Kata orang, jika bermimpi digigit ular, tandanya seseorang akan mendapatkan jodoh. Apalagi jika ular yang menggigitnya berukuran besar, jodoh yang menghampiri pun biasanya besar alias orang kaya. Tapi mimpi digigit ular juga memiliki arti yang lain. Itu juga tanda akan datangnya masalah. Jadi bila digigit ular besar, masalah yang datang pun besar. Hehehe…boleh percaya, boleh tidak…
Namanya Byun Baekhyun. Usianya kini belum genap 17 tahun. Saat ini, dia sekolah di SMA biasa di pinggir Seoul. Baekhyun tidak percaya pada arti mimpi. Tapi hari itu setelah mimpi digigit ular rasa tidak percayanya perlahan-lahan mulai meluntur. Di hatinya, timbul lah praduga mimpi itu adalah awal terjadinya hal-hal yang luar biasa didalam hidupnya yang super biasa-biasa saja.
.
.
.
.
.
MY SILLY ENGAGEMENT
Cast: Byun Baekhyun, Oh Sehun, Park Chanyeol
Genre: Romance
Rate: T
Length: 1/?
WARN!: Remake from novel "My Silly Engagement" by Dewi Sartika
.
.
.
.
.
Hari ini Baekhyun bangun kesiangan. Tidak biasanya pria itu bangun setelah matahari mulai menampakkan diri seutuhnya di permukaan bumi. Tergesa-gesa Baekhyun mengambil handuk yang tersampir di sisi ranjang tidurnya yang kecil.
Sebelah kiri kamar itu, tampak lemari pakaian yang engsel pintunya sudah tidak berfungsi dengan benar, pintunya mengangga. Di dalamnya, terlihat tumpukan pakaian yang berantakan, nyaris seperti tidak pernah tersentuh tangan. Buku-buku tersusuan tidak beraturan di bawah meja kecil. Jenisnya kalau tidak komik, pasti novel horor. Hampir seluruh dinding kamar tidur itu tertutup oleh poster-poster Girls' Generation terutama Kim Taeyeon, ledernya.
Sehabis mandi Baekhyun segera mengenakan seragam abu-abunya. Seperti sepatu kets butut yang bagian pinggirnya sudah koyak dan solnya sudah mulai lepas tidak ketinggalan menghiasi kaki pria mungil kelas 2 SMA itu. Disambarnya tas dekat pintu dan segera berlari keluar rumah. Melewati meja makan merangkap ruang keluarga, Baekhyun mengerling nasi goreng diatas meja yang mengundang selera.
Tampak Bibinya, seorang wanita setengah baya berambut keriting dengan postur tubuh semampai sedang bersiap membuka warung tteopoki yang ada di depan beranda rumah. Pantatnya yang berisi bergoyang-goyang kiri-kanan. Baekhyun menghampiri Bibinya, mencium tangannya dan tidak lupa pipi juga, lalu belari ke halaman rumah untuk mengambil sepeda.
"Sial! Bannya kempes!" gerutu Baekhyun sambil menendang ban sepedanya hingga mengaduh sendiri. Lagipula, siapa yang menyuruhnya menendang-nendang sepeda? Tergesa pria itu berlari keluar rumah menuju halte bus terdekat. Napasnya tersengal-sengal. Dengan cepat, Baekhyun menaiki bus pertama yang berhenti.
Citt….
Baekhyun langsung meloncat masuk. Jeduggghhh…Alhasil dahinya pun sukses mencium pinggiran bus. Lumayan…seluruh penghuni bus langsung menoleh kearahnya sambil meringis atau menahan senyum.
Sampai di gerbang sekolah, Baekhyun dicegat oleh Shindong Ahjussi, satpam sekolah.
"Halo Byun haksaeng, terlambat lagi?" sapa Shindong aAhjussi yang langsung membuka pagar sekolah. "Cepet masuk! Sudah lima belas menit," kata Shindong Ahjussi lagi sambil mengukurkan pergelengan lengan kirinya, memperlihatkan jam.
"Iya Ahjussi, terima kasih!" Baekhyun segera berlari masuk. Sesampainya di lapangan, guru piket mencegat Baekhyun dan memaksa Baekhyun mengisi daftar keterlambatan.
"Lagi-lagi terlambat, Baekhyun. Sekarang apa alasanmu?" Tanya guru piket dengan galak.
"Begini ceritanya, Saem. Semalam saya bermimpi digigit ular. Besar sekali! Sebesar pohon kelapa, Saem. Saya jadi bangun kesiangan, lalu karena ban sepeda saya masih kempes, saya terpaksa naik bus!"cerocos Baekhyun panjang lebar.
