Naruto milik Masashi Kishimoto
Story by Swinysoo
.
.
AU. OOC. TYPO(s). Gaje
.
Rated : T
.
.Happy Reading
.
.
Asrama Konoha High School
Kamar 221
Keributan yang tercipta dalam kamar ini benar-benar mampu membuat siapa saja mendengarnya, sekalipun orang tersebut berada di luar asrama. Lalu bagaimana jika ada yang tinggal di sebelah kamar mereka. Apa mereka akan menyerang kamar yang membuat keributan tersebut? atau, mereka tidak menyadarinya?.
Asrama Konoha High School memang cukup luas, terbukti dengan adanya jarak sekitar satu meter untuk tempat penyimpanan sepatu yang menghubungkan kedua kamar ini. Tapi, keributan yang di buat para penghuni kamar sangatlah parah. Bayangkan saja, yang di luar asrama pun mampu mendengarnya, apalagi yang bersebelahan.
" SASUKEEEE, apa kau tidak bisa lebih cepat lagi? Apa yang sebenarnya kau lakukan di dalam kamar mandi? Apa kau tau_
" Hn " Jawab orang yang baru saja diteriaki, datar. Naruto_orang yang meneriaki_ terdiam di tempat setelah melihat Sasuke keluar kamar mandi dengan sangat cepatnya. padahal biasanya Sasuke tidak pernah menggubris sedikitpun apa yang dikatakan Naruto padanya. Kejadian itu tentu saja membuat Naruto senang, dia tidak menyangka saja hanya karena di teriaki ala cewek-cewek alay_menurut Naruto_ seperti itu dapat membuat Sasuke luluh.
" Kau mau mandi kan? cepatlah! Aku tidak mau menunggumu nantinya. "
" Mm, oh tentu saja! " Jawab Naruto sambil melangkah masuk kamar mandi. Mulutnya tidak henti-henti mengeluarkan sumpah serapah untuk Sasuke. Baru saja ia pikir Sasuke luluh karena teriakannya, Ehhh ternyata Sasuke hanya takut terlambat ke sekolah saja.
" Oi, apa di antara kalian ada yang melihat celana dalam ku?" Tanya salah satu dari penghuni kamar kepada penghuni lainnya. Sai.
" HEY, BAGAIMANA BISA KAU KEHILANGAN CELANA DALAM DI KAMAR KECIL INI?!" kata salah satu penghuni lain bernama Sasori yang tengah memasang dasi di lehernya. Sasori frustasi. Bukan karena sahabatnya yang sedang mengobrak-abrik lemari mereka mencari celana dalam miliknya, tetapi karena dasi yang tak kunjung terikat dengan benar di lehernya lah yang membuatnya kesal.
" Jangan buang-buang waktu, lagian kau kan nanti juga pakai celana sekolah. Jadi lebih baik kau pakai celana itu sekarang, sebelum kita benar-benar terlambat!" Sasori menunjuk celana yang ada di atas kursi dekat kasur mereka.
" Hey, BAGAIMANA BISA AKU TIDAK MEMAKAI CELANA DALAM KE SEKOLAH! Sai berdiri dari duduknya menghadap Sasori dengan garang. " APA KAU LUPA KALAU AKU MEMILIKI BANYAK PENGGEMAR! KALAU AKU KETAUAN TIDAK PAKAI CELANA DALAM, AKU BISA_
" BUKK "
" DASAR BODOH! Air liur mu berhamburan dimana-mana, kau tau? Kau bukan hanya mengotori lantai tapi juga wajahku!" Sasori melempar bantal ke wajah Sai, menghadap temannya itu tak kalah garang sambil menunjukkan wajah penuh air liur, akibat muncratan dari Sai yang tiada henti-hentinya jika saja ia tidak melemparnya segera. Sai yang sempat terdiam kini juga ikut memasang muka menyeramkan miliknya, lalu melempar Sasori dengan apa saja yang ada di dekatnya.
" RASAKAN INI...
AW...
INI!
ADUH...
INI!
BERHENTI BODOH!
HAHAHAHA...
KUBILANG BERHENTI!
DAN INI_" Sai berhenti melempar Sasori setelah menyadari alat untuk melempar adalah ponsel miliknya dan tidak ada lagi benda yang bisa di gunakan untuk di lempar.
" HEY, APA KAU GILA, HAH!" Sasori marah semarah-marahnya, ia sampai menarik kerah baju Sai bersiap ingin memukulnya. Sai pun tidak mau kalah dan ikut-ikutan menarik kerah baju Sasori plus tatapan tajam dari kedua iris mata mereka.
