Assalammu'alaikum minna. Saya kembali lagi membawakan sebuah fic baru dengan tema yang berbeda lagi. Ini juga multi-chap lho. Hahahahaha... #Dihajar karena multi-chapnya yang lain belom siap XD
Kali ini pairingnya tidak seperti biasanya karena saya sudah bilang akan membuat yang bebeda. XD
Langsung saja baca dan abaikan tulisan diatas. XD
Selama membaca minna.
Vocaloid & Utauloid ©Crypton Future Media, Yamaha Corp, Etc.
Green and Blue? Or Green and Purple? ©Cyber Keju-ma.
Rate T.
GaJe,OOC, Typo(s) berserakan, Sulit dimengerti, De eL eL.
Don't Like?, Don't Read!
.
.
.
.
.
Shion Mansion. Sebuah kediaman yang sangat elit dan lebih terlihat seperti sebuah istana dengan halaman yang benar-benar sangat luas baik halaman depan maupun halaman belakang. Kediaman tersebut ditinggali oleh sebuah keluarga besar tidak lain dan tidak bukan adalah Shion Family, Sebuah keluarga paling besar seantero kota.
Dan sekarang, dihalaman belakang kediaman tersebut, terdapat dua makhluk yang sama tapi berbeda tengah duduk bersantai disebuah gazebo yang tidak terlalu besar namun terlihat nyaman untuk bersantai.
"Ne, Kaito-nii," panggil seseorang berambut hijau yang ada diantara dua orang itu.
"Nani Nigaito?" sahut orang yang dipanggil Kaito oleh orang yang duduk bersamanya.
"Hmm, menurutmu warna yang cocok dengan hijau itu warna apa?" tanya orang berambut hijau itu yang diketahui bernama Nigaito.
"Kalau menurutku sih warna hijau cocok dengan warna biru," jawab Kaito santai.
"Kenapa begitu?" tanya Nigaito lagi kepada Kaito.
"Yah, seperti aku dengan Miku. Hahahahahaha..." jawab Kaito yang kali ini diikuti dengan sebuah tawa yang keras.
"Hah, Kaito-nii, aku serius," ucap Nigaito yang sepertinya tidak puas dengan jawaban Kaito.
"Yah, menurutku benar. Seperti kau dengan gadis biru yang selalu bersamamu itu. Ahahahahahahaha.." ucap Kaito lagi dengan tawanya yang sudah meledak.
"Ka–Kaito-nii, ja–jangan bercanda. Dia itu hanya sahabatku. Tidak lebih," ucap Nigaito terbata-bata dengan pipinya yang sudah merona karena digoda seperti itu oleh Kaito.
"Meskipun sahabat, bukan berarti kau tidak menyukainya kan?" tanya Kaito dengan senyuman jahil terhias diwajahnya dengan sempurna.
"Ehh, ti–tidak kok. A–aku tidak menyukainya Kaito-nii, dan kami juga hanya sahabat. Dia juga tidak menyukaiku," jawab Nigaito dengan pipinya yang masih merona.
"Hooo, jadi kau hanya menanggapnya sahabat dan tidak lebih?" tanya Kaito lagi yang kini sepertinya tengah terlihat serius.
"Te–tentu saja. Lagi pula aku sudah mempunyai orang yang kusukai," jawab Nigaito dengan tegas meskipun masih terbata-bata.
"Ahh, sayang sekali kalau begitu," ucap Kaito dengan nada Kecewa.
"Heh, maksud Kaito-nii apa?" tanya Nigaito yang tidak mengerti dengan nada bicara kakak tertuanya itu. Apa maksudnya sayang sekali? Dan kenapa sepertinya Kaito kecewa dengan jawabannya?
"Hmm, tidak ada. Nanti kau juga tahu sendiri. Aku mau masuk dulu," ucap Kaito yang kemudian berlalu pergi dari tempat itu.
Nigaito hanya heran melihat Kaito yang tiba-tiba bertingkah aneh. Kenapa sebenarnya Kaito itu? Apa dia menyukai sahabatnya yang dimaksud tadi? Tapi kalu benar, tidak mungkin dia menjalin hubungan dengan Miku. Lalu kenapa? Sudahlah, lupakan saja.
Kemudian Nigaito beranjak dari tempatnya dan berjalan masuk kedalam Mansion karena hari sepertinya sudah mulai gelap.
.
.
.
Keesokan harinya
Nigaito sedang berjalan disebuah koridor disekolahnya yang terlihat masih sangat sepi. Sepertinya dia datang terlalu pagi. Dia berjalan dengan santai menuju keruang kelasnya yang tidak jauh lagi. Setelah dia sampai didepan kelasnya, dia membuka pintu dan masuk sambil mengucapkan salam.
"OHAYOU~!" sapa Nigaito. Namun sama sekali tidak ada yang menjawab, karena dilihatnya masih sepi. Ahh, dia lupa kalau dia datang terlalu pagi. Jadi pasti belum ada yang datang.
