Haruno Is A Girl?

Naruto Masashi Kishimoto

Haruno Is A Girl? Shinju Yoichi

Warning

Mengandung bahasa campur aduk, cerita ini hanya karangan belaka. Kesamaan apapun adalah ketidaksengajaan.

Karena saya bukan orang kedokteran, jadi ini cuma seadanya aja. Harap dimaklumi. Kadang kusendiri bingung maksudnya apa.

Chapter 1

Benarkah sang model InoY berpacaran dengan pegawai dari perusahaan X?

Shimura Sai, seniman muda telah kembali dengan lukisannya yang luar biasa!

Menjadi blog makanan ternama dengan jumlah pengikut lebih dari 7 juta! Uzumaki's Blog!

Seorang direktur cabang perusahaan U kejaran para wanita diduga seorang gay?!

"Hah?"

Sakura sedang bersantai dari pekerjaannya, ia asik melihat-lihat berita di internet. Dari model yang sedang naik daun, pelukis muda, blog makanan terkenal, semuanya dia baca. Bahkan dia juga termasuk pengikut blog makanan dalam berita itu. Makanan rekomendasi Uzumaki's Blog memang tidak diragukan lagi. Di tengah-tengah berita yang dia baca, sebuah judul menarik perhatiannya.

"Seorang direktur cabang perusahaan U kejaran para wanita diduga seorang gay?!"

Sakura menaikkan alisnya. Jelas saja dia tertarik, secara direktur yang dimaksud itu direktur cabang Uchiha Corporation yang terkenal dengan ketampanannya yang menyaingi artis-artis korea. Bahkan teman-temannya banyak yang mengincar si direktur. Walaupun fotonya disamarkan, tapi wajahnya berhasil menembus mozaik macam apapun. Makanya, direktur yang itu, homo? Bukannya peduli juga sih. Walaupun Sakura bekerja di kedokteran bidang kejiwaan atau biasa disebut psikiater, ia gak menghakimi orientasi seksual seseorang. Lagipula sudah sejak lama gay dan lesbi dianggap perbedaan presepsi, bukan kelainan jiwa.

Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu, kemudian masuk.

"Haruno-san, hari ini anda sudah tidak ada jadwal konseling lagi." Hinata Hyuuga. Asisten sakura di tempat kerjanya. Pekerja magang yang sedang belajar psikologi. Sakura membuka tempat prakteknya sendiri bersama beberapa dokter. Karena itu Hinata ikut dengan Sakura daripada dokter lainnya. Menurutnya, praktik di luar rumah sakit memiliki peluang yang lebih besar belajar berbagai hal.

Sakura melihat jam. Sudah jam 8.30 malam.

"Oh, makasih. Kamu boleh pulang sekarang." Kata Sakura sambil tersenyum.

"Baik, saya permisi." Hinata keluar dari ruangan Sakura. Sakura melepas jas dokternya dan menyakutkannya a ke gantungan dekat pintu. Sakura pun kembali browsing berita terbaru dengan posisi nyaman. Kacamata dilepas, dua kancing kemeja teratas dibuka, kaki naik ke atas meja, dan punggung menyandar ke kursi.

Kenapa Sakura buka praktik sendiri? Kenapa gak di rumah sakit saja? Jawaban Sakura pasti 'karena pendapatannya lebih besar!'. Ia tidak perlu berbagi dengan rumah sakit, keuntungannya lebih besar. Sebenarnya ada alasan lain juga. Itu karena tingkah Sakura yang menurut sebagian orang tidak pantas untuk dokter. Seperti kaki naik ke atas meja, penampilan berantakan, dan lainnya. Padahal kalau di depan pasien Sakura seperti dokter kebanyakan yang sopan dan menjaga tata krama. Tapi sebagai SAKURA kepribadiannya benar-benar luar biasa. Didukung dengan potongan rambut semi-pendeknya yang tidak rata membuat Sakura makin terlihat preman.

"Permisi..."

"ANJIR!"

Dan juga mulutnya yang kadang-kadang mengeluarkan kata semacam itu.

Tiba-tiba seorang pemuda setengah baya masuk ke dalam ruangannya. Sakura yang kaget karena tiba-tiba ada yang masuk ke ruangannya reflek menurunkan kakinya dengan cepat.

"SIAPA LO! TAU GAK INI JAM BRAPA?!" Teriak Sakura sambil nunjuk-nunjuk. Sakura cukup sensi dengan waktu. Tidak masalah telat mulai, yang penting selesai tepat waktu.

Pemuda itu kelihatan terkejut. Jelas-jelas dia baca papan nama di depan kalau tulisannya "KONSULTASI PSIKIATER DR. HARUNO, DR..." kenapa di dalemnya ada cewek serampangan macam preman gini?

"Saya mencari yang namanya Dokter Haruno." Pemuda itu berusaha sopan, walaupun cewek di depannya luar biasa kurang ajar.

"ITU GUE! NAPA?!"

"MAU APA LU?!"

"Gak percaya."

"EMANG GUE MINTA LU PERCAYA?!" Sakura makin emosi. Dia berdiri dari kursinya dan menyilangkan lengannya. "Kalo gak ada perlu sana pergi!" pemuda itu diam, lalu duduk di kursi pasien di depan Sakura. "SIAPA NYURUH LU DUDUK?!"

Pemuda itu dengan cueknya, malah memperkenalkan dirinya "Nama saya Itachi Uchiha. Saya butuh psikiater sekarang." Sakura diam sambil melotot.

"Penting."

Sakura mengambil brosur tempat konsultasi nya dan membantingnya di depan pemuda itu. Sempat membuat Itachi kaget. Sakura pun duduk dan mulai mendikte isi brosur yang ia tunjuk.