Kegiatan berkelahi atau lebih tepatnya bertajam-tajaman mata antara Sai dan Sasori pun mengundang perhatian tiga pemuda lainnya. Mereka sama sekali tak berniat untuk sekedar membuka mulut dalam perkelahian yang di ungguli keduanya itu. Bukannya takut, hanya saja mereka tidak mau ikut terjebak dalam perkelahian tersebut. Sai si cerewet dan Sasori si pemarah. Bisa-bisa semuanya ikut berkelahi karena ulah mereka. Maka dari itu, Sasuke dan Neji tidak ingin terlibat di dalamnya. Lalu bagaimana dengan pemuda yang satunya lagi, Naruto. Naruto telah keluar beberapa menit yang lalu dari kamar mandi lengkap dengan seragam sekolah beserta sisiran rambut ala Abang Pergi miliknya.
Naruto benar-benar seperti orang idiot yang baru menyadari kejadian itu. Padahal, ia sudah melihatnya dari tadi.
" Kyaaaaa... Berhenti...berhenti ...berhenti...! Naruto melerai keduanya sendiri, tepat di tengah-tengah keduanya. Tangan kanannya menahan tubuh Sasori sedangkan yang kiri menahan tubuh Sai.
" KYA, KALIAN BERDUA!" teriak Naruto pada pemuda apatis Sasuke dan Neji." APA KALIAN HANYA AKAN BERDIRI SEPERTI ITU? HAH! CEPAT TOLONG AKU MENGHENTIKAN...ME...RE...KAAAHHH.." Naruto sudah kewalahan melerai kedua sahabatnya seorang diri. Sampai-sampai kakinya pun ikut andil melerai. Alhasil penampilan Naruto sekarang benar- benar berantakkan. Seragam yang awalnya rapi di masukkan, kini keluar tak beraturan melalui celah celananya di ikuti kancing baju yang terbuka sana-sini.
Bukannya membantu Sasuke malah pamit pergi. Bukan pergi sebenarnya, Sasuke kan sahabat yang baik. Jadi, Sasuke memutuskan untuk menunggu mereka di luar kamar saja. Tepatnya ke tempat penyimpanan sepatu.
" PLak..
PLak...
" Sudah cukup bermainnya, kita sudah terlambat!" Neji akhirnya angkat bicara, sambil memukul kepala Sai dan Sasori bergantian menggunakan buku miliknya. Seakan kesambar petir, keduanya benar-benar menghentikan kegiatan mereka setelah mendengar Neji berkata seperti itu.
" KYA, TERLAMBAT! BAGAIMANA INI, SASORI? AKU PINJAM CELANA DALAM MU SAJA YA?" Sai mengambil celana dalam yang ada di lemari milik Sasori lalu memakainya dan melepas handuk yang sedari tadi bertengger di pinggangnya ke sembarang tempat. Begitupun dengan Sasori yang kini tengah berlari sambil sesekali membenarkan bentuk rambutnya yang berantakkan. Mereka benar-benar tidak menghiraukan orang yang sedari tadi melerai mereka sendirian. Naruto. Naruto tidak tau harus berbuat apa sekarang, sahabat-sahabatnya telah pergi meninggalkannya.
Naruto yang malang. Mau marah, Sai dan Sasori sudah pergi. Mau nangis, nanti matanya membengkak, kan malu di lihat sama penggemar. Paling penting adalah mau benerin penampilan, ehhhh waktunya udah gak ada lagi. sungguh memprihatinkan. Ingatkan Naruto untuk membalas perbuatan ke empat sahabatnya itu nanti. Alih-alih takut terlambat, Naruto malah berteriak dengan kerasnya.
" RAMBUTKUUUUUUUU!..."
0o0
Tempat penyimpanan sepatu
Kamar 221 dan kamar 220
" APA-APAAN INI?! " teriak Sasori setelah melihat sepatu mereka yang di ikat berbeda pasangan antara satu dengan yang lainnya. Asal.
Sasuke yang sedari tadi telah berada di luar hanya memandangi sepatunya. Dengan malas ia pun melepas ikatan demi ikatan yang melekat antara sepatunya dan sepatu milik Naruto.
" Siapa yang telah berani melakukan semua ini? " Sai mulai angkat bicara.
" Sasuke?, kau kan dari tadi sudah berada di sini, bagaimana bisa kau tidak mengetahui pelakunya? " tambah Sai. Kali ini menghadap Sasuke dengan penuh tanda tanya. Sementara yang di tanya sama sekali tidak peduli dan terus melakukan kegiatan melepas ikatan pada sepatu miliknya.
" Hey, Apa kau tidak mendengar perkataanku, hah! " Kini Sai mulai mendekatkan diri pada Sasuke. Dari belakang nampak Sasuke telah berhenti melakukan kegiatannya setelah Sai bicara. Sejenak hening menunggu reaksi Sasuke atas pertanyaan yang di ajukan Sai.
" Sial, ini pasti ulah mereka " Sasuke membanting sepatunya ke lantai di ikuti wajah yang mulai memerah akibat menahan amarah yang sedari tadi ia pendam. Sai sempat terkejut dengan ulah Sasuke yang tiba-tiba. Hingga Sasori angkat bicara.
