A/N: story ini merupakan karya dari otak author, jadi mohon maklum jika ada penulisan kata yang salah dan alur yang membingungkan.

Naruto: The Next Generation of Sage of Sixpath

Rate: T+

Genre: adventure, fantasy, action, and romance

Pairing: ?

Warning: gaje, berantakan, OOC,superpowerNaru, strongNaruto and etc

Summary: Pergi dari desanya karena satu alasan, kebencian. Pergi berpetualang dan menemukan buah yang memeberinya kekuatan bagaikan Dewa. 10 tahun kemudian dia kembali, berusaha memulai semua dari awal lagi. Benarkah dia anak dalam ramalan? Apalah kebenciannya sudah hilang? Akankah dia membawa perdamaian bagi dunia dan desanya? Atau... Kehancuran?

A long long time ago...

Pohon dewa merupakan pohon legenda terlarang yang hanya berbuah satu kali seumur hidupnya. Konon katanya, buah dari pohon ini menjanjikan kekuatan yang sangat luar biasa bagi para pemakannya. Tapi disisi lain buah dari pohon ini juga memberikan sebuah kutukan yang sangat mengerikan bagi para pemakannya.

Ooutsuki Hagoromo memakan buah Pohon Dewa dan menggunakan kekuatannya untuk mengakhiro perang dan menciptakan perdamaian dimuka bumi ini.

Namun, kedamaian tak berlangsung lama. Karena perbuatannya itu, membuat sang Dewa yang menjaga pohon itu marah dan murka. Akhirnya terjadilah sebuah pertarungan dahsyat yang mengguncang dunia dan membuat bumi bergetar. Pertarungan antara Ooutsuki Hagoromo dan sang Dewa, Ooukuma no Jubi.

Pertarungan berlangsung selama enam bulan tanpa henti. Menghancurkan hampir separuh bumi, mendatangan badai dan membuat bumi tenggelam dalam tsunami. Setelah melewati semua itu, Hagoromo akhirnya dapat mengalahkan Jubi dan menyegel monster itu dalam tubuhnya.

Umat manusia bersorak. Tangisan tak dapat dibendung lagi. Mereka terharu dan bahagia melihat kehancuran bumi yang sudah didepan mata dapat dihentikan. Untuk menyampaikan kebahagiaan dan rasa terimakasih pada Ooutsuki Hagoromo mereka menggelar pesta besar besaran disuluruh penjuru dunia dan mengangkat Hagoromo menjadi pemimpin dunia serta memberinya gelar Rikudou Sennin.

Dibawah kepemimpinannya Rikudou Sennin memperkenalkan kekuatannya dan memberi nama kekuatannya dengan nama Magic serta memutuskan untuk mengajarkan kekuatannya itu kepada umat manusia. Dengan tujuan agar setelah kematiannya nanti umat manusia dapat menggunakan kekuatan itu untuk melindungi diri dan untuk menjaga perdamaian yang telah ada. Dan karena hal tersebut umat manusia kembali memberikan gelar pada Rikudou Sennin, yaitu God of Magic.

Menjelang kematiannya, Rikudou Sennin teringat akan kekuatan mengerikan yang tersegel dalam dirinya. Jika dia mati maka segelnya akan hancur dan membuat iblis dalam dirinya bebas dan akan berakibat pada kehancuran dunia. Takut akan hal itu, Rikudou Sennin menyegel kembali kekuatan tersebut dalam wujud buah yang tumbuh di sebuah pohon raksasa. Menempatkan pohon itu disuatu tempat tersembunyi, berharap tidak pernah ditemukan kembali atau jika ditemukan maka dia berharap orang yang mewarisi kekuatannya itu dapat menggunakannya untuk kebaikan dan menjga perdamaian dunia.

Dimanakah pohon itu sekarang? Sudah adakah orang yang memakan buahnya dan mewarisi kekuatan Rikudou Sennin?

Entahlah, tidak ada yang tahu...

CHAPTER 1: Go to Leave Konoha

Didunia negara yang paling berkuasa. Kelimanya adalah Konohagakure, Sunagakure, Kumogakure, Iwagakure dan Kirigakure. Dan semua negara itu adalah negara besar penghasil Elite Magician terhebat didunia.

Dan sekarang kita berada di Konohagakure. Negara dengan jumlah penghasilan Elite Magician paling banyak didunia.

