WHO AM I ?

Happiness .. what they may be present in my live ?

Welcome To My Story Line Area

Presented by ©Yeoristaa00

Disclaimer : Casts belong to god

.

Do kyung soo (EXO-K) || Taeyeon (SNSD) || EXO-K member (in the next cha

[ Increased other cameo in each chapter ]

Live , Hurt – Comfort, Family, Tragedi.

A/N : [WARNING] typos, bad sentence, and i'm sorry if the plot was really mess. For information, This is my first fanfiction published here.

Therefore.. I Hope You Like This Fanfic AND Enjoying the Story !

HAPPY READING !

.

.

PROLOGUE

^...^


"Aku bahagia. Namun, kebahagiaan itu terasa hampa"

"Aneh, aku masih bisa merasakannya. Bahkan aku lupa bagaimana caranya tersenyum yang benar"

"Akankah kebahagiaan yang utuh merayap memasuki tubuh lalu menetap di hati dan jiwaku ini ?

Who am i ?

Suasana pagi itu kian menghangat. Suara hembusan angin terdengar samar. Seorang pria duduk di bawah pohon besar. Tatapan matanya jatuh pada rerumputan yang bergoyang mengikuti arah angin. Jam baru menunjukan pukul 9.30 pagi namun semangat pria yang kerap disapa D.O itu sudah berkurang.

"Panas sekali disini !" serunya memecahkan keheningan. Wajahnya memerah seiring teriknya matahari pagi menyinari bumi. Butiran peluhnya menetes di sekitar wajahnya. Spontan, jari jemari D.O beserta punggung tangannya mengusap hampir seluruh bagian wajahnya.

Ia kembali pada posisi semula, matanya kembali menatap kosong. Namun kini tatapan matanya jatuh pada sebuah pintu berwarna coklat pada sebuah bangunan yang ia sebut sebagai -Rumah- .

"D.O !" seru seseorang dari balik pintu. Kening D.O mengerut, tatapan matanya jatuh pada seorang wanita yang tak asing baginya. Dia berjalan menghampiri D.O dengan membawa sebuah tas besar yang entah berisi apa ? Ia tersenyum kepada D.O, "Apa kau yakin akan melakukan ini ? Apa kau tidak akan menunggu sampai mereka datang menjeputmu ?" Ucap wanita yang biasa menemani hari-hari D.O.

D.O tersenyum. "Noona, bukankah kita sudah membicarakan ini sebelumnya ?"

"Baiklah..." Ucap wanita yang di panggil Noona oleh D.O barusan. Wajahnya sangatlah cantik, namun matanya terlihat sembab.

D.O menghirup udara yang berhembus disekitarnya. Degup jantungnya memompa lebih cepat dari biasanya. Ia berusaha berfikir, merangkai kata – kata yag akan ia ucapkan kepada wanita bernama TaeYeon itu. Ia menarik nafas panjang seiring mulutnya terbuka.

"Kau sudah membantuku selama ini, kurasa itu sudah cukup." D.O membuang nafas, lalu meraih tas besar yang dibawa oleh TaeYeon tadi.

"Terimakasih, Noona. Keputusanku sudah bulat. Aku telah menyiapkan ini sebelumnya, dan sudah ku fikirkan secara matang – matang. Bagaimanapun juga, hidupku tidak akan lebih baik disini." Ucap D.O menatap dalam noona nya. TaeYeon hanya diam, berdiri terpaku memandang D.O.

Wajah pria ini seakan membawa beban dalam hidupnya. Bila diibaratkan, hidupnya seperti kapas putih yang rapuh. Sulit baginya untuk menampung beban dikemudian hari. Masih banyak yang harus ia pahami untuk melewati hidupnya. –berdiri tanpa sandaran akan aku lakukan- batinnya.

TaeYeon menatap wajah D.O yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri. Melepas kepergian orang yang selalu bersamanya memanglah hal terberat untuk TaeYeon. Tak terasa cairan bening menetes dari pelupuk mata TaeYeon.

