Siwon memutar anak kunci di pintu kaca kafe miliknya sebanyak dua kali. Memberikan pengamanan ekstra degan menurukan rolling dor yang digembok dengan gembok berwarna keperakan. Setelah memastikan kafenya terkunci dengan baik tanpa memberikan celah bagi pencuri untuk masuk, Siwon mulai melangkahkan kakinya sepanjang trotoar. Jalanan yang lenggang-mengingat sekarang hampir jam setengah duabelas malam- didukung dengan hujan gerimis yang megundang orang-orang untuk terlelap di buaian kasur masing-masing, hanya beberapa orang yang baru pulang kerja lembur yang sesekali berpapasan jalan dengan Siwon.
Sambil berjalan cepat, telinga Siwon mencoba untuk mendengarkan suara taksi yang lewat. Mobilnya sedang diservis bulanan hari ini, jadi ia memasag tudung jaketnya untuk mencegah butiran air langit jatuh menimpa kepalanya. Ia tidak mau terserang flu dan tidak dapat membuka kafe besok. Bukannya ia tidak percaya dengan kejujuran anak buahnya. Namun ia adalah koki di kafenya, 'Miracle'(Siwon berharap orang-orang bisa merasakan keajaiban masakannya). Dan membiarkan orang lain untuk memasak jelaslah bukan pilihan bijaksana. Bukannya meremehkan, hanya saja rasa masakan berbeda tergantung tangan orang yang memasaknya. Ia tidak mau kehilangan pelanggan setia karena cita rasa masakan kafe yang tiba-tiba berubah.
Setelah berjalan sejauh duaratus meter dan membuat pakaiannya lembab, Siwon baru menemukan taksi untuk ditumpangi. Namja berumur duapuluh tiga tahun itu menyetop mobil berwarna kuning cerah dan buru-buru menaikinya sebelum mobil itu benar-benar berhenti. Bayangan rumah dan hangatnya tempat tidur terus menari-nari di benaknya. Ia lelah dan matanya mulai berat.
Hari ini ada yang menyewa kafenya untuk menyelenggarakan pesta ulangtahun, seorang yeoja cantik anak pengusaha kaya teman sekampusnya dulu-walaupun Siwon hanya tahu namanya saja-. Jadi Siwon harus memasak ekstra untuk tamu-tamu yeoja itu yang terus mengalir datang sampai jam sepuluh malam. Dan butuh waktu lebih dari satu jam untuk membersihkan segala kekacauan pesta dan mengatur kembali letak kursi dan meja seperti semula agar siap digunakan pelanggan esoknya.
Taksi berhenti di sebuah rumah bercat putih berpagar kelabu. Kali ini Siwon menunggu sampai taksi benar-benar berhenti baru kemudian melompat turun setelah sebelumnya membayar ongkos sesuai dengan angka-angka yang tertera di argo dan memberi sedikit tip kepada supir taksi yang dibalas senyum supir yang kelihatannya sudah berumur tersebut. Kaki-kaki jenjangnya terbalut celana jeans biru yang mulai memudar melangkah melewati jalan setapak yang disusun dari pavling-block yang membelah taman mini di halaman rumahnya. Hujan gerimis yang tidak berhenti sejak sejam yang lalu membuat tanah menjadi lengket, dan ia tidak mau menambah pekerjaan dengan mencuci sepatu yang berlumuran tanah becek.
Kening Siwon berkerut dalam saat melihat gundukan asing di teras rumahnya yang gelap akibat lampu yang belum dinyalakan. Tetangganya, seorang wanita tua yang tingal seorang diri pergi ke rumah anak pertamanya sejak kemarin, wanita itu yang biasanya menghidupkan lampu rumah Siwon ketika hari mulai gelap karena Siwon selalu menitipkan kunci rumah padanya.
Dengan hati-hati dan waspada Siwon mendekati gundukan tersebut. Dan namja itu nyaris mimisan saat menyadari apa sebenarnya gundukan tersebut…
Seorang namja yang tertidur tanpa mengenakan sehelai benang pun!
Hello, Pussy! © HarunoZuka
Minoes © Annie M.G. Schmidt
Character © Bukan punya saya, suwer!
Warning: AU, Sibum, Shonen-ai, Neko!bum, OOC, typo(s), aneh, gaje, amatiran, dan segala kecacatan lainnya.
Sumary: Siwon tidak pernah sekalipun berfikiran akan menemukan seorang namja-manis-setengah-kucing di teras rumahnya sepulang kerja!
.
.
.
