Jam Berwajah Bulan

Disclaimer: The Lord of the Rings milik J. R. R. Tolkien

Peringatan: Tom Bombadil as Joker, Self Insert, dan OoC.

.

The Lord of the Rings oleh J. R. R. Tolkien

Jam Berwajah Bulan oleh Putra Penipu

.

Bulan purnama setengah penuh. Pada zaman ketiga yang tak lagi bau perang. Pun langit terang berbintang.

Di terang cahaya bulan, Joker kadaluarsa melompat-lompat. Gembira raya. Jika setiap makhluk di Dunia Tengah mempertanyakan dari mana asalnya, maka mereka suatu saat akan percaya bahwa suatu hal pada satu titik pastilah datang dari ketiadaan.

Makhluk itu tidak biasa saja. Ia seperti magnet dari segala keanehan. Karena sosoknya berdiri seakan menentang hukum alam. Adalah cerah matanya sebiru bunga forget-me-not. Menggunakan sepasang sepatu bot kuning di kaki gemuknya, yang badannya terlalu tinggi untuk ukuran hobbit dan terlalu pendek untuk ukuran Makhluk Besar.

Ya, tetapi si Joker mempunyai sisi lain dari dirinya, seperti rupa-rupa dari dua sisi uang logam, Tom Bombadil. Sebuah anomali dari Dunia Tengah yang melampaui kebiasaan. Karena satu cincin utama tidak menguasainya, kegelapan tidak mengikatnya, dan kematian tidak mengenalinya. Eksistensinya ada sebelum cahaya diciptakan juga sebelum kegelapan mengenal ketakutan.

Hingga malam di musim gugur yang tua, seperti malam-malam sebelumnya, tak ada yang tahu apa yang akan diperbuat si Joker gila.

"Aku tidak mengerti... apa itu yang dapat muncul dari ketiadaan?"

"Sulap." Katanya, sembari si Joker melonjak-lonjak, aneh. Lalu menggumam sebaris lagu dengan kata-katanya, tak bermakna, "Dering a dong dillo! Ring a dong Dillo! Tom Bombadillo!"

"Sulap hanyalah sebuah tipuan yang ada di dunia. Cuma butuh penipu untuk melakukannya."

Seorang gila terkekeh samar. "Hei... hei... Bagaimana jika dunia ini sendiri adalah tipuan sulap?"

Celoteh tentang sulap membawa kembali diri Tom Bombadil pada jiwa anak-anak yang terjebak pada tubuh yang kadung tua, tetapi tidak menua. Namun, ia tetaplah anomali yang usianya sendiri sudah dilupakan. Karena menua hanyalah untuk mereka yang tubuhnya terbentuk dari daging dan darah. Yang berusaha berdamai dengan waktu. Sebelum ritme detik-detik jam membuat mereka binasa.

"Sudah pasti bahwa makhluk-makhluk di dunia tengah ini adalah ciptaan yang berakal. Apakah tak pernah sekalipun mereka mempertanyakan tentang siapa diri mereka di dunia yang penuh tipuan?"

Tom Bombadil masih terkekeh. Suaranya sejernih aliran anak sungai Withywindle yang memberikannya seorang putri sungai yang cantik untuk diperistri. "Mereka bukan burung parkit yang ditarik keluar dari topi tinggi si pesulap, yang tidak menyadari keberadaannya saat para penonton bertepuk tangan, meriah dan terhibur. Namun kebiasaan-kebiasaan membentuk mereka dan mempertanyakan bukan salah satunya."

"Kau keluar dari zona nyaman, mempertanyakannya?"

Bibir Tom Bombadil bergetar, seperti lonceng yang bergerak dan menimbulkan suara dering tipis. "Semuanya terasa terlalu rapi, terlalu teratur. Aku merasa seperti aktor yang berperan lugu, apa adanya, seperti yang sudah dituliskan di dalam naskah. Sehingga aku mulai mempertanyakan tentang siapa diriku dan mengapa aku diciptakan. Tidakkah kau mengerti?"