"Jaga dirimu baik – baik, D.O. Carilah apa yang ingin kau cari. Aku yakin, kau pasti bisa menghadapi semua ini tanpa bantuanku lagi." Ia tersenyum lalu menundukan kepalanya. D.O tahu, ini pasti berat bagi wanita yang ada di hadapannya itu. Ia mengangkat dagu TaeYeon dan senyum menyertainya. Matanya membulat saat melihat butiran air mata TaeYeon yang menderas.

"Aha~ Akhirnya aku dapat melihat kau menangis, noona. Ternyata wajahmu terlihat lebih manis saat menangis." D.O berusaha menghibur TaeYeon. Namun, Air mata TaeYeon malah makin menderas akibat kata – kata D.O barusan.

"Hey.. Sudahlah ! Noona, aku lebih senang melihatmu tersenyum. Tahu kah kau ? Air matamu terlalu berharga untuk kau teteskan jika hanya untuk kepergianku. Sudahlah, masih ada banyak hal yang harus kau kerjakan didalam. Chaje pasti sudah menunggumu didalam. Oh ya, Noona.. Jangan lupa untuk selalu mengingatkan mereka terhadap lagu yang aku selalu nyanyikan bersama mereka ya." D.O tersenyum hangat kepada TaeYeon. Lalu ia mengusap air mata TaeYeon yang masih masih diam seribu bahasa.

"Kau tahu D.O ? Aku sangat menyayangimu." Ujar TaeYeon tanpa menatap D.O namun dengan nada yang serius.

"Aku tahu itu. Dan akupun begitu. Setelah Eomma tak ada, kau yang selalu merawatku. Tak ada yang bisa kulakukan selain menyayangimu." D.O merasa bersalah karena telah meninggalkan satu – satunya orang yang ia sayang selain kedua orang tuanya yang tak pernah ia lihat selama bertahun tahun lamanya.

Sebuah senyuman tersungging dari bibir mungil TaeYeon. "Hey, kau hanya membuang – buang waktu disini. Jarum jam akan terus berputar D.O. kau tak ingin kehilangan untuk yang kedua kalinya kan ? aku tidak akan menangis lagi. Kau sudah dewasa dan aku yakin kau dapat memilih keputusanmu sendiri. Tapi... aku tidak yakin dengan..." ujar TaeYeon menggantung. Ia kembali menundukan kepala. D.O mengerutkan keningnya, darahnya berdesir cepat seiring kata demi kata yang terlontar dari mulut TaeYeon. Dan, D.O lupa dengan sesuatu.

"Noona, aku bisa melakukannya. Kau tak usah khawatir dengan keadaan fisikku yang tak memungkinkan ini. Aku sudah menulis semuanya, semua yang akan menghantarkanku pada apa yang aku inginkan. Dan aku tak akan kesulitan." D.O mulai serius.

"Baiklah, aku tidak akan khawatir. Tapi, bisakah aku meminta satu permohonan kepadamu ?" Tanya TaeYeon dengan mimik wajah yang tak biasa.

"Tentu, apa yang kau inginkan dariku ?" Jawab D.O dengan nada santai.

"Peluklah aku untuk yang terakhir kalinya." TaeYeon tampak berharap agar D.O dapat menuruti permohonannya. D.O menatap tajam TaeYeon , dengan alis terangkat sebelah.

"itu saja ?" Tanya D.O. TaeYeon mengangguk sebagai jawaban. Lalu..

"Kemarilah !" D.O mulai melebarkan tangannya dan TaeYeon pun langsung mendekat untuk menerima pelukan D.O.

"Kapanpun kau memintaku untuk memelukmu, kau bisa mendapatkannya." Mendengarkan kalimat – kalimat D.O itu, kalimat yang akan selalul dirindukan oleh TaeYeon suatu saat nanti. TaeYeon pun tersenyum dan semakin mempererat pelukannya.