Pagi Sudah Tiba...

Sinar matahari bersinar terang, kicau burung dapat terdengar dari liar jendela. Dan dibalik jendela yang tertutup oleh tirai, terdapat sosok bocah sedang tertidur tertutup oleh selimut. Dan tiba tiba jam beker yang ada didekat bocah itu berbunyi.

KRING...KRING...

Suara keras jam beker itu membuat bangun sosok bocah yang tengah asik bergulat dalam alam mimipinya tersebut.

"Ugh.."

Bocah itu mematikan jam bekernya dan bangkit dari tempat tidurnya. Dia lantas turun dari kasurnya lalu berjalan menuju jendela. Bocah itu lalu membuka tirai dan jendelanya, membiarkan udara pagi dan cahaya matahari masuk kedalam. Dapat terlihat didalam kamar itu, ada sebuah kasur yang berukuran sedang, disamping kirinya terdapat meja degan selorokan kecil yang diatasnya terdapat jam beker yang baru saja berdering. Didalam sana juga terdapat sebuah lemari yang berisi pakaian pakaian yang digunakan sehari hari.

Bocah yang ada didalam kamar tersebut memiliki badan mungil dengan rambut kuning acak acakan dan dua bola mata berwarna biru langit, serta tiga buah garis yang mirip kumis kucing juga dia miliki dikedua pipinya. Nam bocah itu adalah Uzumaki Naruto. Dia berumur 8 tahun.

Naruto melihat keluar jendela dan menarik nafas. Sebuah senyum lebar terukir diwajahnya.

"Hari ini merupakn hari yang baik dttebayo.."

Lalu Naruto melangkah keluar dari kamar tidur untuk mandi dan mempersiapkan diri untuk pergi kesekolahnya, Konoha Magician Kids Academy ( KMK Academy ).

10 menit berlalu...

Naruto keluar dari kamar mandi berbalut handuk kecil dipinggangnya. Ketika dia memasuki kamar, Naruto melangkahkan kaki menuju lemari dan mengambil pakaian yang biasa dikenakannya. Pakaian Naruro terdiri dari celana panjang berwarna orange dan baju orang berlengan panjang yang mirip sebuah jaket. Dibagian pungungnya tergambar lingkaran merah dengan garis melengkung seperti obat nyamuk berwarna hitam yang merupakan lambang khas klan Uzumaki.

Ketika selesai memakai pakaiannya, Naruto melangkah menuju meja disamping ranjang dan membuka selorokan kecil disana. Didalamnya ada sebuah buku kecil berwarna kuning dibagian sampulnya. Dan ada sebuah kantung kecil mirip kantung senjata yang ia gunakan untuk menyimpan buku tersebut.

Setelah selesai menyiapkan peralatan sekolahnya, Naruto melangkah menuju dapur untuk menyiapkan sarapannya. Naruto berhenti didepan sebuah meja kecil yang memiliki panjang 1 meter dan sebuah laci kecil dibawahnya. Kemudin membuka laci kecil itu dengan tangan kanannya. Didalamnya terdapay ramen cup instan yang jumlahnya hanya tinggal satu buah saja. Naruto berdiri memandang ramen cup didepannya dengan perasaan sedih, lesu, dan pasrah yang bercampur menjadi satu.

"Hah...hanya tinggal satu. Kalau begitu aku harus membeli lagi di Ichiraku Ramen ttebayyo.. Padahal aku sudah tak punya uang lebih lagi..."

Beberapa detik berlalu, Naruto masih terdiam menatap ramen cup didepannya. Sesaat kemudian senyum lebar kembali terukir diwajah lugu Naruto.

"Yosh... Aku tak akan menyerah. Suatu hari nanti aku akan menjadi Magician kelas SS dan mendapat banyak uang. Jadi aku tak perlu khawatir lagi ttebayyo..." kata Naruto penuh semangat dengan mengepalkan kedua tangannya.

Kemudian mengambil ramen cup tersebut, memasaknya, kemudian duduk dimeja makan dan memulai acara sarapan paginya.

07.20 AM

Masih tersisa 40 menit sebelum jam pelajaran dimulai. Tahun ini adalah tahun kedua Naruto belajar di KMK Academy. Disekolah ini para murid yang masih anak anak diajarkan teknik dasar penggunaan Hawki dan beberapa teknik sihir kelas rendah.

