Prolog

Si ikal yang jago olahraga.

"Oper ke sini!"

Sret. Bola bundar kemerahan itu berpindah dari sepasang tangan ke tangan yang lain. Decit sepatu yang bergesekan dengan lantai dibawahnya mengiringi gerakan kaki manusia dalam lapangan.

Duk duk duk. Bola kembali bergulir, berpindah ke tangan lain. Andaikan itu manusia, mungkin ia telah mengeluh keras-keras karena dilemparkan kesana kemari tanpa henti. Namun, nyatanya sebuah bola hanyalah benda mati yang tentunya tidak dapat mengeluh.

Pemuda bernomor punggung tiga belas terus bergerak dengan gesit sambil men-dribble bola di tangan kanannya. Matanya tidak lupa mencari-mencari celah yang bisa ditempati untuk menambah skor bagi timnya. Seringai tercetak di bibirnya saat mendapati posisi yang strategis untuk mendapat poin tiga.

"It's show time..."

Si nomor tiga belas berambut ikal kecoklatan itu menghentikan langkahnya lalu melompat dengan salah satu kakinya. Tangan kanannya menyesuaikan posisi bola dengan ring. Saat intuisinya berkata 'ya', si ikal melempar bolanya.

Dan... HUP! Bola masuk dengan indahnya ke dalam ring. Lemparan dari daerah tiga poin itu sukses.

"Yeah!" Sorak si ikal dengan bahagia.

Teettt. Mesin skor menunjukkan waktu permainan telah habis. Tim si ikal lebih unggul dari lawannya.

"Kita menang!" Satu persatu kawan se-tim dan juga official teamnya berhambur masuk ke lapangan lalu saling berpelukan. Tepukan riuh dari penonton menambah euforia kemenangan dalam lapangan indoor itu.

Sang pelatih menghampiri si pucat. Ia menepuk bahu anak itu. "Kyuhyun, aku bangga padamu!"

...

Suara indahnya membuatnya menjadi juara.

"PEMENANG KOMPETISI MENYANYI TINGKAT SMA TAHUN INI ADALAH..."

Kyuhyun yang berdiri di urutan kelima meremat jari-jarinya yang terasa dingin. Sebulan lalu ia ditunjuk oleh pembina ekskul seni musik untuk mewakili sekolahnya di kompetesi ini. Selama itu, ia sudah berlatih dengan giat dibimbing guru vokalnya. Bukannya sombong, hanya saja Kyuhyun merasa dirinya pantas untuk menang.

"Adalah..."

Ayolah. Kenapa MC acara ini sangat menjengkelkan. Tinggal sebut nama pemenang saja apa susahnya. Membuat jantungnya berdebar karena penasaran saja!

"CHO KYUHYUN DARI SMA HANGUK!"

Senyum Kyuhyun merekah. Ia membungkuk kearah penonton. Sang MC menuntunnya ke depan untuk menerima piala dan piagam. Begitu salah satu juri mengulurkan piala padanya, Kyuhyun menerima piala dengan bangga. Ia tersenyum dengan lebar.

Diangkatnya piala itu menggunakan sebelah tangannya. Aku menang, ibu, batin Kyuhyun sembari melirik salah satu penonton yang mengusap sudut matanya yang berair.

...

Jangan lupakan otak jeniusnya.

Ruang kelas yang hening itu terlihat membosankan. Guru pria paruhbaya yang masih mengoceh tentang logaritma itu membuat sebagian besar murid menguap lebar. Penjelasan membosankan dan mengundang kantuk, begitu batin murid-murid. Tak terkecuali Kyuhyun yang duduk di bangku belakang. Jika murid lain sedang berkelana menuju alam mimpi, Kyuhyun justru sedang berjuang melawan musuhnya.

Ctak ctak ctak. Jari-jari panjangnya bergerak dengan lincah di atas tombol-tombol yang sepertinya sudah dihapalnya. Daripada mendengar Guru Yun, lebih baik ia menuntaskan level terakhir permainannya. Itu lebih bermanfaat menurut Kyuhyun.

YOU WIN! Tulisan di layar kecil itu mengundang senyum di bibirnya.

"Kyuhyun-ssi..!" Senyum di bibirnya hilang, pasti Guru Yun memintanya maju. "Kerjakan soal ini!" Itu mutlak.

Dengan malas Kyuhyun melangkah ke depan kelas. Ia mengambil spidol dari tangan gurunya itu lalu mulai menulis angka-angka dan huruf-huruf -yang bagi murid lain terasa janggal. Tak sampai lima menit, Kyuhyun mengembalikan spidol tersebut. Kyuhyun kembali ke tempat duduknya. Guru pria dengan kumis lebat itu mengangguk-angguk saat mengoreksi jawaban yang Kyuhyun tuliskan. Agak lama karena penyelesaiannya sedikit rumit, bahkan hampir memenuhi permukaan papan tulis.

"Jawaban Kyuhyun-ssi benar."