"Aku cukup senang kau tak menolak permohonanku." TaeYeon melepas pelukannya. Senyum masih dibibirnya. D.O membalas senyuman itu.

"Emmm.. akupun ingin meminta sesuatu padamu noona.. tolong jangan pernah lupakan aku, sampai kapanpun." Ucap D.O miris. TaeYeon menatap kedua bola mata D.O begitu dalam, sendu. Entah apa yang ia rasakan saat ini. TaeYeon tak mampu berucap lagi. Mulutnya seperti terbungkam, terisolasi oleh rasa sedih yang tak pernah terbayangkan oleh TaeYeon sebelumnya. Iapun hanya bisa mengangguk untuk membalas ucapaan D.O.

"Baiklah, TaeYeon Noona ! Yeoreo gagiro gomaweoyo !" D.O pun membungkuk an badannya, diikuti oleh TaeYeon. D.O pun berbalik dan berjalan perlahan meninggalkan TaeYeon dan kediamannya.

.

.

.

D.O pergi meninggalkan TaeYeon, karena ia ingin mencari kedua orang tuanya yang selama bertahun – tahun meninggalkannya di tempat yang penuh sesak dengan anak – anak malang yang sama dengan D.O. Mereka hidup tanpa orang tua, tanpa ayah ataupun ibu yang seharusnya menyayangi dan mencintai mereka sepenuh hati. Namun, nyatanya mereka tak mempunyai rasa itu sama sekali. Untunglah mereka bertemu dengan sosok ibu yang amat sangat bermurah hati ingin merawat mereka hingga dewasa, ia adalah ibu dari TaeYeon.

D.O merasa beruntung dapat bertemu dengan TaeYeon dan Ibunya. Kedua wanita yang kuat dan tegar dalam menjalani hidup tanpa sesosok ayah maupun Suami yang bertugas mencari nafkah untuk keduanya. Dan kini TaeYeon harus menerima kenyataan pahit bahwa ibunya telah tiada, dan yang kini menafkahi anak – anak malang itu adalah TaeYeon.

D.O berjalan pelan menapaki jejaknya menuju kehidupan barunya. Matanya menatap lurus kedepan, dengan harapan. Kelak ia akan hidup bahagia bersama mereka, Orang tua. Ia menghela nafas sebelum akhirnya mengangkat kepalanya, melihat langit yang amat biru nan cerah pagi itu. Dia sadar. Untuk menatap langitpun rasanya tak pantas bila mengingat hatinya pun dipenuh kabut ketakutan, tak secerah langit yang ia lihat saat ini. Sebut saja matahari dan langitnya tengah mengejeknya sebagai manusia hina yang tak pantas untuk menatap mereka. Tapi, salahkan juga matahari dan langit yang sengaja memberi kelabu diatas cahaya saat D.O memandangnya. Ia hanya butuh kehidupan yang normal layaknya anak muda sepertinya. Ia hanya anak remaja yang tak berdosa, yang mencoba menemukan keluarganya yang tak pernah hidup dalam hatinya.

Sebenarnya D.O tak pernah mau untuk meninggalkan TaeYeon. Namun apa daya ? D.O pun manusia yang ingin merasakan hidup bersama orang yang pernah ikut andil dalam mendidik D.O dan merawatnya. Dengan segala kekurangan yang ia miliki, dan penyakit yang menggerogotinya. Ia tetap bertekad untuk mencari kedua orang tuanya, dengan bantuan sebuah foto dirinya juga kedua orang tuannya, apakah ia dapat menemukan mereka ? dan kembali berkumpul seperti dulu lagi ?

Aku datang.. Ibu.. Ayah..


Holaaaa everyone.. :) The prologue is end.

Okee.. gimana dgn prolog ini ? Bagus kah ? Lanjut kah ? Or.. ini semua tergantung readers semuaa.. End or Next ?

Tolong berikan review kalian ya, sebagai penunjang lanjutnya fanfic ini.. :)

Saran and kritik sangat diperlukan.. ^^

Please leave a critics in the review box

Thank you guyss ^^