"Dokter Haruno. Buka senin-kamis jam 08.00 sampai 20.00 diluar jam tersebut dimohon untuk membuat janji terlebih dahulu." Kata Sakura.

"Dokter harus mendahulukan kepentingan pasien."

"Gue mendahulukan kepentingan pasien selama jam kerja. Diluar itu bukan urusan gue."

"Dokter. Bukan Anda."

"GUE DOKTER DISINI!" Sakura menunjuk sertifikat ijin praktek yang dia pajang " .Haruno. Kalo tetep gak percaya pergi sana."

"..." Itachi ngeliat Sakura dari atas sampe bawah. 'Biar gimana juga ini orang gak kayak dokter.' Pikirnya

"Tolong sampaikan saya buat janji dengan Dokter Haruno besok pagi." Kata Itachi. Setelah mengatakan itu dia langsung keluar.

"Dasar geblek! Ganggu orang aja." Sakura pun membersihkan barang-barangnya, bersiap pulang. Tiba-tiba dia teringat.

"WANJIRR! BESOK KAN JUMAT! HARUSNYA GUE LIBUR! AKHHH!"

...

Itachi menunggu di sofa ruang tunggu. Ia berulang kali melihat jam nya. Sekarang sudah jam 11.00. Ini sudah masuk siang hari dan dokter itu belum datang. Akhirnya dia memutuskan bertanya ke orang yang menjaga meja pendaftaran. Hinata Hyuuga. Batin Itachi membaca Name Tag nya.

"Permisi. Kira-kira kapan Dokter Haruno datang?" Tanya Itachi

"Anda sudah buat janji?" Hinata menjawab dengan suara halus.

"Kemarin saya buat janji mau datang pagi ini."

"Mungkin sebentar lagi akan datang. Karena sekarang bukan hari kerjanya, jadi dia mungkin agak terlambat." Tempat konsultasi ini memang buka setiap hari, tapi dokternya memiliki hari kerja sendiri-sendiri.

"Agak? Ini sudah mau tengah hari. Tidak bisakah kamu menghubunginya atau apa?" Melihat wajah kesal Itachi Hinata kasihan juga. Itachi sudah menunggu 3 jam tanpa kabar. Baru saja mau dihubungi, tiba-tiba Sakura datang.

"Yo, Asisten Hinata!" sapa Sakura sambil tersenyum lebar.

"Haruno-san! Orang ini sudah menunggu."

Itachi melotot, 'Gila, ni orang beneran dokter? Gue lebih percaya si mata putih ini yang dokter' batin Itachi

Sakura datang dengan tampilan sedikit lebih baik dari kemarin. Celana jeans panjang, sweeter coklat dengan dalaman kaos putih, dan rambut diikat.

Sakura melirik ke Itachi. Lalu melangkah masuk ke ruangannya. Itachi hanya diam. Melihat itu Sakura berhenti sejenak.

"Ngapain disitu? Masuk." Itachi terkesiap. Dia mengikuti sakura masuk ke ruangannya. Sementara itu Hinata baru sadar akan sesuatu.

"Loh, orang tadi minta aku ngehubungi Haruno-san. Berarti dia gak punya nomornya, kayaknya mereka gak deket. Tapi kemaren waktu aku pulang Haruno-san gak bilang apa-apa kalo hari ini ada pasien. Setahuku juga di jadwal gak ada pasien. Trus mereka kapan ketemunya?" tanya Hinata ke diri sendiri.

Mereka berdua duduk berhadapan dalam diam. Sekarang Sakura memakai jas dokternya.

'Kalo kayak gini dia jadi mirip dokter'

"Jadi anda punya gejala apa?" Sakura membuka pembicaraan. Itachi lagi-lagi kaget dengan perubahan sikap Sakura.

"Anda berubah banyak." Kata Itachi. Sakura menatap Itachi.

"Karena kemarin bukan jam kerja saya. Jadi, ada masalah apa?"

Itachi hanya menghela nafas.

"Bukan saya, adik saya."

"Kenapa bukan adik anda yang datang kesini?"

"Karena dia tidak mau diobati."

Gantian Sakura yang menghela nafas.

"Menyembuhkan pasien yang tidak mau diobati itu lebih susah dari mencari jarum di tumpukan jerami." Melihat wajah Itachi, Sakura melanjutkan "Memangnya adik anda kenapa?"

"Dia punya phobia"

"Oh?" Sakura tertarik dengan phobia. Dia sudah lumayan banyak bertemu orang dengan berbagai phobia.

"Aku ingin anda sebagai psikiater pribadinya. Dia memiliki pekerjaan dan menolak datang ke tempat konsultasi. Tentu saja akan dibayar sepantasnya."

'Kayaknya orang kaya nih. Pasti lumayan bayarannya.'

"Boleh saja, selama hanya jam tertentu."

"Benarkah? Terima kasih."

"Memangnya adik anda phobia apa?"

"Perempuan" jawab Itachi.

"Oh? Saya belum pernah mengobati orang yang phobia perempuan." Sakura terdiam.

'Phobia perempuan?' Batin Sakura.

"Anu, Saya ini perempuan." Kata Sakura sedikit ragu-ragu.

Itachi menaikkan alisnya.

'Tentu saja dia perempuan.' Batin Itachi

"Saya tahu."

"Bukannya sebaiknya memakai dokter laki-laki?"

"Tidak. Hanya anda yang cocok."

Bersambung

A/N : Yeyy! Selesai \(-.-)/ fic naruto pertama. Silahkan merepiuw sebanyak-banyaknya. Sekalian promosi fic Author yang 'From Detective to Teacher' juga minta repiuw~ :v semangat untuk melanjutkan didukung dari repiuw yang ada. \(-.-)/