Disclamer: Boboiboy © Animonsta Studios Sdn Bhd

.

Warning : GS, no thunder power no shadow power, hanya 4 elemen bumi, bahasa campuran, Typo bertebaran, Alur mudah di tebak soalnya pasaran, dan masih banyak banget kesalahan saya.

.

Main cast: semua karakter BoBoiBoy

.

Rate : ngak bakalan ke rate M

.

Pairing : Masih dirahasiakan

.

. ELEMENTAL SCHOOL adalah sebuah sekolah khusus mengajari elemen/tempat mendapat elemen. Hanya 4 elemen bumi yaitu api, tanah, angin dan es. Kalian pasti bingung kenapa bukan air elemen terakhir ( air elemen pertama tapi es elemen terakhir) itu karena manusia tak ada yang di izinkan/di larang mengendalikan air, Karena air adalah 70% bumi. Menguasahi air, sama saja menguasahi bumi. Itulah mengapa di sekolah ini bahkan di seluruh dunia tak ada pengendali air.

Di sekolah ini tak ada peringkat kelas, yang ada hanya peringkat level di masing-masing kelas elemen, seperti elemen 1-7. Bukan hanya itu, sekolah ini juga menyediakan fasilitas asrama yang lengkap seperti rumah, gedung sekolah yang klasik tapi canggih (karena ada koneksi free wifi 5G) namun nuansa kuno(?) masih kental , lapangan yang luas, halaman dan pemandangan yang sangat indah, dan yang paling di sukai semua siswa (pemalas) begitu sedikitnya pelajaran akademik, tentu takan ada ujian lisan atau pr sekalipun. Walau tak mengutamakan akademik tapi setelah lulus dari sekolah ini nantinya mereka akan di pekerjakan di bidang khusus.

Semua pasti tergiur ingin masuk ke sekolah sayang... hanya anak-anak dari keluarga kaya raya yang bisa masuk ke sekolah ini. Sangat tidak adil memang. Tapi orang biasa juga bisa masuk sekolah ini dengan jalur beasiswa dan kemauan sang murid sendiri, salah satunya ICE dari daerah kecil pulau rintis. usia 14 tahun, perawakan sedikit gemuk dengan berat 59 kg dan tinggi 155 cm, dia bukan dari keluarga kaya raya tapi mampu masuk sekolah ini dengan jalur beasiswa. 10 dari 1000 anak yang beruntung. Ice Bukan nama elemen tapi nama orang, entah ibunya ngidam apa sampai anaknya ini di namain ice. Agar tak menimbulkan kontroversi(?), nama anak itu di ubah menjadi Ais, walau pengucapan dan artinya tetap sama , namun orang-orang pasti berfikir ada makna lain atau ada lanjutanya, misal. Ais-aisyah(?) atau icemund(?) entahlah, hanya mereka yang tahu.

Ais berjalan menunduk di koridor sekolah yang sepi, wajahnya tak terlihat karena topi biru mudanya yang di kenakanya terlalu ke bawah menutupi seperempat wajah. Ia gugup dan takut karena ini hari pertamanya menginjakan kaki di sekolah ini sendirian (biasanya ayahnya selalu mengantar setiap ia menginjak ke tempat baru, tapi karena ayahnya ada urusan lain jadi ia tak bisa mengantarnya) tangan kirinya mengengam erat tali bagpacknya sedang tangan kananya mengengam peta sekolah. matanya menatap liar pada ukiran di setiap pintu.

" pening " sungutnya, " pintu yang memiliki ukiran beda berarti pintu ruang kepala sekolah, mana ada? sama semua! " Oh, rupanya ia sedang mencari ruang kepala sekolah. Sudah 2 jam Ais berputar-putar bahkan sampai tersesat saking besarnya gedung sekolah atau mungkin karena banyaknya ruangan yang bentuk pintunya sama, tak ada nama kelas/ruang di pintu, hanya ukiran-ukiran abstrak yang Ais tak tahu artinya. ia tak berani bertanya karena malu, dan lagi ia merasa minder karena dari orang biasa. Inikan tempatnya orang kaya dan lagi orang kaya itu sombong-sombong (emang bener sih) jutek dan pelit, lupakan kata terakhir. Kalau sampai 5 jam tidak ketemu, Ais bersiap akan pulang saja. Mungkin besok atau tidak akan ke sekolah ini lagi. Ais capek~