" Siapa? " Sasori mulai ikut mendekatkan diri pada Sasuke. " Siapa pelakunya? Siapa?Apa kau tau siapa orangnya?" Sasori mulai melempar pertanyaan-pertanyaan kepada Sasuke. Tangannya ia gunakan untuk mengguncang-guncang tubuh Sasuke.
" Siapa lagi kalau bukan gadis-gadis gila itu. " Neji angkat bicara dari sisi kanan Sasuke dan Sai. Neji sepertinya yakin betul dengan apa yang ia ucapkan. " Memangnya siapa lagi selain mereka? kita kan hanya berbagi tempat ini dengan mereka!. Lagian yang suka ribut dengan kita kan, hanya mereka." Neji berkata dengan santainya.
" Akh... sial! Sebenarnya simpul macam apa yang mereka gunakan untuk mengikat sepatu kita! Mengapa susah sekali me...le..pass nyahhh " Sasori menarik-narik ujung demi ujung ikatan tersebut dengan kedua tangannya. Tapi tetap saja ikatan itu tidak mau lepas dari sepatunya.
" Sasori benar. Aku pun tidak pernah melihat simpul yang seperti ini sebelumnya?." Sai juga mulai ikut-ikutan binggung dengan ikatan yang di buat oleh pelaku_sebut saja mawar_
" Apa kalian bodoh, hah! Mereka tidak mengikatnya menggunakan simpul apapun. Mereka hanya mengikatnya sembarang, lihatlah baik-baik!" Naruto mulai geram dengan tingkah kedua sahabatnya itu. Bagaimana bisa mereka mengira ikatan pada sepatu mereka adalah sebuah simpul. Ikatan yang tidak menentu alias bergumpal-gumpal antara ikatan satu dengan yang lain, secara brutal.
"Lihat saja nanti, aku akan membalas perbuatan mereka lebih dari ini." Sasuke berdiri dari duduknya, mengepal kuat tangannya Menatap tajam pada benda tak bernyawa yang ada di hadapannya.
0o0
Suara depakan kaki beserta deru nafas memenuhi lorong Konoha High School pagi ini. Suara yang di buat oleh Sasuke dan teman-temannya begitu jelas terdengar karena lorong sedang sepi. Lorong-lorong yang biasanya dipenuhi dengan teriakan siswi-siswi, kini sunyi. Saking sunyinya, hingga suara perut Naruto pun dapat terdengar.
" STOP! " Sai menahan teman-temannya yang berada di belakangnya. Padahal kelas mereka masih berjarak beberapa meter lagi di depan sana.
" Ada apa lagi? apa kau lupa?kita sedang terlambat!. Orochimaru sensei pasti sudah berada di kelas kita sekarang." Sasori mulai panik. Ia benar-benar takut dengan guru fisika yang satu ini. Guru yang terkenal dengan kekillerannya. Apalagi sekarang mereka sudah terlambat 15 menit pelajarannya.
" Bukankah lebih baik kita lihat dulu. Orochimaru sensei ada di kelas atau tidak?" Bisik Sai yang dibalas dengan anggukan dari ke empat temannya.
Sai yang mengerti arti anggukan tersebut pun memimpin barisan paling depan. Mereka mulai mengendap-ngendap menelusuri lorong sepi nan kosong itu. Bodohnya, Sasori, Neji, Sasuke, dan Naruto pun sampai-sampai mengikuti langkah kaki Sai, sama persis. Sehingga mereka sekarang terlihat seperti anak-anakan bebek yang patuh pada induknya_Sai_yang sedang memimpin sekarang. Sedangkan di barisan paling belakang, mulut Naruto tidak henti-hentinya mengucapkan kata-kata atau mungkin doa seperti, " selamatkan kami ", " ringankan lah hukuman kami", " tolong jaga image kami", dan lain sebagainya yang langsung di hadiahi pukulan gratis dari Neji karena terus mengoceh di saat mereka sudah hampir sampai di pintu masuk kelas 2-1_kelas mereka_
Ketika Sai dan yang lain mulai memberanikan diri untuk menengok ke dalam kelas. Tiba- tiba saja mereka di kejutkan dengan sebuah tangan yang menyentuh pundak Sai dari arah berlawanan. Serentak kelima pemuda ini pun membeku. Bahkan untuk sekedar melirik pemilik tangan pun mereka tak berani.
" Apa yang kalian lakukan di sini?"
Tbc
" Hai... salam kenal reader semua. Ff ini adalah ff pertama author pasca menjadi silent reader sebelumnya.
Mohon kritik dan sarannya bagi author lain atau pun reader yang udah baca ff ini.
Review sangat diperlukan author untuk memastikan ff ini lanjut atau tidaknya.
Trims