"Kau ini! Kemarin, alasannya ban sepeda kempes, jadi harus memompa sepeda dulu. Kemarin yang lalu, alasannya ada tabrakan di depan rumah, jadi kau berhenti untuk menonton dulu! Tidak pernah ada satu pun alasanmu yang benar. Istirahat nanti, kau menghadap ke sini!"
"Ya ampun, Saem. Kenapa memakai prosedur yang rumit segala?" sahut Baekhyun.
"Siapa suruh kau terlambat?"
"Iya… tidak ada. Tapi kan ban sepeda saya kempes dan di jalan terjebak macet. Saem, sudah ya?! Saya bisa dihukum Cho songsae…."
"Oh jam pertama matematika ya?" Guru piket itu tersenyum membunuh. "Ya sudah, sana ke kelas." Baekhyun mengganguk, sedikit meringis membayangkan hukuman paling memalukan dalam sejarahnya di SMA tersebut. Wah, apa kata teman-temannya nanti di kelas? pikir Baekhyun sambil berlari ke kelas.
Cho songsae berdehem ketika Baekhyun membuka pintu kelas. Semua mata temannya terpaku menatap Baekhyun yang baru masuk. Senyum mereka dingin dan beku seperti es batu. Baekhyun membalas senyum teman-temannya dan tersenyum malu-malu melihat Cho Songsae.
Sekali lagi Cho songsae berdehem penuh wibawa, "Hmmm, terlambat lagi Baekhyun? Sudah berapa kali kau terlambat di pelajaran saya? Lihat sudah dua puluh lima menit. Kau tahu hukumannya kan? Hukuman langganan?"
"Iya, Saem," ujar Baekhyun perlahan.
"Kau sudah siap?" Tanya Cho Songsae.
Tangannya tampak dipukul-pukulkan ke mistar yang dipegangnya. "Kalau begitu, kita semua bisa menikmati hiburan sejenak. Silakan!" Cho songsae menyingkir ke samping, memberi ruang pada Baekhyunt untuk berdiri di muka kelas.
Dengan lagak cuek dan bergaya bak seorang penyanyi terkenal, Baekhyun memasang gaya, berdehem sejenak, lalu menyanyi.
"Boombayah! Ya ya ya boombayah ya ya ya…" Baekhyun menyanyi penuh semangat, ditambah sorak-sorai teman-temannya. Satu lagu selesai.
"Lagi…lagi…lagi!" Semua anak sekelas bersorak dan meminta Baekhyun menyanyi lagi.
"Nah Baekhyun, sepertinya para penggemarmu menyukainya. Tidak masalah kan kalau jadi idol sebentar?! Silakan menyanyi lagi. Itu permintaan teman-temanmu," ujar Cho songsae sambil tersenyum di mejanya.
"Tapi…," protes Baekhyun, tanda tidak setuju.
"Tidak ada tapi-tapian. Hukuman baru berakhir kalau kau menyanyi dua lagu," perintah Cho songsae galak. Sekarang hukumannya jadi dobel."
Baekhyun mengangkat bahu. Sialan! Tapi dituruti juga permintaan gurunya.
"I'm creeping in you heart babe... dwijipgo muneotteurigo samkyeo~" Belum selesai Baekhyun menyanyi, suara gaduh dan riuh-rendah terdengar menggema di kelas.
"Huh, jelek, jelek!" teriak para siswa sambil melempar gulungan kertas kecil ke arah Baekhyun. Reflek, Baekhyun melindungi wajahnya dari lemparan kertas. Dalam waktu singkat, kelas pun penuh kertas-kertas berserakan. Jadilah semua anak dapat jatah harus menyapu lantai sampai bersih, termasuk Baekhyun.
Selesai pelajaran matematika Baekhyun meloncat keluar dari tempat duduknya dan menghampiri Jongdae, sahabat baiknya yang duduk di pojok kiri bangku ketiga
"Suaramu makin bagus Baek," puji Jongdae ketika Baekhyun sudah duduk disampingnya.
"Kau baru tahu?" seru Baekhyun dengan pongah.
"Sayangnya masih bagus suaraku!" komentar Jongdae sambil tertawa.
"Sialan si muka kotak ini." Baekhyun dengan gemasnya menarik rambut Jongdae dan menjulurkan lidahnya. Jongdae geleng-geleng, lalu merogoh tas dan mengeluarkan coklat dan memberikannya pada Baekhyun.
