Seorang gadis bersurai pink tengah menulis hasil penjelasan guru matematikanya yang tertera di papan tulis. Keadaan kelas saat itu sepi karena semua murid sibuk mencatat dengan khusuknya.

Namun ketika sedang menulis, tiba-tiba gadis tadi merasakan sesuatu yang hangat berhembus di lehernya. Rasanya agak geli, tapi gadis musim semi itu menghiraukannya, menganggap itu hanyalah angin panas dari luar yang tak sengaja mampir ke lehernya.

Tak lama setelah itu, ia merasa ada sesuatu yang mengecup lehernya. Seketika detak jantungnya berdetak begitu cepat dan memompa darah di dalam tubuhnya dengan kecepatan yang tak biasa. Ia ingin sekali menengok untuk melihat siapa yang melakukannya, tapi lehernya seketika terasa terlalu kaku untuk digerakkan.

Ia mencoba untuk fokus menulis ketika kecupan itu terlepas. Berusaha menganggap bahwa itu hanyalah khayalannya yang berlebihan akibat terlalu sering menonton drama korea dan lebih memilih untuk mengabaikannya. Tapi ia yakin, kecupan itu terasa begitu nyata untuk dapat disebut khayalan. Ada yang tidak beres, begitulah pikirnya.

Ia masih berusaha untuk terlihat sedang-sibuk-menulis ketika udara hangat kembali berhembus. Bukan lagi di lehernya, melainkan di telinganya. Lamat-lamat, terdengar sebuah bariton tepat di telinganya,

"aku mencintaimu."

Kali ini, jantungnya seperti akan melompat dari tempat yang seharusnya. Sungguh, ia berani bersumpah bahwa ia mengenali suara itu. Jantungnya yang berdetak tak karuan sama sekali tak membantunya untuk berpikir. Ia tak mengingat pemilik suara tersebut.

Di saat ia tengah berpikir keras untuk mengingat pemilik suara itu, sebuah rambut keperakan mencuat dari belakangnya disusul tiupan kecil di telinga yang membuatnya sedikit geli.

Tunggu, ada sesuatu yang salah...

Jika dipikir dengan logika, seseorang berambut peraklah yang pasti melakukan hal itu kepada dirinya. Dan hanya ada seorang manusia berambut perak yang diketahuinya hidup di bumi yang sama dengannya. Dan itu adalah...

GURU MATEMATIKANYA!

Tubuh Sakura menegang saat telinganya digigit kecil. Gadis pink itu sangat shock, membuat suara bel sekolah berdering begitu nyaring di telinganya...

KRING... KRING... KRING...


KRING... KRING... KRING...

Sakura terbangun dengan napas yang memburu. Keringat mengalir dengan deras di sekitar pelipisnya.

"Argh... untung hanya mimpi." Dia menjambak rambut merah jambunya dengan frustasi. Ini kali pertama ia merasa bersyukur mendengar bunyi nyaring jam beker yang membangunkannya.

"Bagaimana aku bisa bermimpi seaneh itu?" gumamnya seraya mengusap wajahnya dengan kasar. Kalau yang ada di mimpinya itu adalah Sasuke, —pangeran tampan berhati dingin di sekolah—sih tak masalah. Tentu dia dengan senang hati memimpikannya. Tapi jika yang ada di dalam mimpinya itu adalah guru matematikanya, rasanya ia ingin segera mengubur dirinya hidup-hidup ke dasar bumi.

"Oh, kami-sama, mungkin aku lupa membaca doa sebelum tidur tadi malam."

tbc :v