yang masih lemas.
TBC? END?
Ini proyek pertama ku yang bukan hasil remake. Hehehe
Masih bertebaran typo dimana-mana.
Bisa minta reviewnya? :D