Siwon melayangkan tatapan mengintrogasi pada namja manis berkulit seputih salju, dengan rambut hitam lebat yang dihiasi telinga kucing berbulu senada, tak lupa ekor panjang yang terus meliuk-liuk sedari tadi. Agak sulit sebenarnya, mengingat namja manis itu hanya mengenakan selembar kemeja putih tipis miliknya yang pastinya kebesaran dan celana bokser pendek tidak mampu menutupi seluruh kulit putih mulus namja itu yang entah mengapa terlihat menyilaukan. Sedangkan namja yang ditatapnya hanya balas memandang dengan sorot mata polos dengan posisi duduk menggoda. Ukh, kau tahulah bagaimana posisi duduk seekor kucing, dengan kedua kaki dilipan di kiri-kanan tubuhnya dan kedua tangan yang ditumpukan di depan.
Siwon menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya, diingat-ingatnya ucapan Pastor khotbah minggu tentang cara mengendalikan nafsu. "Jadi siapa namamu?" Siwon akhirnya bersuara setelah dua tarikan napas-penenangan-diri kemudian.
"Namaku Bummie~" Namja itu, Bummie, menjawab dengan nada yang diayun manja. Membuat Siwon mengernyit, mengira-ngira itu nada dibuat-buat atau bukan. Tapi sepertinya memang begitu nada bicaranya melihat sorot matanya yang masih polos tak bermaksud.
"Kenapa kau bisa ada di teras rumahku?"
Sorot mata polos itu berubah sendu, membuat Siwon merasa bersalah dan hendak meminta maaf. Tapi diurungkan niatnya melihat Bummie mulai bercerita.
"Bummie tinggal dengan Jess-eomma di vila di pinggir hutan, dengan Joongie-hyung dan Wookie juga. Bummie senaaaang sekali tinggal di sana. Jess-eomma baik, Joongie-hyung dan Wookie juga baik, masakan mereka semua enaaak sekali," Bummie bercerita dengan nada bahagia, sepertinya membayangkan hari-harinya bersama tiga orang kesayangannya.
Tapi kemudian sorot mata itu tiba-tiba meredup dan mulai digenangi air mata. "Tapi, tiba-tiba Jess-eomma tidur dan tidak mau dibangunkan. Bummie sedih, Wookie juga menangis. Tapi kata Joongie-hyung memang sudah waktunya Jess-eomma tidur selamanya. Jadi Joongie-hyung yang mengurus kami semua. Lalu saat makanan di kulkas sudah habis, Joongi-hyung pergi, dia bilang mau mencari makanan untuk kami. Tapi sudah lama Joongie-hyung tidak kembali," Bummie berhenti untuk menyeka air mata yang nyaris turun. "Wookie menangis karena lapar, jadi Bummie keluar untuk mencari makanan. Tapi Bummie tersesat, Jess-eomma tidak pernah mengijinkan kami pergi jauh. Terus, Bummie bertemu ahjussi seram yang jalannya sempoyongan, ahjussi itu terus mendekati Bummie. Karena takut Bummie lari dan istirahat di sini karena lelah."
Siwon mengangguk paham, walau tidak mengenal siapa itu Jess-eomma, Joongie-hyung, dan Wookie. Tapi sepertinya orang yang sudah dianggap sebagai ibu oleh Bummie meninggal baru-baru ini. Dan sepertinya Joongie-hyung juga tersesat seperti Bummie. Haaah, pantas saja namja manis itu tadi makan banyak sekali ketika baru sadar. Kelaparanlah penyebabnya. Belum lagi Bummie juga harus berlari menghindari ahjussi mabuk yang pastinya tergoda dengan namja itu, karena, yah, Bummie tidak mengenakan baju sebelumnya 'kan?
"Telingamu itu," Siwon berucap ragu," asli?"
"Ne!" Bummie mengangguk antusias. Dalam sekejap ia sudah kembali ceria lagi seperti sebelumnya. Perubahan emosi yang mengerikan.
"Boleh kupegang?"
Bummie mengangguk semangat, dengan ragu-ragu Siwon mengulurkan tangannya dan menyentuh telinga yang bergerak-gerak antusias. Lembut, telinga Bummie ternyata sangat lembut, begitu pula rambut kelamnya. Membuat Siwon menjadi ketagihan dan malah mengusap-ngusap kepala dan telinga Bummie seperti mengusap kepala kucing.