"Thanks! Ngomong-ngomong kemarin malam aku bermimpi aneh, Jong."
"Mimpi apa? Mimpi bertemu putri cantik jelita atau mimpi menjadi orang kaya?" goda Jongdae.
"Serius, kotak!" Baekhyun berubah kesal.
"Jadi serius? Astaga Baek, biasanya kau kan tidak percaya dengan hal seperti itu."
"Iya awalnya. Tapi Jong, mimpinya sangat menyeramkan. Aku bermimpi digigit ular. Dan ularnya sungguh besar," ujar Baekhyun sambil merentangkan tangannya. "Nah, sebesar ini."
"Astaga, itu cuma mimpi. Memangnya ada ular sebesar itu? Tapi kalau mau lebih jelas, tanya saja pada Himchan. Dia suka membaca hal-hal seperti tafsir mimpi. Mungkin saja dia tahu."
Jondae celingak-celinguk mencari Himchan. Ketika yang dicari kelihatan, segera dipanggilnya.
"Ya! Himchan, kemari sebentar!" Jongdae melambai kearah Himchan yang sedang mengobrol dengan teman sebangkunya. Himchan menengok lantas berjalan menghampiri Jongdae dengan wajah sedikit bingung.
"Ada apa, kotak?" tanya Himchan.
"Kau kan sering membaca buku soal tafsir mimpi, kau pasti banyak tahu tentang arti mimpi kan? Nah, Baekhyun bermimpi digigit ular besar. Dia ingin tahu artinya," terang Jongdae.
"Wah mimpi yang beruntung, Byun!" ujar Himchan dengan ekspresi ceria. "Mimpi digigit ular bisa berarti akan mendapat jodoh, apalagi jika gigit ular besar. Wah… jodohnya mungkin orang kaya," tambah Himchan.
"Apa iya?" tanya Baekhyun setengah berteriak. Ada nada senang di suaranya.
"Menurut buku yang kubaca memang seperti itu. Tapi…." Wajah Himchan mendadak berubah serius.
"Kenapa ada tapi-tapiannya segala?" Baekhyun mengawasi dengan sedikit was-was.
"Sebenarnya mimpi digigit ular ada dua arti. Yang pertama mendapat jodoh. Tapi yang kedua bisa berarti akan ada masalah besar mendekat."
Masalah? Ya Tuhan, itu sih bukan kabar baik. Baekhyun memandang Jongdae dengan ragu, tapi Jongda dengan bijaksana segera menepuk lengan Baekhyun.
"Baek, Itu cuma mimpi. Jangan dipikikan?! Kau kan biasanya tidak percaya pada hal-hal seperti itu."
"Yah, awalnya aku tidak percaya, tapi lama-lama ini menjadi pikiran. Apalagi ularnya besar sekali. Mungkin masalah yang akan datang juga besar. Iya kan?" tanya Baekhyun.
"Bisa jadi!" jawab Himchan.
"Yak! Jangan menakut-nakuti Baekhyun. Dia kan penakut…" Jongdae mendelik pada Himchan.
"Ya! Aku kan hanya menjawab pertanyaanmu saja!" ucap Himchan membela diri. "Ya mungkin saja bukan masalah. Siapa tahu kau malah mendapat jodoh, Baek." goda Himchan yang disambut dengan pukulan ringan Baekhyun.
"Sialan kau!" teriak Baekhyun.
Hari itu tetap berjalan seperti biasa. Baekhyun tetap ceria dan sepertinya mimpi tersebut terlupakan begitu saja, hanya sebuah bunga di tidur. Sepulang sekolah, Baekhyun ikut menebeng sepeda Jongdae. Kebetulan rumah Jongdae tidak terlalu jauh jaraknya dari rumah Baekhyun.
"Terimakasih tumpangannya, Jong"
"No problem, Baek. Kebetulan juga aku ingin ke rumahmu. Ibuku ingin membeli tteopoki Bibimu." Jawab Jongdae sambil membelokkan sepedanya ke arah rumah Baekhyun.
Ketika sampai di depan rumah yang tidak seberapa besar itu, Baekhyun dan Jongdae terkejut melihat sebuah mobil silver metalik terparkir di halamannya. Jongdae memarkir sepedanya tepat di sebelag mobil tersebut. Mereka berdua saling berpandangan bingung.
"Sepertinya ada tamu, Baek. Membawa mobil pula," ujar Jongdae dengan decak kagum.
"Ada apa ya?" tanya Baekhyun kebingungan. Diamatinya mobil itu dengan penasaran.
