Reset the time
.
.
By : Kim Elin
.
.
Cast : YoonMin
Min Yoon Gi
Park Jimin
Ravi VIXX
Other
.
.
Genre : Romance, Hurt
.
Rate : T
.
Summary ;
Ketika ingin mengulang waktu itu kembali, ketika ingatan berharga telah musnah dan tak tahu kapan kembali, dan ketika orang lain sudah mengisi relung hati yang dicintai its YOONMIN!
.
.
.
.
.
.
.
Reset the time
.
.
.
Sebuah mobil aventaro hitam berhenti tepat di depan wanita berambut pirang yang langsung membuka pintu dan masuk kedalamnya.
Didalam mobil itu sendiri seorang pria dengan rambut hitamnya tengah menyetir dengan tenang membelah jalanan LA dengan mobil mewahnya.
"bagaimana harimu?" tanya sang pria yang tak lain adalah Ravi.
"baik, tidak buruk.. aku memenangkannya.." ujar sang wanita sambil mencepol rambutnya.
"benarkah? Wah.. kau mendapat komisi yang besar pasti.." balas Ravi sambil sesekali menengok
"tentu, ah! Ravi! Ingin makan malam apa?" tanya sang wanita Yoongi
"uh? Wae? Kenapa tiba tiba?"tanya Ravi
"Keunnyang.. (hanya karena) aku ingin memasak hari ini dan ingin memasak masakan kesukaan Ravi" ujar Yoongi
'baiklah.. eumm.. aku ingin.. Kimchi? Dan patbingsu kelapa.." ujar Ravi
"eum.. aku jadi rindu masakan umma... ishh! Oh ya! Ravi kapan kita kembali ke korea? Aku ingin melihat ponakanku yang baru..." ujar Yooongi
"apa ponakan? Jin Nunna sudah punya anak lagi? Kapan hamilnya?" Ravi terkejut
"bukan Jin unnie, tapi eunhye unnie, itu loh, istri Hoseok oppa.. mereka baru mempunyai bayi kemarin.." ujar Yoongi.
"hah? Secepat itu?"
"tidak juga... mereka punya anak setahun setelah pernikahan mereka dan aku tidak di beri tahu... huuhhh..." Yoongi cemberut.
"eihhh... kenapa seperti itu? Akan kutanya pada bos, kapan kita bisa pulang.. kontrak kita juga sepertinya sudah mau habis beberapa minggu lagi" ujar ravi sambil menepikan mobilnya.
"humm.. guraee..." Yoongi bersiap turun karena mereka sudah tiba di depan supermarket
"ayo, kutemani..."
.
.
.
.
Yoongi mendorong troley dengan barang berisi belanjaan yang mereka perlukan namun beegitu melewati tumpukan kaleng yang tinggi, entah kenapa kaleng itu bergoyang hebat.
Yoongi hanya menatap tumpukan kaleng yang sudah ingin mengenai tubuhnya yang membeku ditempat. Sedetik saat ia seharusnya tertimpa kaleng kaleng itu, Yoongi malah merasa tubuhnya ditarik dan dipeluk seseorang.
.
DEGG
.
DEGG
.
DEGG.
Yoongi terkejut, jantungnya berdebar sangat kencang, kepalanya terasa pening seperti ada sesuatu yang memaksa keluar dari kepalanya.
.
'seperti pernah terjadi dalam hidupku, apa aku pernah merasakan pelukan ini..'
.
.
KLAANGG KLANGGG...
Kaleng kaleng itu berjatuhan diseluruh tempat membuat supermarket itu berantakan.
"YOONGI!"
.
Yoongi bangkit dari tubuh seorang pria yang ditindihnya, seorang pria yang tidak lain telah menolongnya dari kejadian yang bisa saja merenggut nyawanya karena ukuran dan berat kaleng kaleng makanan itu.
.
Ravi berlari menuju keributan yang ternyata menimpa Yoongi, dengan refleks dia segera berlari. Para manager dan kariyawan supermarket itu mulai berdekatan.
"What stupid things is going on in here!" Ravi memaki saat melihat kaleng kaleng yang berserakan di dekat Yoongi.
"im sorry sir.. i did—"
"what the hell! You didnt know this? If my wife get died in here you will say dont know?" Ravi masih memaki, Yoongi bangkit.