DUAK! Pria paruh baya itu menendang salah satu meja muridnya yang terang-terangan tertidur saat jam pelajaran. Tak hanya satu murid yang terbangun, hampir seluruh murid yang tadi terkantuk-kantuk kini membuka matanya lebar.

"Silahkan mengerjakan tugas pada halaman empat puluh tujuh sampai lima puluh. Tulis option dan cara penyelesaiannya di kertas. Saya tunggu sampai jam terakhir."

Terdengar tarikan napas dan pekikan kecil dalam ruangan.

"Kecuali untuk Kyuhyun-ssi yang sudah menyelesaikan soal ini."

Satu-persatu murid mulai mengeluh. Hanya Kyuhyun yang duduk tenang di kursinya. Ternyata menjadi pesuruh guru berkumis tebal itu ada untungnya juga.

...

Dan... ia punya ayah dan ibu yang menyayanginya.

Wanita empat puluh tahun itu terlalu sibuk dengan masakannya sampai tidak menyadari ada sepasang kaki yang melangkah pelan kearahnya. Si pemilik sepasang kaki itu terkikik pelan.

Grep. "Pagi, ibu..."

"Astaga, Kyu! Kau mengagetkan ibu." Si tersangka hanya tersenyum jahil. Kyuhyun mengeratkan lengannya pada pinggang ibunya dan menyandarkan dagunya pada bahu kecil sang ibu.

"Ibu masak apa hari ini?" Tanya Kyuhyun tanpa menghiraukan seruan dari sang ibu. Cho Hanna tersenyum kecil lalu menepuk tangan Kyuhyun yang melingkari tubuhnya.

"Hanya nasi goreng dan telur mata sapi."

"Sepertinya enak."

Bau nasi goreng yang masih di penggorengan menggelitik lidah Kyuhyun. Perutnya menjadi lapar.

"Kyu, jangan mengganggu ibumu!"

Ah. Itu suara ayahnya. Kyuhyun merengut. Hanna melirik putranya dan tertawa kecil. Suaminya hapal kebiasaan Kyuhyun di pagi hari adalah mengganggu acaranya memasak.

"Pergilah ke ruang makan dulu."

Kyuhyun mengangguk. Ia melepas pelukannya dari tubuh ibunya. Dengan langkah panjangnya ia menuju ruangan yang terletak di samping dapur yang hanya disekati oleh dinding tanpa pintu.

"Ayah berangkat ke Incheon hari ini?"

"Ya. Mau titip sesuatu saat ayah pulang?"

Gelengan dari sang putra membuat Younghwan tersenyum. Ia kembali menyeruput kopinya.

"Cepat pulang saja. Saat kenaikan kelas, ayah harus pulang untuk mengambil raporku!"

Younghwan tertawa. Putranya yang duduk di kelas satu SMA itu tengah merajuk ternyata. Pasti karena pada semester satu yang lalu ia tidak bisa hadir untuk mengambil rapornya.

"Ayah usahakan, Kyu."

Sang ibu datang membawa sepiring besar nasi goreng. "Jangan merajuk. Ayahmu bekerja di perusahaan orang lain. Jadi, ayah harus menyesuaikan dengan atasannya." Ucapnya lalu duduk di salah satu kursi.

"Tapi kan itu perusahaan milik paman. Ayolah, ayah... Masa tidak bisa izin beberapa hari untuk putramu." Kekeuh Kyuhyun tak mau kalah. Pasalnya sejak masih kecil, selalu saja ibunya yang mengambil rapornya di sekolah.

Bukannya memelas melihat putranya yang merajuk, Hanna dan Younghwan justru tertawa. Kyuhyun semakin merengut. Ayah dan ibunya itu menyebalkan.

"Aish..."

...

Kyuhyun merasa kehidupan bersama ayah dan ibunya di rumah sederhana ini sudah lebih dari cukup. Ayahnya bekerja di perusahaan percetakan milik pamannya di pusat kota Incheon sebagai tangan kanan sang paman. Sedangkan ibunya membuka toko bunga kecil di samping rumah. Setiap hari Kyuhyun membantu memanen bunga yang ditanam di atap rumahnya.

Keluarga mereka tidak bisa disebut kaya. Namun, ibunya selalu bilang jika ukuran kaya atau tidaknya seseorang bukan diukur dari banyaknya materi. Justru seberapa banyak ia bersyukur bisa menandakan jika ia 'kaya'.

Kyuhyun anak tunggal dan karena itulah ia tanpa segan mencurahkan kasih sayang pada orangtuanya. Meski ayahnya hanya pulang dua bulan sekali, namun Kyuhyun selalu berkomunikasi baik dengan sang ayah.

Satu hal penting yang membuat Kyuhyun merasa cukup dengan kehidupannya. Ayah dan ibunya. Itu benar-benar lebih dari cukup.

...

TBC

Ini prolog fanfic baru yang akan kulanjut setelah ujian. Aku tahu masih punya hutang 3 fanfic yang belum kelar. Tapi, aku beneran pingin nerusin prolog ini. So, gimme your review, please!

March 6, 2017

With Love,

Jung Je Ah