"Kalau begitu aku pulang saja, Baek. Nanti aku kembali lagi kalau tamumu sudah pulang." Jongdae segera memutar sepedanya kembali. "Dan jangan lupa ada PR!" teriaknya dan disambut anggukan Baekhyun.
Baekhyun memandang sepeda Jongdae yang semakin menjauh. Lalu, dipandanginya lekat-lekat mobil tersebut sambil mengangkat bahunya. Ada apa ini? Siapa tamu yang datang ke rumah? Seingat Baekhyun, Paman dan Bibinya tidak pernah memiliki teman orang kaya.
Baekhyun merasa cemas. Entah kenapa dia jadi teringat mimpinya semalam. Tiba-tiba tubuhnya menggigil. Apa akan ada masalah? Dengan perasaan was-was, Baekhyun masuk kedalam rumah.
Di ruang tamu yang sempit dengan kursi sofa yang sudah menyusut ke bawah, Baekhyun melihat Bibinya duduk berhadapan dengan dua orang lelaki berperawakan sedang. Pakaian mereka rapi kemeja, dasi dan jas hitam. Yang seorang memakai kacamata dan terlihat lebih tua, yang satu lagi masih muda. Diatas meja terhidang dua gelas jus jeruk. Koper milik kedua orang tersebut terletak disusut meja. Kedua orang berpenampilan rapi tersebut tersenyum ketika Baekhyun mengucap salam dan masuk ke ruang tamu.
"Ini anaknya," ujar Bibi Taehee sambil menunjuk kearah Baekhyun dengan sikap sopan. "Baekhyun, duduk dulu, Nak," pinta Bibi Taehee. "Tuan-tuan ini datang ke sini untuk menemuimu, Baek."
Dahi Baekhyun mengerut, heran. Laki-laki yang berkacamata segera berdiri dan menjabat tangan Baekhyun. Baekhyun membalas jabatan tangan tersebut dengan canggung.
"Selamat siang, Baekhyun," ujar laki-laki tersebut. Suaranya tampak ramah.
"Siang," jawab Baekhyun curiga. Baekhyun melihat Bibi Taehee memberi isyarat padanya untuk segera duduk. Dengan patuh Baekhyun pun ikut duduk.
"Oh iya, kenalakan ini Tuan Changmin, pengacara," jelas Bibi Taehee, tepat sebelum Baekhyun bertanya. Pengacara? Hei ada apa ini? Baekhyun jadi semakin bingung.
"Pengacara?" desisnya. Dia memandang kedua orang yang duduk di depannya.
"Ah, iya! Kenalkan saya Shim Changmin dan ini asisten saya, Lee Jinki. Kami kemari sehubungan dengan surat wasiat yang ditinggalkan oleh ayah Tuan Muda, sekaligus sebuah surat perjanjian yang melibatkan diri Tuan Muda Baekhyun," jelas Changmin ahjussi.
"Tuan Muda? Heh? Dan apa tadi? Surat wasiat? Tapi Aboeji sudah meninggal lama, sepuluh tahun yang lalu. Jangan-jangan…. apa maksud Ahjussi mungkin berkaitan dengan hutang yang dimiliki Aboeji?" Baekhyun mulai bergetar. Jantungnya menjadi tidak terkendali. Kalau tentang hutang, Baekhyun merasa tidak mungkin bisa membayarnya. Bayar?! Untuk hidup sehari-hari saja sudah syukur bisa makan dan sekolah.
"Yah, bisa dibilang begitu…"
"K-kalau menyangkut hutang, maaf-maaf saja…" Baekhyun menggenggam tangan Bibinya erat. Apa ini benar-benar buruk? Apa ayahnya meninggalkan hutang yang akan membebani dirinya?
"Tenang dulu, Tuan Muda. Ini tidak seperti yang Tuan Muda kira. Memang ini bisa juga merupakan hutang, tapi tidak seperti yang Tuan Muda perkirakan."
"Tuan, tolong jangan membuat keponakan saya ketakutan. Saya juga ketakutan mendengarnya. Jadi tolong berbicara yang jelas," ujar Bibi Taehee tidak sabar.