Pertanyaan itu bergantung ringan di antara ujung-ujung jangkung pohon Willow di pusat Old Forest. Jauh dari pendengaran makhluk-makhluk Dunia Tengah. "Ada baiknya, dengan cara itu, mereka menyatu dengan alam. Namun tidak dirimu, berada di balik layar mencoba memahami arti dari penciptaan."

Tom Bombadil tergelak, lalu menjawab, "aku badutnya, sebaiknya mereka tidak melupakan itu."

Seakan-akan, dengan mengatakannya, si Joker kembali pada pribadinya yang ceria, yang kembali menyanyikan lagu-lagu riang tanpa makna, karena baginya menyanyi lebih mudah daripada berbicara.

Hei dol! Dering a dong dillo! Ring a dong dillo!

Tom Bombadillo!

Gelap yang gulita.

Di tengahnya duduk Tom Bombadil tua.

Dari mana datangnya makhluk dari ketiadaan.

Dia sendirian, Tom Bombadil kesepian.

Tom Bom! Tom Bombadil!

Kesepian, menyalakan dian dengan nyanyian.

Seperti dahana meradang, begitulah cahaya dibiaskan.

Lalu siang dan malam, jadikan kawan.

Di usianya yang terlupakan.

Tom ceria! Tom Bombadil!

Saat matahari berdiri sama tinggi, berjalan-jalanlah ia.

Di Old Forest jauh di jernihnya anak sungai Withywindle namanya.

Sang putri sungai, duduk dekat telaga, Goldberry yang cantik jelita.

Rambut emasnya bermahkotakan lili putih.

Tom Bombadil-o! Beristrikan yang terkasih.

Kabar gembira dol! Derry dol! Sayangku!

Tom Bombadil yang periang, menari-nari girang.

Bersama Goldberry, tersayang.

Meniti kehidupan yang tak berawal tak berakhir.

Layaknya sungai Brandywine yang mengalir.

Tom Bombadil! Tom Bombadillo!

Anomali yang tak terbawa arus air.

Dan di antara keabadian, ia mempertanyakan.

"Siapakah Tom Bombadil?"

Berkali-kali ia mempertanyakan, hal-hal yang mereka lupakan.

Lalu Tom Bombadil menghentikan lagunya, saat ia mencapai paruh pertama. Bagi dirinya, semua dapat diawali dengan lagu. Karena adanya kata yang mengalun bersama melodi, yang memporandakan kesendirian dan membangkitkan harapan dan kenyataan. Bahkan, bagi Tom Bombadil, lagu itu abadi. Lagu itu sejati. Lagu adalah dirinya sendiri.

Itulah kekuatan lagu.

Hei dol! Dering a dong dillo! Ring a dong dillo!

Tom Bombadil tua dan putri sungai yang selalu muda.

Berdua, mengalahkan di sana angkara.

Berparas jam berwajah bulan.

'tuk mempertanyakan arti dari sebuah penciptaan.

Berusaha keluar dari lingkaran.

Tom Bom! Tom Bombadillo! Deringkan dong dillo!

Si Joker gila di balik layar.

Bukan bidak catur pandai berkelakar.

Bukan peri, bukan hobbit, bukan kurcaci, bukan manusia.

Tom Bombadil adalah dirinya.

Tom Bombadil! Tom Bombadillo!

Si Joker gila mengenal semua hal hasil dari ciptaan.

Dirinya datang sebelum kesadaran.

Dari ketiadaan.

Tom Bombadillo! Tom Bombadil!

Mengetahui nama sang sutradara.

Bersama Goldberry, hidup berdampingan dengannya.

Ia hidup, hidupnya di balik sekam.

Tom Bombadil tua tak terjamah tak terekam.

Tom Bom! Tom ceria! Tom Bombadil, sayang!

Ditinggalkan di balik bayang-bayang.

Tom Bom! Tom ceria! Tom Bombadil, malang!

Hei dol! Dering a dong dillo! Ring a dong dillo!

.

Selesai

.

© Putra Penipu 2015