Akhirnya, Naruto selesai dengan sarapannya. Dia segera memakai sepatu yang biasa dia kenakan ( sepatu standard shinobi seperti dalam animenya ). Kemudian berlari masuk kekamar mengambil kantung yang berisi bukunya tadi dan langsung meloncat keluar jendela bergegas menuju sekolahnya.

Di Kelas..

Naruto terlihat tengah duduk sendiri dibangkunya. Dia membaca buku miliknya sambil sesekali melirik teman temannya yang tengah mengobrol satu sama lain. Dikelas Naruto ini ada beberapa mirid populer, diantaranya Sasuke Uchiha yang terkenal karena ketampanan dan kecerdasannya. Kemudian Sakura Haruno dan Ino Yamanaka yang terkenal karena kecantikan mereka. Lalu Akimichi Choji yang terkenal karena nafsu makannya yang besar. Dan yang terakhir Nara Shikamaru yang terkenal karena kamalasannya. Dikelas itu selain mendengar berbagai obrolan teman temannya, Naruto juga memdengar beberapa anak disana yang berbisik bisik dengan menatap benci kearah Naruto.

"Oi..oi... Kenapa dia masih sekolah disini.. Diakan tidak bisa menggunakan satupun teknik sihir.."

"Heh.. Jangankan sihir, menggunakan Hawki saja dia tidak bisa..."

"Ya benar.. Membuat malu sekolah kita saja.."

Cemoohan dan penghinaan, itulah yang didapat Naruto setiap hari. Baik itu disekolah maupun dilingkungan sekitarnya, semuanya sama saja. Alasannya tak lain adalah karena Naruto tak mempunyai Hawki yang otomatis membuat Naruto tak bisa menggunakan kekuatan sihir apapun, sehingga menyebakan dirinya dianggap aib bagi desa dan juga negaranya. Tapi satu kata Naruto menanggapi hinaaan orang orang disekitarnya, dia ' tidak peduli'. Semua itu hanya dianggap angin lalu bagi Naruto. Menurutnya tidak ada gunanya kasih sayang dari banyak orang jika kasih sayang itu hanya didepan saja orangnya saja karena pangkat atau jabatan atau bisa dibilang kasih sayang palsu ataupun semu. Tapi lebih baik kasih sayang hanya dari satu orang saja tetapi diberikan dengan tulus tanpa memandang apapun atau siapapun orang yang dikasihi. Dan orang yang Naruto maksud adalah sang Sandaime Hokage sendiri, Hiruzen Sarutobi.

Bagi Naruto Sandaime merupakan orang yang sangat berharga. Dia adalah satu satunya orang yang mau merawat dan menjaga Naruto sejak lahir. Memberi Naruto tempat tinggal, membiayai hidupnya selama ini, dan yang paling penting memberi Naruto kasih sayang yang tulus bagaikan dari orang tua kepada anaknya meskipun keduanya tak ada ikatan darah. Saat Naruto bertanya kenapa Sandaim mau melakukan hal ini pada dirinya, Sarutobi hanya menjawab "Pada dasarnya semua orang itu adalah saudara dan aku sudah menganggapmu sebagai bagian dari keluargaku sendiri Naruto."

Kembali terfokus kebuku yang dia baca, Naruto mengalihkan perhatiannya saat ada seseorang yang menghampiri dirinya. Dan dia adalah Nara Shikamaru, teman dekat Naruto.

Shikamaru kemudian duduk dikursi didepan meja Naruto. Dagunya dia letakan diatas meja dengan kedua tangan sebagai bantalan.

"Naruto kau sedang membaca buku apa?" tanya Shikamaru yang mulai menguap.

"Aku sedang membaca buku tentang beberapa jenis Magic.." jawab Naruto yang masih terlalu fokus pada bukunya.

Mungkin jawaban Naruto terdengar aneh. Mungkin ada yang heran 'untuk apa Naruto membaca buku Magic, padahalka dia tak bisa menggunakannya..'. Tapi tidak dengan Shikamaru. Walaupun Shikamaru tidak tahu apa alasan Naruto membaca buku seperti itu, tapi dia tidak bingung ataupun heran. Dia tidak tahu dan tidak mau tahu.