"Baiklah. Begini Nyonya Kim, keponakan Nyonya yang bernama Baekhyun, benarkan namanya Byun Baekhyun?" Tanya pengacara itu yang dijawab anggukan Baekhyun dan Bibi Taehee membenarkan. Setelah menerima pembenaran tersebut, pengacara itu meneruskan penjelasannya. "Tuan Muda Baekhyun, Ayah Tuan Muda, Tuan Byun Jaesok, telah membuat surat perjanjian yang disepakatinya dengan Tuan Park Jungsoo enam belas tahun yang lalu. Surat itu telah disahkan oleh pengacara, yaitu saya sendiri, sehingga perjanjian itu memiliki kekuatan hukum untuk dilaksanakan oleh pihak yang terbebani perjanjian tersebut."
"Perjanjian?" mulut Baekhyun berdesis heran.
"Ya, di dalam perjanjian itu Tuan Park Jungsoo menyetujui permintaan Tuan Byun Jaesok untuk menjodohkan anak laki-laki pertamanya yang bernama Byun Baekhyun dengan anak Tuan Park Jungsoo yang pertama, yaitu Park Chanyeol. Disini, juga tertulis, perjanjian ini harus dirahasiakan dari kedua anak tersebut sampai Baekhyun, yaitu Tuan Muda sendiri, berusia 17 tahun. Saat itulah, perjanjian ini dibacakan, baik Byun Baekhyun sendiri maupun Park Chanyeol. Dan saat Tuan Muda Baekhyun berusia 19 tahun atau lulus SMA, maka Park Chanyeol diwajibkan menikahi Tuan Muda Baekhyun. Perjanjian ini dibuat dengan disaksikan oleh dua orang saksi dan seorang pengacara. Jadi perjanjian ini memiliki kekuatan hukum,"ujar pengacara itu.
Baekhyun terkejut. Ekspresi wajahnya berubah dari ketakutan menjadi rasa kaget yang luar biasa. Saat itu, aliran darahnya seakan beku sekejap.
"A-apa?" kata-kata itu meluncur dari mulut Baekhyun yang setengah menganga, "Yang benar saja, apa-apaan ini?! Siapa yang mau mematuhi perjanjian konyol itu! Aku menolak!" Baekhyun langsung berdiri dan setengah berteriak marah, "Itu hanya perjanjian konyol yang dibuat Aboeji waktu ia hidup. Tapi Ahjussi, sekarang Aboeji sudah meninggal. Aku tidak memiliki kewajiban untuk memenuhi perjanjian konyol itu!" Baekhyun marah. Poninya bergerak-gerak mengikuti kepala dan napasnya yang tidak teratur.
"Baekhyunee, tenanglah," Bibi Taehee berusaha menenangkan Baekhyun yang sudah mulai histeris. Dengan lembut dituntunnya kembali Baekhyun untuk duduk. "Kita belum mendengar penjelasan seluruhnya," ujar Bibi Taehee dengan bijaksana. Mendengar perintah Bibi Taehee, Baekhyun pun duduk di tempatnya semula. Kakinya sudah bergetar gelisah.
"Tuan Muda, memang kalau dipandang sekilas, perjanjian ini tampak konyol. Tapi seperti yang sudah saya katakana tadi, perjanjian ini memiliki ketentuan hukum. Dalam kekuatan hukum, tentu ada sanksi yang diberikan pada pihak yang tidak ingin mematuhi perjanjian ini. Supaya Tuan Muda mengetahuinya, di dalam perjanjian ini juga dituliskan apabila salah satu pihak membatalkan hal yang sudah diterangkan di dalam perjanjian -dalam artian perjodohan ini– maka pihak yang membatalkan akan dikenakan denda yang harus dibayarkan pada pihak yang dirugiakn sebanyak 200 juta won. Itu artinya apabila Tuan Muda Baekhyun memutuskan untuk menolak, Tuan Muda harus membayar denda sebanyak 200 juta won pada keluarga Park. Lebih tepatnya pada Park Chanyeol," Pengacara itu tersenyum. "Nah pertanyaannya adalah apakah Tuan Muda memiliki uang sebanyak itu untuk membayar denda tersebut?" tanyanya lagi masih dengan tersenyum.
Sialan!
.
.
.
.
.
TusukBaekhyunChanyeol
.
.
.
.
.
A/N: Hai yorobundeul ^^ mungkin kalian asing dengan saya? Hehe sebenarnya saya bukan orang baru di FFN, hanya saja yang lebih memilih berganti nama pena dan kabur dari kenyataan /tida/ Hehehe btw saya membawa remake dari novel yg saya suka sekali ceritanya, walaupun mungkin klise dan banyak ff yg konsepnya hampir sama, tapi saya harap kalian suka dengan remake yang saya suguhkan dan berkenan meninggalkan jejak meskipun cuman satu kata seperti "Lanjut" muehehehe. Adios ~
