I Love you, Always
Harvest Moon by Natsume
Warning: OOC, typo, alur (sangat) berantakan, gaje, death chara dan lain-lain
Inspired by song: Nidji-Sumpah dan Cinta Matiku
.
.
Enjoy~
Thursday, 9th Winter Year 3
Gray POV
"G-Gray.. Boleh aku minta tolong padamu?" tanya Claire dengan takut. Kulihat tubuhnya bergetar.
Tiba-tiba ia menghampiriku yang sedang menikmati makan siangku di Inn.
"Tentu.. Ada apa, Claire?" tanyaku dengan bingung.
"Tolong.. Aku.. Aku.." ucapnya terbata-bata yang kemudian terpotong dengan seruan Cliff memanggilnya.
"Claire!"
Aku dan Claire langsung menoleh ke arah Cliff. Kulihat Cliff menatap Claire kemudian menatapku.
Selalu tatapan itu yang ditunjukkan Cliff ketika melihatku bersama Claire. Dingin. Mengerikan. Tapi, setelah itu dia pasti tersenyum dan senyumannya mempunyai arti juga. Entah apa itu. Aku selalu bergidik ngeri. Walaupun Cliff adalah teman sekamarku , dia orang yang sangat tertutup. Aku tidak tau asalnya darimana? Apa tujuannya kesini? Apa yang dia inginkan? Aku tidak pernah tau. Dan, aku selalu merasakan aura yang berbeda dari Cliff.
Ketika itu, Claire langsung menatapku. Kulihat matanya memancarkan rasa takut yang luar biasa. Aku terkejut melihat tatapannya.
Setelah itu, Claire berjalan mendekati Cliff. Ketika Claire sudah dihadapannya, Cliff langsung merangkul Claire dan mereka berjalan keluar Inn. Aku hanya menatap mereka bingung. Apa yang ingin Claire minta padaku?
.
.
Aku membenci Cliff. Lelaki macam seperti dia bisa merebut hati Claire. Tidak seperti aku. Aku hanya disini, menyimpan perasaanku. Sampai akhirnya, Cliff mendahuluiku. Aku mencintai Claire lebih dulu darinya. Tapi, Claire memilih Cliff daripada aku. Inilah kenyataan. Tidak bisa disesali. Pahit.
Sejak Claire dan Cliff menjadi sepasang kekasih, Claire mulai berubah. Ia menjadi lebih pendiam, jarang bercerita padaku, dan hal-hal lain anehnya yang menurutku seperti menyimpan sesuatu..
Friday, 10th Winter Year 3
Siang ini bersalju, memakai satu jaket saja tidak cukup untuk menolak rasa dingin ini. Aku berjalan keluar dari Blacksmith. Hari ini aku akan mengunjungi Claire sepulang bekerja. Aku penasaran, ia ingin meminta pertolongan padaku tentang apa.
Ketika aku berjalan ke arah peternakannya, kulihat Cliff berjalan keluar dari peternakan Claire. Ia melihatku kemudian menghampiriku.
"A-Apa yang kau lakukan disini?" tanyanya sambil menatapku.
"Mengunjungi Claire. Memastikan apakah ia baik-baik saja," jawabku berbohong dan menatapnya balik.
"Dia baik-baik saja," balasnya.
"Aku ingin memastikan," ucapku lagi dan mulai melanjutkan langkahku.
Cliff langsung mencengkram bahuku, "Jangan pernah, dekati dia lagi," ucap Cliff dengan dinginnya.
Aku langsung bergidik dan menghentikan langkahku. Setelah itu, ia melepaskan cengkramannya dan aku langsung menoleh ke arahnya. Ketika aku menoleh, ia langsung menunduk dan berbalik arah, berjalan menuju Inn.
Aku hanya terdiam sambil menatapnya yang berjalan menjauh.
"Benar juga.. Lagipula, aku bukan siapa-siapanya Claire. Ia milik Cliff," gumamku kemudian tersenyum sedih.
Ketika aku akan melangkah, sekilas terdengar sayup-sayup teriakan memanggil namaku.
'Gray!'
Aku tertegun dan langsung menoleh ke arah peternakan Claire. Tapi, tidak ada seseorang pun disana.
"Hanya perasaan.." gumamku, kemudian merapatkan jaketku dan mulai berjalan menuju Inn.
.
.
Aku melangkah keluar kamar mandi setelah membersihkan diriku. Jam di kamar menunjukkan pukul 20:00. Aku menoleh ke tempat tidur Cliff, "Sepertinya ia sedang keluar," gumamku ketika tidak menemukannya di tempat tidur.