"Hoam... Kalau aku menganggap hal seperti membaca buku adalah hal yang membosankan dan merepotkan. Aku lebih suka tidur sambil menatap indahnya langit dari pada harus membaca buku. Hoam..." balas Shikamaru yang menguap lebar kemudian meletakkan kepalanya diatas meja dan menutup mata lalu tertidur.

"Terserah."

KRINGG...KRINGG...

Bel masuk telah berbunyi. Menandakan jam pelajaran telah dimulai. Semua murid segera duduk ditempatnya masing masing, oh maaf semua murid kecuali Shikamaru yang masih tertidur pulas. Tak lama kemudian masuklah seorang guru yang merupakan wali kelas mereka, Umino Iruka. Dan dimulailah pelajaran Naruto hari ini.

Matahari sudah berdiri tegak diatas kepala. Menandakan bahwa waktu sudah memasuki tengah hari. Dan dijalanan Konoha yang suah agak sepi terlihatlah seorang bocah yang kita kenali, Uzumaki Naruto.

Naruto berjalan santai dengan kedua tangan diletakkan dibelakang kepala. Pakaian Naruto terlihat lusuh dan kotor disana sini, karena latihan fisik yang dia lakukan setelah jam pelajaran usai dua jam lalu. Naruto tak menghiraukan tatapan tajam penuh kebencian warga desa disekitarnya yang tertuju padanya. Dirinya tetap mencoba berfikir positif tentang semua itu, dan tetap fokus kearah tempat yang dituju, Kantor Hokage.

Tiba tiba saja Naruto merasakan tubuhnya terasa sakit dan nafasnya mulai sesak. Saat Naruto membuka matanya, ternyata ada seorang pria mencengkram kuat lehernya dan menghantamkan dirinya ke tembok disamping dirinya. Naruto memcoba memeberontak dengan menendangkan kedua kakinya ke orang itu, tapi tidak ada gunanya karena kakinya tidak sampai.

"To-tolong.. Le-lepaskan aku..."

Pria tersebut mulai mengendorkan cengkraman tangannya dan membuat jatuh tubuh Naruto ketanah. Saat Naruto merasakan cengkraman tangan kekar itu sudah lepas, Naruto segera menarik nafas panjang untuk mengisi pasokan udara yang terasa sudah habis.

Selesai menghirup udara, Naruto lalu menatap tajam orang yang hampir membunuhnya tadi.

"Apa yang kau lakukan orang tua sialan. Apa salahku padamu?"

Orang didepan Naruto hanya berdecih kemudian menjawab pertanyaan Naruto.

"Apa salahmu padaku huh? Kau bukan hanya bersalah padaku saja, tapi juga kepada semua orang dinegara ini. Keberadaanmu menjadi aib bagi kami semua disini.."

Tiba tiba saja beberapa orang kembali muncul dari belakang pria itu dan ikut menyahut.

"Ya benar, kau hanya membuat malu para Magician diseluruh dunia.."

"Kau itu lebih baik dibunuh saja!"

Salah satu dari orang orang itu maju kemudian kembali mengangat kasar Naruto dengan mencengkram kerah bajunya. Lalu mengeluarkan sebuah kunai dan mengarahkan kunai itu kejantung Naruto.

"Bagaimana kalau aku membuat lubang disini hm.."

Tiba tiba saja ada suara yang membuat orang orang yang tengah menyiksa Naruto menoleh dan menghentikan semua yang mereka lakukan.

"Hentikan semuanya.. Dia tidak salah apapun."

Perkataan itu datang dari seorang pria dengan rambut silver seperti uban. Wajahnya ditutupi oleh masker sehingga hanya menampakan kedua matanya saja. Dimata kirinya terdapat luka seperti bekas sayatan pedang dari bawah keatas. Dia memakai celana hitam panjang dengan pakaian hitam panjang pula yang dilengan kananya terdapat lambang Konoha. Juga sebuah rompi biru gelap yang menutupi bagian tubuhnya dengan lambang konoha berwarna kuning keemasan didada kirinya, menandakan bahwa dia adalah seorang Magician kelas S. Pria ini bernama Hatake Kakashi.

"Kakashi-san ada apa anda kemari? Disini bukanlah tempat yang pantas untuk orang berkelas seperti anda." Ucap salah seorang dengan penuh rasa hormat yang bercampur sedikit takut.

"Yare yare. Tapi bisakah kalian lepaskan bocah itu. Dia tidak bersalah."