"Ohayou Nigaito-kun~!" sapa seseorang dari dalam kelas yang masih sepi itu.
Sepertinya Nigaito salah. Ternyata ada seseorang yang memabalas sapaannya. Ahh, sudah ada yang datang sepagi ini selain dia.
Nigaito melihat kedalam kelasnya –lebih tepatnya melihat siapa yang membalas sapanya. Dia melihat seorang gadis berambut biru pendek tapi rambutnya memiliki dua buah ekor yang panjang. Dia sudah sangat kenal siapa itu karena dia sahabatnya.
"Ohh, ternyata kau, Lapis. Kau sudah datang sepagi ini?" tanya Nigaito kepada orang yang ternyata adalah Aoki Lapis.
"Seperti yang Nigaito-kun lihat," jawab Lapis yang kemudian mengahmpiri Nigaito sambil tersenyum kearahnya.
"Aku tahu. Tapi apa yang akan kau lakukan sepagi ini diruang kelas yang sepi?" tanya Nigaito sambil melihat seisi ruang kelas yang hanya ada mereka berdua.
"Iya, tadinya aku bingung ingin melakukan apa," ucap Lapis sambil menundukkan kepalanya. "Ta–tapi 'kan sekarang aku tidak sendirian lagi. Se–Sekarang sudah berdua dengan Ni–Nigaito-kun," lanjutnya dengan gugup dan ada semburat merah menghiasi wajahnya karena sekarang dia hanya berdua diruang kelas itu bersama Nigaito. Jantungnya kini berdetak lebih cepat dari biasanya. Sungguh momen yang langkah.
Nigaito masih melihat keseliling kelasnya. Sama sekali tidak menyadari bahwa orang yang bersamanya tengah menundukkan kepalanya dan wajahnya sudah memerah.
"Ayolah Lapis, ini adalah kesempatanmu" batin Lapis berkata.
"Uhmm, a–ano Ni–Nigaito-kun," panggil Lapis yang masih gugup sambil menatap Nigaito.
"Hmm, nani?" sahut Nigaito yang kini tengah menatap Lapis dengan tatapan polosnya.
"Ee–eehh, a–ano, e–etto," Lapis semakin gugup dan mulai gelagapan karena ditatap seperti itu oleh Nigaito. Kini semburat merah diwajahnya semakin tebal saja.
Nigaito merasa ada yang aneh dengan tingkah Lapis. Tidak seperti biasanya. Kenapa wajahnya memerah begitu? Apa dia sakit?
"Kau kenapa Lapis? Kenapa wajahmu semerah itu? Kau sakit yah?" ucap Nigaito seraya menempelkan punggung tangannya ke kening Lapis untuk mengetahui suhu badannya.
Sedangkan Lapis kini tengah menahan jantungnya yang ingin segara lompat karena keningnya disentuh seperti itu oleh Nigaito.
"Tidak panas," ucap Nigaito seraya menjauh kan tangannya dari kening Lapis.
"Uhmm, se–sebenarnya i–itu, a–aku–aku–"
"OHAYOU~!"
Belum sempat Lapis menyelesaikan kata-katanya, ada seseorang yang berteriak dari belakang Nigaito. Merusak suasana saja. Mereka berdua –Nigaito dan Lapis– melihat siapa yang berteriak tadi.
"Ehh, Len-niisama? Apa yang kau lakukan disini?" tanya Nigaito kepada orang yang berteriak tadi.
"Ahh, tadinya aku ingin menemui seseorang, tapi ternyata aku malah mengganggu. Aku lupa kalau ini masih terlalu pagi. Aku akan kekelas ku sekarang," jawab Len dan kemudian langsung pergi dari hadapan mereka berdua.
"Sialan kau Len-senpai! menggangguku saja!" batin Lapis kesal karena diganggu oleh senpainya yang tiba-tiba datang dengan tujuan tidak jelas itu.
"Len-niisama, kau benar-benar aneh," gumam Nigaito sambil menggelengkan kepalanya. Kemudian segera pergi menuju tempat duduknya dan duduk disana.
Lapis masih diam ditempatnya, dia merasa kesal karena sudah diganggu oleh Len yang tiba-tiba datang dan tiba-tiba pergi. Padahal sedikit lagi dia akan menyatakan perasaannya pada orang yang menjadi pujaan hatinya sejak lama. Sial!
"Oii, apa yang kau lakukan disana?" panggil Nigaito yang melihat Lapis tidak beranjak dari tempatnya tadi.
"Ahh, tidak ada," jawab Lapis kemudian berjalan menuju tempat duduknya yang berda didepan tempat duduk Nigaito.
Lapis masih canggung dan gugup dengan suasana sekarang. Padahal sekarang adalah kesempatan yang bagus untuk menyatakan perasaan.