" hah~ " Anak itu menghela nafas. ' tak ketemu... pulang ajalah, tapi nanti baba akan marah... ' batinya ingin menangis, Ais sudah putus asa tapi mengingat orang tuanya yang bekerja keras ingin ia masuk sekolah ini, ia memantapkan tekadnya tidak akan menyerah, sekalipun bakalan tersesat lagi bahkan sampai besok tak ketemu sekalipun, Ais harus menemukanya. Demi masa depan. ' tapi Ais takut ba... ' hatinya masih bimbang ' kata mama suruh tanya orang kalau tidak tahu jalan, tapi tanya ke siapa? Koridor sudah sepi, oh ya, sekarang sudah jam 8 lebih yang berarti semua siswa sudah masuk kelas, hanya Ais yang masih berkeliaran di luar. gimana nih? Kelas sudah mulai lagi ' batin Ais makin tak karuan, hari pertama sekolah malah bolos, telat, tersesat lagi dan lebih parahnya ia tak tahu di mana ruang kepala sekolah . Ais benar-benar ingin menangis sekarang.

" eh? "

Di depanya tapi agak jauh ada orang berkepala besar mengenakan jubah sampai menutupi kepalanya berlari tergopoh-gopoh. Ais terpaku sesaat, tiba-tiba ia ingat nasihat ibunya, Ais mendekati orang itu hendak bertanya.

" maaf ak- Aduh! " bukanya di jawab, orang itu malah menabrak Ais dengan sadisnya, untung tidak jatuh, Ais bersyukur karena orang itu yang jatuh.

" adawww " jeritnya kesakitan.

' rasain! ' batin Ais tersenyum lebar sang tersangka tabrak lari(?) yang Kena batunya .

" aduh~ " orang itu bangkit dari jatuhnya lalu menyingkap jubah yang di kenakan sekaligus yang membuatnya jatuh juga, rupanya dia anak laki-laki dan kepalanya tidak terlalu besar. " siapa sih yang menabrakku tadi! " gerutunya tak sadarkah dia jatuh karena jubahnya sendiri? Ais risih malah dia yang di tuduh, Ais yang saatnya menampakan diri mulai membuka suara.

" anu... " diam sebentar, ia terlalu gugup dan malu, ingat kata ibunya! Malu bertanya tersesat di jalan! " maaf... ruang kepala sekolah di mana ya? " tanya Ais berhasil mengatasi kegugupanya, Anak itu tak menjawab, menatapnya saja tidak, malah sibuk sendiri tak mengubris pertanyaan Ais, dan Ais malas mengulang pertanyanya lagi. Namun karena ini harapan satu-satunya. Ais terpaksa mengulang pertanyaanya. " maaf, ru- "

" OI. TAUFAN! CEPAT LARI! " tiba-tiba ada yang berteriak. Ais mendumel kesal, teriakan orang itu mengalahkan suaranya. Anak itu menoleh cepat ke orang yang berteriak tadi, anak laki-laki juga tapi tidak memakai jubah seperti orang yang menabraknya tadi yang di panggil Taufan. Ais terpaku karena orang itu cukup keren dengan kacamata modis yang tidak terlihat culun, pakaianya juga, pokoknya kerenlah. Saking kerenya Ais tak bisa mendeskripsikan dengan kata-kata, tapi...

" apa lihat-lihat! " bentaknya.

Juteknya~ tipikal orang kaya yang sombong, jutek dan pelit. eh?

" ayo lari! Kalau ketahuan cikgu bisa di hukum kita karena bolos, "

" iyanih... aku lagi mencari topiku " balas Taufan masih sibuk sendiri. ' Ooh rupanya mereka anak-anak nakal yang bolos pelajaran, pantas tadi lari-lari sampai tidak sadar menabraku' batin Ais.

Ais melihat topi biru tua bercorak putih agak lumayan jauh dari mereka berdiri sepertinya terlempar saat bertabrakan tadi dan bagaimana kronologinya topi itu bisa begitu jauh jatuhnya, Ais tidak tahu. Ais pura-pura tak melihat agar orang-orang itu bertanya padanya. Gantian dia yang nanya!. Dan benar saja, Taufan menatapnya dengan wajah putus asa ingin menangis.