"slow down im ok.. this guy save me.." ujar Yoongi sambil menunjuk pria berambut cokelat yang merunduk membersihkan bajunya
"kau yakin tidak apa apa?" tanya Ravi memastikan
"iya, hanya tertimpa beberapa.." ujar Yoongi.
"kau?"
"hng! Kau?"
.
.
.
.
.
.
Yoongi berada dalam mobil sementara Ravi dan pria itu berada di luar pria yang Yoongi ketahui bernama Jimin itu tengah berbicara denganravi yang entah membicrakan apa.
Yoongi merenung ia merasa sesuatu pernah terjadi terhadapnya.
"kenapa seperti ini? Seperti aku mengenal pria itu saja.."
"aku seperti pernah merasakan pelukan ini.. tapi dimana?"
Yoongi berusaha mengingat, keningnya berkerut. Namun ia tidak bisa mengingat apapun, hingga sebutir air mata lolos dari pelupuk matanya.
"ada apa? Kenapa rasanya kosong sekali?" Yoongi memegang dada kirinya yang terasa kosong, hampa dan bahkan berlubang.
Yoongi menghapus air matanya yang entah sejak kapan keluar begitu deras. Ia menatap Jimin dan Ravi dari luar sana menatap dua orang yang membuatnya bingung selama ini.
"jimin..."
.
.
.
.
.
.
.
.
"jadi apa yang kau bicrakan dengannya? Apa kau mengenalnya Ravi?" tanya yoongi sambil menyiapkan makan malam di atas meja
"tidak ada.. hanya melepas rindu saja. Dia teman lamaku.." ujar Ravi
"jinjjayo? Ah, memang terlihat seperti itu, sepertinya kalian sudah kenal lama,.."ujar Yoongi sambil duduk dihadapan Ravi.
"ya, begitulah... makanlah Yoong. Aku bisa dibunuh Hoseok Hyung kalau kau sampai sakit" ujar Ravi yang dibalas anggukan oleh Yoongi.
.
.
.
"untuk apa kau disini?" tanya Ravi
"aku? aku hanya berlibur sebentar, dan tadi itu Yoongi? Apa betul betul dia?" tanya jimin
"ya, itu dia... tapi Jin nuna sudah memperingatkanmu kan? Jangan pernah dekati Yoongi. Sepertinya ia lupa karenamu.."
"lupa? Dia lupa tentangku? Bagaimana bisa?" tanya Jimin
"bisa saja, karena luka yang kau torehkan dihatinya terlalu dalam. Mungkin juga dia sengaja melupakanmu dan saat ia sadar ia sudah tidak ingat apapun tentangmu." Ujar Ravi
"apa?! Tidak mungkin"
"itu bagus untukku dan untuknya. Aku dan dia sudah menikah jadi jangan pernah ganggu kehidupan kami lagi.." ujar Ravi
Ravi dapat melihat dengan jelas wajah terkejut Jimin, namun ia berusaha menahan alur mukanya supayatetap terlihat serius.
"sudahlah, mungkin dia sudah menunggu, bangkitlah dari kehidupanmu jimin, jangan mengingat Yoongi lagi, ia tidak akan pernah kembali padamu."
.
.
.
.
Ravi duduk di depan tv sambil termenung,ia memandangi foto seorang wanita cantik yang tengah memegang bunga berwarna putih.
"eotthokae?" Ravi bergumam mengelus foto itu
"aku menyulitkanmu..."
Ravi terkejut kala ponselnya berdering membuat ia terjungkal dan segera mengangkat ponselnya.
"halo?"
"halo? Ravi"
"ah.. nunna.. waeyo?"
"dimana Yoongi?"
"dia sudah tidur.. disini sudah larut malam.."
"ah begitu.. kapan kalian akan kembali ke korea?"
"entahlah.. kurasa dalam waktu dekat, disini sudah berbahaya kurasa..."
"berbahaya kenapa?"
"Jimin... dia menolong Yoongi tadi sore di supermarket,"
"APA? Yoongi? Jimin? Bagaimana bisa?"