"Yuzuki... Yukari..." gumam Nigaito tiba-tiba dengan sendirinya.
Mendengar Nigaito menggumamkan nama seseorang, Lapis tersentak hatinya sedikit sakit mendengar Nigaito menggumamkan nama orang lain.
Yuzuki Yukari? Bukankah dia anak kelas sebelah? Tapi kenapa Nigaito menggumamkan namanya? Atau jangan-jangan Nigaito menggumamkan namanya?
"Ahh, Nigaito-kun? Siapa dia?" tanya Lapis yang kini membalikkan badannya menghadap Nigaito.
"Dia anak kelas sebelah. Dia itu sangat manis," ucap Nigaito yang kemudian menatap keluar jendela sambil tersenyum sambil membayangkan orang yang dia gumamkan tadi.
"A–apa Nigaito-kun menyukainya?" tanya Lapis dengan ragu. Sebenarnya dia tidak suka, tapi dia penasaran apakah Nigaito menyukainya atau tidak.
"Hmm, kurasa begitu," jawab Nigaito dengan senyuman hangat masih terhias diwajahnya.
Lapis yang melihat senyum yang belum pernah dilihatnya diwajah Nigaito itu bukan senang, malah hatinya semakin sakit. Kenapa Nigaito dengan mudahnya bisa tersenyum seperti itu hanya dengan membayangkan orang yang bernama Yuzuki Yukari itu? Sedangkan dia, dia sudah sering bersama Nigaito, tapi Nigaito sama sekali belum pernah tersenyum seperti itu.
"Ba-baiklah kalau begitu," ucap Lapis dengan nada lirih. Tapi Nigaito sama sekali tidak menyadarinya karena pikirannya sedang tertuju pada orang lain.
"Apa menurutmu aku bisa bersamanya?" tanya Nigaito lagi dengan polosnya.
"A–Aku tidak tahu. Oh ya, aku lupa kalau aku ingin menemui seseorang pagi ini. Aku pergi dulu," jawab Lapis asal kemudian langsung berlari dengan cepat meninggalkan Nigaito sendirian dikelas.
Nigaito heran melihat Lapis yang tiba-tiba pergi meninggalkannya sendirian. Ada apa dengannya itu? Apakah hal itu sangat penting?
"Hah, dasar," ucap Nigaito yang hanya menggelengkan kepalanya.
Ahh, Nigaito. Apa kau sama sekali tidak menyadarinya? Apa kau tidak sadar kalau Lapis ingin dianggap lebih dari sahabat? Apa kau tidak tahu itu? Sungguh kau sangat kejam Nigaito.
.
.
.
Lapis berlari dan terus berlari tanpa arah dan tujuan. Air matanya tengah keluar dengan deras sekarang. Sebenarnya dia hanya ingin sendirian sekarang. dia tidak mempunyai ataupun menemui siapapun sekarang. Hanya ingin menenangkan diri saja. Dia berhenti berlari, dan kemudian bersandar pada sebuah tembok koridor.
"Kenapa? Kenapa Nigaito-kun? Kenapa kau tidak pernah menganggapku lebih dari sahabat?" tanya Lapis pada dirinya sendiri yang tengah menangis. Hatinya sangat sakit sekarang karena pada kenyataannya pujaan hatinya itu tidak pernah menyukainya dan hanya menganggapnya sebagai sahabat.
"Kau begitu kejam Nigaito-kun. Aku yang sudah lama bersamamu tidak pernah ada dihatimu. Tapi dia? Dia adalah orang baru yang nyatannya telah merebut hatimu. Kenapa kau tidak menyukaiku Nigaito-kun?" Lapis hanya bisa menangis –mengeluarkan semua kesedihan dan rasa sakit dihatinya– menghadapi sebuah kenyataan pahit yang sungguh kejam.
"Apakah aku berbuat keasalahan padamu, Nigaito-kun? Kalau memang aku berbuat kesalahan padamu, tolong beritahu aku apa kesalahanku?" tangis Lapis pun semakin menjadi sambil terus bertanya entah kepada siapa. Sepertinya Lapis tidak lagi menyukai Nigaito, mungkin Lapis sudah mencintai orang yang serba hijau itu sampai dia bisa menangis seperti itu. Untunglah sekolah masih sepi, jadi tidak yang menyadari kalau Lapis tengah menangis.
Dunia sungguh kejam jika itu adalah sebuah kenyataan yang tidak tahu apakah itu sebuah fakta atau bukan.
~To Be Continue~
Saya sekali-sekali ingin membuat fic yang seperti ini juga. Ada hurtnya dikit tapi saya tidak tega jika pairingnya itu LenxTei, jadi yang jadi korban saya adalah chara lain. XD #dihajar
Saya akan mengupdate fic ini dan fic "I Don't Care Who You're" secepat yang saya bisa.
Jadi sampai jumpa di fic atau chapter berikutnya.
#ngacirajadeh XD