Dan seperti respon kucing pada umumnya, Bummie memejamkan matanya menikmati sentuhan lembut Siwon dan mulai mendengkur lirih. Kepalanya makin ia dekatkan pada tangan Siwon, enggan kehilangan sentuhan itu. Hening. Hanya terengar suara dengkuran Bummie di kamar itu.
"Miau~" Bummie mengeong protes saat Siwon menghentikan usapannya. Kepalanya ia sodorkan meminta usapan lagi. Tapi Siwon terlanjur menarik dirinya dan melangkah mundur selangkah. Entahlah, Siwon hanya takut kehilangan pegendalian diri jika meneruskannya.
"Err, Joongie-hyung dan Wookie, juga sama sepertimu?"
"Ne! Joongie-hyung punya rambut oranye-keemasan, dan Wookie punya rambut coklat!" Bummie mengangguk antusias, menjelaskan dengan nada ceria. "Tapi Jess-eomma , beda dia sama dengan…" Bummie berhenti, kepalanya ia tenglengkan bingung. Ia tidak tahu nama namja yang sudah menolongnya.
"Choi Siwon, panggil aku Siwon," Siwon menjawab cepat sedikit meruntuki kebodohannya, lupa memperkenalkan diri sebelum menanyakan nama namja di hadapannya. Sungguh tidak sopan.
Hening. Suasana menjadi caggung bagi Siwon. Ia kehilangan topik pembicaraan dan lebih memilih berkonsentrasi untuk tidak mempraktekan ajaran-ajaran Kyuhyun pada Bummie. Walaupun Siwon sendiri ragu namja di depannya akan mengerti atau tidak jika ia menyentuhnya lebih dari sekedar usapan di kepala. Mungkin suatu saat nanti ia bisa mencobanya. Tapi bagaimana jika ia bersama Bummie hanya malam ini? Haruskah ia melakukan hal itu sekarang? Mungkin bisa dimulai dengan melepas kemeja secara perlahan sambil menyesap bibir semerah darah itu lalu membelai kulitnya merasakan ke-'STOP! Berhentilah berfikiran yang tidak-tidak, Choi Siwon!' Siwon memarahi dirinya sendiri dalam hati. Bagaimana mungkin ia bisa berfikiran mesum pada namja yang baru ditemuinya?
"Siwonnie~," Bummie merengek, tangannya menarik-narik kemeja dengan tidak nyaman. Duduknya juga mulai gelisah. Sepertinya ada yang mengganggunya.
"Hm, wae Bummie?"
"Bummie boleh lepas bajunya? Rasanya aneh."
"Eh, wae? Bahan terlalu kasar?" Siwon bertanya heran, sekaligus gusar. Namja di depannya sungguhan ingin telanjang?
"Aniyo," Bummie menggeleng imut, "Bummie tidak biasa pakai baju. Yang biasanya pakai baju itu Joongie-hyung dan Wookie, tapi Bummie lebih suka tidak pakai baju."
Siwon dilema. Disatu sisi ia ingin kembali melihat tubuh putih mulus namja manis itu tanpa penghalang sehelaipun. Tapi sisi lainnya memperingatkan. Jika dengan berpakaian saja ia sudah berfikiran mesum, bagaimana jika tanpa baju? Bisa dipastikan Bummie kehilangan keperawanannya(?) malam ini juga.
"Lebih baik kau tetap pakai baju, lagipula nanti kau masuk angin jika tidak pakai baju." Siwon berdalih, padahal dalam hati ia juga ingin melihat Bummie tidak pakai baju.
Bummie hanya menanggapi dengan anggukan patuh. Tangannya berhenti berusaha melepas pakaiannya meskipun ia kelihatan belum terbiasa.
"Dan kau boleh menginap di sini malam ini," Siwon menambahkan.
"Jijja? Gomawo!" Bummie memekik senang dan melompat kedepan untuk memeluk Siwon.
Sementara Siwon yang mendapatkan pelukan tiba-tiba hanya bisa terhuyung mundur sebelum membalas pelukan itu. Dalam hati ia menambahkan akan menyuruh Bummie keluar dari rumahnya besok pagi. Bisa-bisa Bummie akan menarik perhatian para tetangga jika terus tinggal bersamanya, ditambah lagi dengan telinga dan ekor yang begitu mencolok.
Dan dia tidak menyadari kejadian hari ini akan mengubah hidupnya secara drastis.
TBC
Note: Saya ngambil referensi kelakuan Kibum dari novel Minoes(disclaimer di atas). Tapi saya nggak ngikutin jalan cerita novel tersebut. Jadi ini bener-bener beda sama novel Minoes.