"jimin kesini iuntuk berlibur, mungkin aku akan membatalkan kontrak kita sisanya, Jimin sudah bertemu dengan Yoongi, namun anehnya Yoongi tak ingat apapun.. tidak ada sama sekali yang ia ingat tentang Jimin, bahkan ia memperkenalkan dirinya tadi."
"tunggu sebentar... sepertinya ia mengidap sesuatu yang serius.."
"tidak perlu khawatir nuna, Jimin tidak akan mengganggu yoongi lagi, aku bilang kalau aku dan Yoongi sudah menikah, tentunya dia tidak akan mengganggu Yoongi lagi.."
"hanya karena 'dia' aku rela mempersulit diriku, bahkan sampai betul betul menikahi Yoongi pun aku mau karena 'dia'"
"tapi Ravi, 'dia' tidak akan kembali, hanya sebagian kecil miliknya ada pada Yoongi, jangan memaksakan diri.. 'dia' akan kecewa padamu"
"aku melakukan ini kerena'dia' nuna.."
"tapi bagaimana denganmu? Aku mengkhawatirkanmu Ravi, kalau saja ingatan Yoongi kembali, dan pergi bersama orang lain bagaimana denganmu?"
"aku akan pergi juga, harapanku hanya padanya,. Mungkin kalau Yoongi pergi, 'dia juga sudah memanggilku'"
"jangan memaksakan diri Ravi, jangan gantungkan hidupmu padanya..."
"karena dia aku hidup"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sorang pria berambut cokelat itu tidak bisa tertidur, ia hanya berguling guling di tempat tidurnya dengan tidak nyaman, difikirannya hanya ada satu orang yang mengganggu pikirnnya.
Seorang wanita berambut pirang dengan senyum melebihi manis gula itu mengganggu fikirannya.
"apa benar mereka sudah menikah?"
Lelaki bernama Park Jimin itu bergumam. Ia meremas surainya kasar. Ia menyesal selama ini. Air mata membendung di pelupuk matanya.
"aku merindukanmu yoongi.. maafkan aku, seandainya dulu aku lebih memperhatikanmu.. seandainya dulu sesegera mungkin aku mengatakan bahwa mencintaimu.. seandainya dia tidak masuk dalam hidupku, dan seandainya aku tidak menyakitimu kita tidak akan seperti ini.."
Jimin bergumam, air matanya jatuh merembes bantal. Ia betul betul menyesali perilakunya selama ini, namun apa daya penyesalan hanya datang saat akhir bukan? Kini ia hanya bisa menyesali semuanya.
"apa masih ada sedikit tentang aku dihatimu?"
Jimin menatap cermin yang malah memantulkan wajah yoongi yang sedang tersenyum manis.
"aku betul betul candu kepadamu..."
"kembalilah padaku Yoongi.."
...
...
...
...
...
.
.
.
.
.
.
"ravi-ah.. seperti apa dirimu saat ini?"
"tentunya aku sangat tampan"
Wanita itu mengangkat tangannya membelai wajah tegas nan tampan dihadapannya kini.
"aku bisa merasakannya... kalau aku bisa melihat nanti, kau lah yang pertamakali ingin kulihat.."
"tentu.. aku akan membuatmu melihat dunia ini.. melihat seperti apa warna itu.. langit, matahari.. dan masa depan kita nanti.."
Wanita itu memeluk Ravi erat seakan takut terpisahkan
"aku begitu mencintaimu.."
"aku juga lebih mencintaimu.."
.
.
"RAVII! Tolong aku!"
Seorang wanita dengan surai madu itu berteriak memanggil nama seorang pria yang kini tengah berhadapan dengan pria pria bertubuh besar.
"KYAAAHH!" wanita itu berseru keras
"kumohon jangan apa apakan dia.. Ilhoon.."
Ravi yang kala itu sudah berlumuran darah memohon. Pasalnya kekasihnya kini dipermainkan oleh Ilhoon yang notabene adalah saingannya di sekolah dulu.
"kau ingat dimana kau malah memilih wanita ini daripada pertandingan kita yang membuatku selaku kapten dikucilkan dan dipermalukan?"
"kumohon..."
"sekarang waktunya balas dendam, aku akan menghancurkan hidupmu"
"kumohon jangan sakiti dia.. dia tak bersalah apapun.."