Aku melangkah menuju lemariku untuk mengambil jaket, setelah itu aku mengenakannya dan duduk di tempat tidurku. Aku melirik jendela, salju turun dengan derasnya. Dingin menyelimuti kamar ini. Ditambah lagi dengan kesuyian yang ada. Jam yang berdetak mengiringi kesunyian kamar ini.
Tiba-tiba terdengar suara 'sesuatu' yang terseret dari luar kamar. Tepatnya lorong yang menuju kamar ini.
Srek.. Srek.. Srek..
Awalnya suara itu terdengar jauh, lama-kelamaan suara itu semakit dekat. Aku penasaran, dan melangkah mendekati pintu dan menempelkan telingaku di pintu untuk mendengar lebih jelas sebelum membuka pintu itu.
Suara itu tiba-tiba berhenti tepat di depan pintu. Jantungku berdetak kencang. Aku langsung membuka pintu tanpa pikir panjang.
Tapi, di balik pintu itu aku tidak menemukan siapapun atau apapun.
Aku mengusap mukaku. "Mungkin, aku kecapean," gumamku menutup pintu kembali, dan melangkah ke tempat tidurku.
Saturday, 11th Winter Year 3
"Gray!" seru Kakek.
"Apa?!" jawabku kesal. Aku mengantuk sekali. Semalam tidurku tidak nyenyak sama sekali. Aku mengkhawatirkan Claire. Aku.. Merindukannya.
"Kau tidak fokus! Lebih baik kau pulang, daripada membuat masalah di tokoku!" seru Kakek dengan tatapannya yang kesal.
"Cih!" tanpa fikir panjang, aku melepas sarung tangan kerjaku dan mengambil jaketku kemudian mengenakannya. Dan, melangkah keluar dari Blacksmith.
.
.
"Kepalaku pusing.." keluhku sambil merebahkan tubuhku di tempat tidurku dan terlelap.
.
.
Aku membuka mataku, "Pukul berapa sekarang.." gumamku kecil kemudian duduk di tempat tidurku.
Ketika aku akan melirik jam dinding di kamar. Aku mendengar suara isakan tangis di sebelah kiriku. Karena baru sadar dari tidurku, penglihatanku masih kabur. Tapi, terlihat di sudut mataku ada seorang wanita dengan rambut pirangnya yang panjang sedang membelakangiku dan menangis. Jelas-jelas itu Claire. Aku langsung menoleh ke sebelah kiriku. Tapi, sosok itu langsung hilang. Aku menghela nafas panjang. Kemudian, aku menoleh lagi ke arah jam dinding.
"Gray! Tolong aku!" tiba-tiba sesosok wanita tadi berteriak di depan mukaku.
"Waaaa!"
Aku kaget bukan main dan menutup mataku rapat-rapat ketika menyadari muka wanita itu putih pucat yang tidak wajar. Tunggu.. Mata biru itu, rambut pirang itu.. Itu Claire?!
Aku langsung membuka mataku. Tapi, aku tidak menemukan sosok itu lagi. Jam di dinding menunjukkan pukul 20:00.
Selalu pukul 20:00 terjadi kejanggalan padaku. Ada yang tidak beres. Ada yang tidak beres dengan Claire. Sesuatu pasti terjadi pada Claire.
Tanpa fikir panjang aku turun dari tempat tidurku dan mengambil jaket di lemariku, dan berlari ke arah pintu. Sebelum membuka pintu, aku melirik ke arah tempat tidur Cliff. Ia tidak ada disana.
.
.
.
Aku berdiri di depan rumah Claire. Lampu di dalam rumahnya tidak menyala. Kalau sudah malam, pasti ia menyalakan lampunya. Claire tidak suka gelap.
Ketika aku akan mengetuk pintunya, kusadari pintunya terbuka sedikit. Langsung aku masuk rumahnya, tanpa mengetuk.
Gelap. Aku melangkah perlahan, mencoba untuk mencari kamar Claire. Suasana di dalam rumah sangat dingin. Hawa yang membuat sekujur tubuhku merinding.
Tiba-tiba aku mendengar suara seseorang berbicara, tapi sayup-sayup. Aku mencoba mengikuti arah suara itu darimana. Sampai aku menemukan sebuah pintu, aku mendorong sedikit pintu itu untuk mengintip apa yang ada di dalam.
Di dalam sana dengan cahaya bulan seadanya yang masuk melalui jendela, aku melihat sosok seorang laki-laki yang duduk di tepi tempat tidur sambil membelai seseorang yang sedang berbaring di tempat tidur tersebut. Aku sangat yakin yang berbaring disana itu, Claire.
"Aku menyayangimu, Claire.." ucap lelaki itu.
"Aku tidak akan menyerahkan dirimu, pada laki-laki manapun.." ucap laki-laki itu lagi.