"Tapi Kakashi-san bocah ini hanya membawa aib bagi Konoha. Lebih baik dia dihabisi saja, dengan begitu kami demua aka-"

"MATI."

Satu kata dari Kakashi sukses membuat semua orang disana berdiri kaku. Semua berdiri dengan keringat dingin yang bercucuran. Merasa itu berhasil, Kakashi kemudian mencairkan suasana.

"Baiklah nak, kau bisa pergi sekarang."

Naruto yang pertama sadar segera membungkuk berterimakasih pada Kakashi kemudian berlari menuju tempat tujuannya semula, Kantor Hokage.

Dikantor Hokage.

Naruto tengah berjalan dilorong ruangan dengan kedua tangan masih diletakan dibelakang kepala beserta pakaian lusuh yang masih belum berganti.

Langkahnya terhenti didepan sebuah pintu berwarna hijau gelap dan bertuliskan 'Hokage Room' diatasnya. Tangannya dia ulurkan kegagang pintu, berniat membuka pintu tersebut. Naruto membatalkan niatnya karena mendengar pembicaraan penting dari dalam ruangan. Karena penasaran, Naruto memutuskan untuk menempelkan telinga kanannya dipintu guna menguping pembicaraan tersebut.

Didalam Hokage Room

Disana terdapat dua sosok yang terlihat sudah terlihat cukup tua. Salah satunya sedang berdiri dihadapan sosok lain yang tengah duduk dikursi Hokage, yang tak lain adalah Hiruzen Sarutobi.

Sosok yang berdiri dihadapan Sandaime Hokage memiliki wajh dengan kulit sawo matang, mata tajam, rambut hitam kusut dan perban yang menutupi kepala bagian kanannya beserta mata kananya. Dia juga memiliki bekas luka berbentuk x di dagunya. Dia mengenakan kemeja putih, dengan jubah abu-abu hitam yang menutupi tubuhnya sampai kaki, dan lebih tinggi dari bahu kanannya. Dia juga membawa sebuah tongkat kayu yang dipegang ditangan kanannya. Sosok itu bernama Shimura Danzo.

"Hiruzen, secepatnya kau harus membuang anak itu. Dia hanya menjadi aib bagi desa dan negara ini.."

Sandaime diam sesaat. Duduk tenang diatas kursinya. Kedua telapak tangannya ia kaitkan dan dia letakan didepan kepala sehingga menutupi wajahnya dan hanya menampakan kedua mata miliknya.

"Tidak bisa Danzo.. Aku tidak akan pernah membuang Naruto. Aku sudah menggapnya sebagai bagian dari keluargaku sendiri. Aku akan merawatnya sampai aku mati nanti."

Disisi lain, Naruto yang mendegar pembicaraan itu dari luar ruangan membulatkan matanya tak percaya. Naruto tak percaya bahwa Sandaime menolak perintah dan memlih membela dirinya. Meskipun Sandaime tahu, jika lawan bicaranya adalah pimpinan ANBU NE yang merupakan pelindung sekaligus kaki tangan para Daimyou yang bisa melakukan apapun pada Sandaime. Termasuk membuat Sandaim jatuh dari tahtanya.

Naruto mengusap kasar air mata yang mulai mengalir dari kelopak matanya dan kembali menyimak pembicaraan tersebut.

Kembali kedalam ruang Hokage. Danzo diam sesaat memandang datar Sandaime yang ada didepannya, yang juga merupakan teman masa kecilnya.

"Dengar Hiruzen, aku mengenalmu sejak dulu dan aku tahu perasaanmu saat ini. Tapi... Ini adalah perintah dari para Daimyou Konohagakure. Mereka membenci bocah itu karena dia lemah dan tak memiliki Hawki. Dan kau pasti tahu bahwa seluruh penduduk disini juga menginginkan keberadaan bocah itu dihapuskan. Jika kau terus membela bocah itu dan melawan perintah Daimyou maka...jabatanmu sebagai Hokage bisa dicopot..." menggantukan kalimatnya, Danzo kemudian berbalik membelakangi Sarutobi "...dan dengar Hiruzen, aku akan memberimu waktu dua hari untuk membuang bocah itu. Jika dalam dua hari aku masih melihatnya ada di Konoha maka aku pastikan bahwa aku sendirilah yang akan membunuhnya.." lanjut Danzo kemudian menghilang dari Kantor Hokage bagaikan angin.