"RAVI! Tolong! Ah! Itu sakit!" wanita itu kembali berseru kala tangannya diikat kencang
"bawa dia. Kita jual wanita ini.. mungkin akan laku.. lihat saja tubuhnya cukup memuaskan"
"APA?! Jangan berani kau ILHOON!"
DUAKH.
Ravi berusaha menentang namun tubuhnya segera ditendang oleh bodyguard Ilhoon membuat ia memuntahkan darah dari mulutnya.
"tapi sebelum kita jual kita nikmati dulu... bawa dia ke villa.."
"baik"
"dan coba carilah dia di seluruh penjuru seoul. Kau tidak akan pernah mendapatkan wanita buta ini!"
"ILHOON! ILHOON!"
"kumohon jangan bawa dia pergi! Jangan!"
.
"Ravi?"
"ravii?"
"RAVII!"
Ravi segera terbangun dengan keadaan pucat dan berkeringat hingga keringat itu menetes dari ujung rambutnya.
"kau kenapa? Gwaenchana?" Yoongi mengeringkan keringat dan segera memeluk tubuh besar Ravi yang tampak tegang.
"aku kenapa?"
"aku ada di dapur saat itu.. tiba tiba kau berteriak.. saat aku masuk kekamarmu kau sudah berkeringat dan gelisah.. apa terjadi sesuatu padamu? Apa kau mimpi buruk?"
Ravi memeluk tubuh Yoongi erat menghirup aroma vanila yang selalu Yoongi keluarkan.
"ya.. aku mimpi buruk.. sangat buruk.. mimpi yang sangat ingin aku buang dari kehidupan.." jawabnya.
"tenanglah, aku disini.. ini baru pukul 3 pagi tidurlah.."
"jangan pergi.."
Ravi menahan lengan Yoongi yang ingin beranjak dari kasurnya. Yoongi menoleh memperlihatkan wajah polosnya.
"tidurlah disini, kumohon... kali ini saja.." ujar Ravi. Yoongi tersenyum
"baiklah..."
Yoongi masuk ke dalam selimut memposisikan tubuhnya lebih tinggi daripada Ravi, ia mendekap kepala Ravi sembali mengelus rambutnya. Ravi-pun memeluk pingangnya menyamankan posisinya pada dekapan Yoongi kemudian jatuh tertidur begitupula dengan Yoongi.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Pagi itu Yoongi dan ravi tengah sarapan dengan tenang, hingga perkataan Ravi mengejutkan Yoongi yang sedang meminum susunya.
.
"kita akan pulang sore ini.." ujar Ravi
"uhukk! Jinjjayoo? Aigooo aku senang sekali ravi!" Yoongi berseru sambil kegirangan di kursinya.
"ku akan mengurus semuanya... berbereslah.. kita hanya akan pulang sebentar mungkin..." ujar Ravi
"ah.. tidak bisakah kita menetap?" tanya Yoongi
"kurasa iya jika sajangnim mengizinkan.."
.
.
.
.
.
.
.
.
Malam itu Ravi dan Yoongi berjalan bergandengan menuju pintu masuk yang dibilang megah itu, mereka tampak tersenyum bahagia seperti ingin memberi kejutan kepada orang yang ada di dalam sana.
Tangan Yoongi terulur untuk menekan bel.
TINGG TOONGG...
"iya sia—OMO! Nona muda.."nyonya shin terkejut ketika melihat wanita bersurai pucat itu telah berdiri di depannya.
"annyeong,.. shin ahjuma.." sapa Yoongi sambil tersenyum manis.
"aigoo.. Nona muda.. tuan Ravi.. silahkan masuk.." nyonya Shin segera membuka pintu itu lebar lebar membiarkan Yoongi dan Ravi masuk.
Begitu Ravi dan Yoongi masuk kedalam rumah, rumah itupun segera Riuh, ternyata telah berlangsung yang namanya makan malam keluarga. Namjoon, jin, jiho,Hoseok Eunhye dan jangan lupakan bayi kecilnya yang baru saja lahir di keluarga Min. Min Eunha.
"AIGOYAAA!" Himchan berseru kala melihat Yoongi datang sambil tersenyum dan segera memeluknya.