Aku tertegun ketika mendengar suara itu. Cliff? Apakah itu dia?!
Langsung saja, aku membuka lebar pintu itu, "Cliff!" seruku, memastikan apakah itu dia.
Lelaki itu langsung berdiri dan menghadapku. "Sudah kubilang, jangan pernah dekati Claire lagi!"
Aku langsung meraba bagian tembok di sekitar situ, mencari tombol lampu. Akhirnya dengan terburu-buru, aku menemukan tombol itu dan menyalakan lampunya. Langsung terlihat jelas, Cliff berdiri disana. Dengan tatapan membunuh menatapku dengan tajamnya. Dan, kulihat seseorang berbaring di atas tempat tidur dan ditutupi dari ujung kaki hingga ujung kepalanya dengan selimut. Aku yakin, itu pasti Claire. Jangan-jangan dia sekarat?! Dia tidak bergerak. Apa yang telah Cliff lakukan padanya?! Aku harus bertindak cepat!
"Sudah kubilang, jangan pernah dekati Claire lagi!" teriaknya lagi kemudian berlari ke arahku. Aku mencoba berlari darinya, tapi terlambat. Ia sudah mencengkram bajuku dan langsung membantingku ke lantai. Tangannya langsung mencengkram leherku dengan kuat.
'Si-Sial! Dia mau membunuhku!'
Aku mencoba mencari perlawanan, dengan sekuat tenaga aku memukul wajahnya dan cengkramannya pun melonggar. Aku memakai kesempatan itu, untuk mendorongnya. Akhirnya, aku terlepas darinya. Nafasku terengah-engah. Sementara itu, kulihat Cliff masih pusing dengan pukulanku. Dengan cepat aku mencari sesuatu untuk membuatnya pingsan. Aku menemukan rak buku Claire, segera kuambil satu buku yang cukup tebal. Aku berlari ke arahnya, dan memukulnya sekuat tenaga di bagian belakang kepalanya. Cukup keras untuk membuatnya pingsan. Setelah itu, aku langsung berlari ke tempat tidur Di ana Claire berbaring.
"Claire! Aku datang menolongmu! Bertahanlah!" seruku, kemudian menarik selimut yang menutupinya.
Kulihat Claire terbaring kaku. Matanya tertutup. Mukanya putih pucat. Bibirnya biru. Dan, dibagian lehernya terdapat cengkraman lebam. Rasanya badanku seperti disiram air dingin ketika melihat pemandangan itu.
Aku menyentuh wajahnya. Dingin. "Claire.." panggilku yang mengharapkan jawaban dari mulutnya. Tapi, hasilnya nihil.
Lututku bergetar, dan akhirnya aku jatuh terduduk di samping tempat tidur. Air mata di pelupuk mataku sudah tidak bisa di tahan lagi yang akhirnya mengalir deras di pipiku. Aku memeluknya yang terbaring kaku dan sudah tidak bernyawa.
"Maafkan aku.. Aku datang terlambat, maafkan aku, aku baru menolongmu sekarang, maafkan aku, maafkan aku," ucapku lirih di sela-sela isakanku.
Aku melepaskan pelukanku dan menatap wajahnya yang pucat pasi, "Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu," ucapku lagi di tengah isakan dan mencium keningnya.
Kata-kata yang selama ini kusimpan akhirnya kuucapkan. Sayangnya, orang yang kuucapkan tidak bisa mendengarnya..
.
.
"Claire terbunuh dua hari yang lalu. Ia dibunuh dengan tangan kosong, terlihat lebam pada lehernya yang menandakan ia di cekik hingga tewas. Dan, menurut saksi yang melihatnya sebelum terbunuh, ia dibunuh pada malam hari sekitar pukul 20:00," jelas Harris panjang lebar.
Aku mengangguk lemah sebagai tanda mengerti. "Terimakasih, Harris."
Aku menatap batu nisan yang bertuliskan "Rest In Peace CLAIRE", sendirian di tengah salju yang turun pada siang hari ini.
Penyesalan masih berlarian di pikiranku. Andai aku bisa lebih cepat menyadari. Andai aku bisa menolongnya. Andai aku menyatakan perasaanku pada Claire lebih dulu. Berandai-andai seperti ini pun tidak ada gunanya. Claire tidak akan kembali.
Aku meletakkan bunga matahari kesukaan Claire di depan nisannya dan tersenyum kecil.
"I Love You, Always.."
A/N:
Selesai!
Jadi, disini Cliff nya itu semacam yandare /? yah, pokoknya dia itu obsesif banget sama Claire. Sedikit Claire deket sama cowok, langsung deh~
Terimakasih buat pembaca. Dari silent reader sampe yang rajin review :'3 hehe
Saya mau hiatus dulu 'w')/ Goodbye~