Danzo pergi meninggalkan Sarutobi yang duduk termenung dikursinya memikirkan tindakan apa yang harus dia lakukan. Jika dia tersu membela Naruto maka jabatannya sebagai Hokage akan dicopot dandari situlah kehancuran Konoha akan dimulai. Karena belum ada yang pantas untuk menggantikan posisinya sebagai Hokage saat ini. Tapi jika dia membuang Naruto maka jabatannya akan tetap aman dan Konoha juga akan tetap baik baik saja, tapi Sarutobi tidak akan bisa untuk membiarakan Naruto dibuang dari desanya sendiri. Tidak, dia tidak sekejam itu.

"Hah...apa yang harus aku lakukan sekarang..." gumamnya pelan.

Disisi lain Naruto yang berdiri diluar ruangan menunduk menatap tajam penuh kebencian lantai dibawahnya. Giginya menggertak, kedua tangannya mengepal erat. Naruto tak menyangka sebegitu inginkah orang orang membuangnya , sebenci itukah orang orang padanya. Hingga mereka ingin membuang bahkan membunuh dirinya, dan terlebih lagi menggunakan orang terdekatnya untuk melakukan itu. Akhirnya Naruto memustuskan untuk segera berlari meninggalkan kantor Hokage dan menuju apartementnya.

Diapartement Naruto..

BRAKK..

Naruto menendang kasar pintu kamarnya, membuat engsel pintu tersebut lepas dari tempatnya. Segera berlari dan membaringkan tubuhnya diranjang . Membenamkan wajahnya dibantal yang baru saja basah karena menerima air mata yang mengalir deras dari kedua matanya.

"Hiks... Kenapa..? Kenapa..? Kenapa hidupku salalu seperti ini hiks... Kenapa...?" kata Naruto yang terdengar pilu bersamaan dengan air mata yang semakin deras keluar.

"Tidak. Aku tidak tahan lagi hidup ditempat busuk ini. Dikelilingi oleh orang orang yang membenciku, tidak aku sudah tidak ingin lagi. Jika aku pergi nanti maka Sandaime akan tetap menjadi Hokage dan seluruh penduduk disini akan bahagia.. Tapi bagaimana caranya..."

Naruto kemudian bangkit dan duduk diatas ranjang miliknya. Air mata yang sebelumnya mengalir deras kini telah berhenti. Sorot mata yang semula sedih berganti dengan sorot mata yang dipenuhi kebencian.

"Binggo. Aku tahu caranya..." ucap Naruto disertai dengan seringaian menempel dibibirnya.

Segera menghapus air matanya Naruto kemudian bergegas menuju lemari kecil disudut ruang tidurnya. Membuka pintu lemari tersebut dan memfikuskan pandangan kebagian atas lemari itu. Menemukan barang yang dicari Naruto langsung meraih dan membawa keluar barang tersebut, yang ternyata adalah sebuah celengan kain berbentuk katak berwarna hijau.

Membuka celengan miliknya Naruto menemukan sejumlah uang didalamnya. Tersenyum simpul melihat uang tersebut kemudian mengambilnya dan beranjak meninggalkan apartementnya.

Naruto berjalan dengan sedikit cepat. Dia menghentikan langkahnya didepan sebuah toko. Diatas toko itu terpampang tulisan yang merupakan nama toko tersebut. Yaitu Konoha Weapon Shop.

Naruto kembali tersenyum sebelum melangkah masuk kedalam toko.

Didalam sana terdapat banyak sekali senjata yang terpajang dirak yang menempel ditembok ataupun didalam lemari kaca yang diletakan sejajar didalam sana. Disana juga ada seseorang yang duduk dikursi dibelakang meja kasir. Dia adalah penjaga toko tersebut, Tenten.

Naruto kembali tersenyum saat melihat temannya tersebut. Berjalan santai dengan senyum lebar yang masih terukir diwajahnya, Naruto kemudian berhenti dan duduk dikursi tepat didepan meja kasir.

"Ohayoo Tenten. Tumben kau yang menjaga toko. Biasanya ibumu yang menjaga toko ini." Sapa Naruto dengan senyum yang berganti cengiran.

"Oo Naruto ya.. Ibuku sedang ada urusan penting, jadi aku dengan terpaksa harus menjaga toko ini.." Jawab Tenten pelan menatap biasa Naruto sambil memainkan kunai digenggamannya.