"astaga.. kenapa tidak bilang kalau kalian ingin pulang?" jejar Yongguk
"anak nakal iss!" Hoseok langsng saja menjitak kepala Yoongi yang membuatnya meringis namun segera memeluk Hoseok
"bagaimana kabarmu?" Jin bertanya sambil memeluk Ravi hangat
"aku baik baik saja nuna.." jawab Ravi
"aku begitu merindukan kalian semua.." ujar Yoongi sambil memeluk Namjoon.
"kami juga merindukanmu..." balas Namjoon.
"aigooo.. Jiho sudah besar nee? Mian imo tidak sempat datang di ulangtahunmu" ujar yoongi sambil menggendong jiho yang sudah berumur 4 tahun itu.
"imo jahat padahal imo sudah janji mau datang.." Jjiho cemberut
"minhaee... imo ada pekerjaan mendadak... saegilchukkae ne.. walaupun sudah lewat.. tapi imo sudah membawa hadiah untuk jiho.." Yoongi mendudukkan Jiho kembali dikursinya. Membuka tas bawaannya dan mengeluarkan sebuah iceglass.
Yaitu sebuah bola kaca dengan isi salju serta miniatur london bridge di dalamnya. Jiho berseru keras
"whoaaaa! London Bridge!" Yoongi hanya tersenyum, ia senang anak itu menyukai hadiah pemberiannya.
"ayo duduk kita makan malam bersama..." ujar Yongguk.
.
.
.
.
.
.
.
.
Udara dingin khas awal musim dingin tidak mengalahkan kehangatan yang terjalin didalam rumah keluarga ini berkumpul didepan perapian dan saling bercerita membuat semuanya menghangat..
"ya.. benar pegang kepalanya seperti itu.. iyap.. yaa!" Eunhye membantu Yoongi memperbaiki posisi selimut Eunha yang sedang digendong Yoongi
"yeobo.. lihat Yoongi.. dia mencoba menggendong eunha.." ujar Himchan
"aigoo.. hati hati Yoong!" Yongguk memperingatkan.
"aigoo lucunya.. eonnii.. dia mirip sepertimu.. cantik sekali.." puji Yoongi.
"keunde.. kau juga cantik Yoong.. kapan kau akan menikah? Eonni rasa kau sudah cukup usia untuk menikah..." ujar Eunhye.
"yaa.. itu benar.. Ravi apa kalian berdua tidak berniat untuk menikah?" tanya Namjoon. Ravi yang sedang mengawasi Jiho yang sedang bermain dengan ponselnya pun menoleh.
"uh? Apa Hyung?" tanya ravi
"apa kalian ttidak ada niat untuk menikah?" tanya Jin. Ravi dan Yoongi saling berpandangan
"kurasa kami belum berfikir sampai kesitu unnie.." sahut Yoongi
"segeralah berfikir sayang.. usiamu sudah sangat matang.." ujar Yongguk
"nde appa.. keunde.. Jin eonni.. kapan kau memberiku ponakan baru ? kurasa Jiho perlu adik.." ujar Yoongi membuat jin dan Namjoon menegang.
"ah,.. benar juga.. kapan beri eomma cucu baru lagi?" tanya Himchan.
"e-eomma.. bukan seperti itu.. aku dan Namjoon sepakat untuk menunda kehamilanku dulu.." ujar Jin.
"uh? Wae?" tanya Hoseok
"kenapa menunda kehamilanmu?" tanya Eunhye.
"begini... Jin dan aku memiliki kesibukan masing masing aku takut kalau dia hamil sementara aku akan melaksanakan koser world tour.. sebagai suami tentu aku khawatir jadi kami menundanya.." jelas Namjoon
"sampai kapan?" tanya Hoseok
"entahlah.. kurasa sampai Jinnie siap.. bagaimanapun ini kehamilannya yang pertama.. aku takut akan terjadi sesuatu padanya walaupun ia seorang dokter.." ujar Namjoon sambil mengelus surai hitam jin
"gwaenchana..kehamilan pertama tidak buruk kok.." ujar Eunhye
"unniee... Eunha sudah tertidur.." ujar Yoongi
"Jiho juga.." ujar Ravi membuat Jin dan namjoon menoleh melihat kearah anak kecil yang tengah tertidur di pangkuan Ravi sambil memeluk ponsel berwarna hitam.