" kau, melihat to- "

" tuh di sana! " sial cowok jutek ini malah ngasih tahu. Taufan berlari kegirangan mengambil topinya, seolah itu adalah benda yang paling berharga.

" terimakasih Fang~ " Taufan berseru senang pada temannya, Fang nama temanya hanya bergumam kecil. Fang melirik Ais yang masih mematung dengan tatapan curiga.

" kau bolos juga ya? " Ais tersentak. Taufan mendekati dua orang itu, topi kesayanganya sudah di pakai namun dengan posisi miring, oh pantas kepalanya terlihat besar karena topinya miring saat mengenakan jubah tadi, jadi terlihat kepalanya sangat besar.

" eh, kau bolos juga? " Taufan ikutan nimbrung.

" ti-tidak..."

" terus kenapa kau di sini? berkeliaran di saat jam pelajaran kalau bukan membolos? "

Ais kelabakan di tuduh sesuatu yang tidak pernah ia lakukan. Jangankan bolos, ijin sekolah sehari aja di ceramahi bapaknya habis-habisan apalagi sampai bolos, bisa sehari semalam di ceramahi bapak-ibunya.

Fang masih menatap curiga anak bertopi biru muda ini. ' dari tampangnya dia anak baik, tapi kenapa dia berkeliaran di jam pelajaran?' batin Fang masih memperhatikan Ais, pandanganya jatuh ke tangan kananya yang sedang memegang peta.

" kau anak level awal rupanya " ucap Fang mengerti namun Ais tidak mengerti.

" level awal? Kau anak baru, kenapa masih berkeliaran? " Taufan terkejut menatap Ais. Ais menganguk, ucapan Taufan lebih mudah di mengerti dari pada ucapan Fang. " anak baru tidak boleh membolos seperti kami, di hari pertama pula. Kami memang sudah level 2 jadi tak apa bolos " Taufan sok menasehati, tapi langsung di hentikan oleh Fang.

" level 2 apanya? bukankah kau tinggal level, dan sekarang masih level 1. " ucap Fang sarkatis, Taufan manyun.

" ayo, ikut aku! " tanpa babibu, Taufan menyeret Ais berlari, Ais tersentak.

" Oi, Fan mau kemana? " teriak Fang frustasi, Taufan malah lari mengajak anak baru itu membolos juga, bukanya barusan dia menasehatinya? dasar Taufan. sikap baiknya emang harus di waspadai karena pasti ada maunya.

" ke ruang kepala sekolahlah~ " teriak Taufan masih berlari menyeret Ais. Ais bersyukur ia tak perlu buang-buang tenaga mengeluarkan suaranya lagi untuk menjelaskan situasinya. Orang yang bernama Taufan lebih tahu nasibnya dari pada orang keren bernama Fang.

" kau gila? Kita malah akan di hukum tahu! " Fang frustasi. " susah payah lari dari pengawasan cikgu papa, kau malah menyerahkan diri ke kepala sekolah. Kau ingin mati ke? hukuman dari kepala sekolah lebih berat tahu! " omel Fang panjang lebar namun tetap mengikuti Taufan ke ruang kepala sekolah. Taufan terkekeh melihat sahabatnya yang selalu mengucapkan penolakan tapi mengikutinya juga, seperti membolos tadi yang merupakan ide Taufan, hanya karena pelajaran teori ia mendadak bosan dan memutuskan ingin membolos. Awalnya Taufan bercanda tapi Fang menangapinya serius.

.

.

" Oh, rupanya itu kau... pantas data absensi siswa baru yang masuk sekolah ini berkurang 1 orang. Aku pikir kau tidak jadi masuk ke sekolah ini, " ucap pak kepala sekolah paham setelah Taufan menjelaskanya panjang lebar. Ais duduk tenang sedikit menunduk di kursi depan meja kepala sekolah, takut dan gugup tentu saja, apalagi ia terlambat datang, bakalan habis di marahin pasti. sedang dua orang lainya yaitu Taufan dan Fang berdiri di belakangnya, berdiri mengunakan satu kaki dengan tangan kiri menjewer telinga sedangkan tangan kananya menenteng ember berisi air, itu tidak sakit tapi pegal luar biasa. Salah Taufan sih, karena tak bisa menjawab pertanyaan dari kepala sekolah, harusnya Taufan berbohong saja kalau mereka tidak membolos tapi mengantar anak baru yang tersesat, itu benar sih, tapi ngak bilang usah membolos juga kaleeee, Fang ingin sekali membakar otak Taufan yang membeku itu, sejahil-jahilnya Taufan, tapi dia anak yang jujur.