"Ou souka.." ucap Naruto dengan menepuk telapak tangan kanan yang mengepal ke telapak tangan kiri yang terbuka lebar.

"Tumben kau datang kesini Naruto. Ada urusan apa kau kesini?"

"Hm... Soal itu... Aku kesini ingin membeli beberapa kertas mantra. Apa masih ada yang tersisa?"

"Oo tenang saja, masih ada banyak. Berapa yang kau butuhkan?"

Naruto meletakan telunjuknya didepan dagu dan memasang mode berfikir. "Hm.. Aku hanya punya 10000 ryo. Berapa yang bisa kudapat dengan ini?"

"Baiklah kau tunggu disini sebentar. Akan aku ambilkan." Tenten kemudian berjalan mengambil barang yang dibutukan Naruto yang berada dilemari disudut tokonya dan tanpa menjawab pertanyaan Naruto.

"Ini..." Tenten yang sudah mengambil kertas mantra yang Naruto maksud, lalu meletakan 5 lembar kertas mantra itu diatas meja.

"Um.. Baiklah. Ini uangnya. Terimakasih Tenten. Jaa nee..."

Naruto kemudian melangkah keluar setelah mendapat apa yang dicari sambil melambaikan tangan kearah Tenten yang juga membalas dengan lambaian tangan pula.

Tersenyum puas saat sudah keluar dari toko Tenten, Naruto kemudian membuka dan melihat lagi barang yang dia beli.

"Baiklah, kurasa ini cukup. Aku akan memulainya nanti malam.." gumam Naruto pelan disertai seringaian kecil dibibirnya.

Konoha 09.00 PM

Suasana malam itu tak seperti biasanya. Yang pada hari biasa sunyi dan sepi malam ini berganti menjadi ramai dan penuh kepanikan. Mereka berteriak teriak panik disekeliling rumah yang terbakar hebat. Rumah yang merupakan tempat tinggal Naruto. Disana juga terlihat banyak anggota Hidden Leaf Magician Police tengah berusaha memadamkan api yang terus membakar dan merembet kesekitarnya. Disana juga terlihat beberapa warga yang membicarakan tentang kebakaran malam ini.

"Hoi bukankah ini tempat tinggal bocah Uzumaki sialan itu...?"

"Iya kasihan sekali dia. Apa dia baik baik saja sekarang?"

"Ck untuk apa kasihan pada bocah sialan seperti dia. Dia hanya menjadi aib bagi desa ini. Jadi jangan kau perdulikan dia."

"Benar benar. Aku lebih suka kalau dia mati terpanggang didalam sana.."

"Sayang sekali kalau dia mati. Padahal aku ingin membunuhnya sendiri siang tadi, tapi dihalangi oleh Kakashi-san."

Disisi lain Sandaime yang tengah bekerja dikantornya, dikejutkan dengan terlihatnya kobaran api besar dari jendelanya. Dia tahu betul arah kobaran api itu. Raut wajahnya penuh kekhawatiran dan kecemasan.

"Naruto..."

Disisi lain. Disebuah pohon besar yang tak jauh dari desa Konoha. Terdapat Naruto yang berdiri diatas salah satu batangnya dengan menggendong tas ransel kecil. Matanya menatap puas asal kobaran api yang muncul, yaitu apartementnya sendiri.

"Hm.. Bagus sekali Naruto. Kau cukup pintar. Melakukan pembakaran sebagai alat untuk menutupi semua jejak dan bukti bukti. Kau benar benar jenius..." batin Naruto puas.

Kembali fokus kearah kebakaran. Raut wajah senang kini berganti menjadi raut wajah serius.

"Aku akan pergi. Aku tidak akan membuat Konoha malu lagi. Tapi... Suatu hari nanti aku akan kembali. Akan kubuat semua orang yang menghinaku menarik kembali kata katanya. Akan aku buat seluruh orang didunia tahu kekuatanku yang seseungguhnya saat aku kembali nanti. Dan yang terpenting...akan aku buat Sandaime bangga dan hidup bahagia selamanya setelahnya. Kebaikan akan dibalas kebaikan. Sedangkan kebencian akan dibalas kebencian pula." Kata Naruto datar bersamaan dengan tiupan angin malam dan jatuhnya beberapa dedaunan yang seakan mengiyakan perkataan Naruto.