" kau harusnya datang 3 hari sebelum sekolah mulai, tapi kenapa kau baru datang? " omel pak kepala sekolah, Ais makin menunduk, ia merasa bersalah tak memberitahu ayahnya sebelumnya. Ia terlambat datang karena mendadak ayahnya di panggil kerja keluar negri, sedangkan ibunya tak bisa mengantar, adiknya masih kecil tidak bisa di ajak bepergian jauh apa lagi ia tak memiliki kendaraan pribadi. jarak ke sekolah ini tidaklah dekat, membutuhkan waktu 20 jam mengunakan jalan darat, mengunakan jalan udara lebih cepat tapi sayang Ais tidak punya pasport.

" kau tahukan sistem sekolah ini mengunakan asrama? " Ais menganguk, " ... lalu di mana barang-barangmu? "

" err... karena tadi buru-buru, aku menitipkanya pada penjaga gerbang " jawab Ais pelan, pak kepala sekolah menganguk lalu bangkit dari kursi berjalan menhampiri lemari di belakang kursinya, mengambil kotak persegi lumayan besar berwarna biru muda dengan ukiran bulat mirip ombak di atas penutup kotak itu.

" ini milikmu, yang nanti kau gunakan untuk latihan dan belajar " berjalan kembali ke mejanya lalu meletakan kotak itu, pak kepala sekolah membuka kotak itu lalu mengambil sesuatu di dalamnya" kau di kelas Ice. Sesuai namamu " ucapnya menyerahkan logo yang sama seperti di kotak itu pada Ais.

' ombak yang membeku '

" cih! Mentang-mentang namanya Ice di kelas ice juga. " dumel Fang kesal.

" sudahlah Fang~ memang kenapa dia di kelas ice, siapa tahu dia jadi adik ipar kamu " ujar Taufan mengoda Fang. Fang membuang muka tak sudi.

" aku sudah berusaha menjauhi Ying dari cowok hitam gendut bernama Gopal, ini ada satu lagi " Fang masih mendumel kesal.

" biarpun gendut, tapi Ice putih loh~ " dan Taufan tak henti-hentinya mengoda sahabatnya yang sangat overprotektif pada adik perempuanya itu, dan kepala sekolah dengan sengaja makin menambah penderitaan Fang.

" kamarmu di nomor 250. Teman kamarmu Ying dari kelas yang sama denganmu juga "

Brakk

Fang jatuh, bajunya basah kuyup tersiram air dalam ember dan keadaanya sangat mengenaskan.

" HAHAHAHAHA " Taufan malah tertawa terbahak-bahak melihat sahabatnya yang menderita. Pak kepala sekolah juga ingin ikut tertawa tapi ia tak tega melihat wajah mengenaskan Fang, dan Ais selalu tak tahu apa yang Fang lakukan.

" pak. Anda tega... "

" lah, memang kenapa? Ais-kan juga perempuan " jawab pak kepala sekolah tenang.

Brakkk

Kali ini Taufan yang jatuh, tapi tak semengenaskan Fang, karena hanya sedikit yang basah.

" apa?! Dia perempuan? " teriaknya tak percaya menunjuk Ais. Ais masih diam tapi ia agak tersingung di tunjuk Taufan seperti itu apa lagi gendernya malah di ragukan.

" memang kalian tidak tahu? "

" pantas saja ada yang empuk. "

" apanya? "

" wajarlah empuk. Semuanya lemak "

" hei?! "

" sudah-sudah, hentikan! " seru kepala sekolah melerai. "

.

TBC or END?

.

Ff pertamaku di fandom ini, lagi hiatus di fandom sendiri. gaya tulisanku emang begini banyak typo dan bahasa yang tidak sesuai, lagi males mikir soalnya, namanya juga nulis iseng jadi terserah mau nulis apa. Kalau mau kritik ya silahkan