Dan malam itu pula Uzumaki Naruto menghilang secara misterius tanpa jejak dan bukti bukti dari Konoha.

To be Continue...

Untuk mencegah kebingungan dichap berikutnya nih author kasih omake, biar tak terlalu bingung

OMAKE:

1 Years later...

Disebuah pulau yang terlihat tak berpenghuni. Pulau tersebut dikelilingu oleh samudra yang begitu luasnya. Dipenuhi dengan pepohonan raksasa diseisi pulau. Disana hanya terlihat burung burung camar beterbangan dilangit dan beberapa kepiting dibibir pantai. Namun rupanya semua itu tidaklah benar. Jika diperhatikan lebuh jelas, ditepi pantai terbaring seorang bicah berambut pirang, Naruto.

Perlahan Naruto mulai membuka matanya, perlahan bangkit dan menatap sekelilingnya.

KESADARAN 15%

KESADARAN 40%

KESADARAN 75%

KESADARAN 95%

KESADARAN 200%

"HUWAAAA! DIMANA AKU TEBAYYOUUU!"

Berteriak sekencang kencangnya yang hanya dibalas suara burung camar diangkasa. Menghela nafas pasrah, Naruto mengutuk dirinya sendiri. 'Betapa menyedihkannya hidupku tebayyo...'.

KRIUKKK...

Naruto memegangi perutnya yang terasa SANGAT LAPAR. Mulai berdiri dan melihat puluhan pohon dibelakangnya Naruto mengangkat satu alisnya.

"Aneh.. Padahal pohonya besar sekali.. Tak ada satupun buah dipepohonan itu.." batin Naruto.

Menatap keangkasa siapa tahu ada hujan ramen (ngipi kali) Naruto memfokuskan pandangannya itu kesebuah pohon yang terlihat lebih besar dan tinggi dari pohon lainnya, mungkin 100 m. Dan disana terdapat buah yang cukup besar dibagian hampir puncaknya.

GLEK.. Menelan ludah melihat makanan jauh didepan sana yang terlihat enak, tapi sangat terlihat mustahil untuk bocah tanpa sihir seperti Naruto. Tak berfikir lama Naruto segera berlari dengan kencangnya mengalahkan kecepatan ceitah BUSET.

Menatap dari bawah pohon tersebut yang terlihat begitu tingginya dan diatas sana terlihat awan hitam yang begitu gelap, Naruto mulai ragu apakah dia bisa menggapai buah diatas sana. Mengingat dirinya akan mati jika kelaparan Naruto langsung membulatkan tekadnya tersebut. "Aku harus memanjat, jika aku jatuh dari sana pasti mati. Tapi... Jika aku terus berdiam diri aku pasti juga mayi kelaparan tebayyo.." batun Naruto.

SKIP..

Naruto kini bersandar diatas batang pohon raksasa tersebut, yang ukurannya pun juga raksasa. Tersenyum puas menatap buah aneh digenggamannya, Naruto mulai membayangkan betapa enaknya rasa buah ini. Buah itu dia angkat tinggi seraya berkata.

"ITADAKIMASS.."

Tanpa basa basi Naruto melahap utuh buah tersebut dan menelannya bulat bulat (macam ular aja -_-). Kemudian bersandar dipohon dibelakangnya. Tak lama kemudian merasakan gejolak luar biasa dalam tubuhnya. Sebuah perasaan atau bisa dibilang kekuatan yang belum pernah dia miliki sebelumnya, tapi Naruto tahu betul kekuatan ini dari buku buku yang dibacanya. Mengangkat kedua tangannya dan menatapnya penuh tanda tanya.

"Ini... Aku merasaknnya... Kekuatan yang sangat besar... HAWKI!"

••••••••••••••

••••••••••

••••••

••••

•••

••

Hallo gimana readers? Sehat? Author harap para readers sehat sehat aja karena author juga sehat disini.

Ngomong soal story diatas gimana bagus gak? Patut diterusin gak? Dan terimakasih buat udah yang mau membaca story saya diatas.

Berhubung ini cerita pertama saya diakun ini maka saya minta tanggapan kritis, kritikan, saran atau apapun yang sifatnya membangun demi kelanjutan story ini.

Sekian saja dari saya

SEMAKIN BANYAK REVIEW SEMAKIN CEPAT UPDATE..!