Luhan berlari dengan terburu-buru menuju pintu keluar mansion Oh.
Sehun sudah menunggunya di luar untuk berangkat bersama, dan Luhan punya perasaan jika laki-laki itu tidak akan suka menunggu.
Ia terengah-engah ketika sampai di depannya. Membungkuk berulang kali memohon maaf pada Sehun atas keterlambatannya. "Maafkan aku."
Sehun manatap penampilan Luhan kemudian bertanya. "Kenapa tidak pakai syal?"
"Oh." Luhan memegang lehernya dan baru menyadari jika Sehun benar. Ini mungkin karena ia terlalu terburu-buru tadi. "Aku melupakannya," jawab Luhan.
Sehun melepaskan syalnya sendiri kemudian mengikatkannya di leher Luhan. "Lain kali jangan lakukan itu lagi," katanya, kemudian ia menarik Luhan masuk ke dalam mobil bahkan sebelum Luhan bisa mengucapkan terima kasih.
.
Orang-orang itu yang dulu selalu membully-nya dan menganggap Luhan sampah kini menatap ia dengan pandangan iri.
Luhan keluar mobil Sehun dengan Sehun yang membukakan pintu untuknya. Laki-laki itu menggenggam tangannya, memimpin ia berjalan. Semua orang terutama gadis gadis mengikuti langkah mereka seraya berbisik satu sama lain dan berkerumun menciptakan dinding di sisi kanan dan kirinya ketika ia dan Sehun memasuki gedung sekolah. Luhan yang tidak terbiasa menjadi pusat perhatian benar-benar gugup dan tanpa sadar meremas tangan Sehun sementara Sehun hanya menyeringai untuk itu.
Tidak ada yang membully Luhan sekarang. Mereka semua tidak berani melakukannya karena itu sama saja dengan melawan Oh Sehun, dan melawan Oh Sehun itu sama saja artinya kau cari mati.
Namun Luhan tetap bisa merasakannya. Betapa mereka ingin menghajar Luhan dan kebencian mereka lebih besar dari sebelumnya karena mereka pikir dia sudah mencuri Oh Sehun dari mereka.
Sehun mengantarkan Luhan ke pintu kelasnya, dan secara otomatis mengundang orang-orang di dalam kelas untuk berkerumun di balik jendela berusaha melihat mereka berdua.
"Apa masih ada yang mengganggumu?" tanya Sehun.
Luhan menggeleng sebagai jawaban.
"Kalau ada katakan padaku." Itu terdengar seperti Sehun memberi perintah untuknya. "Atau apa aku harus bertanya langsung pada mereka?"
"E-eh tidak usah." Luhan menahan tangan Sehun yang hendak berjalan masuk ke kelasnya. "Mereka semua baik sekarang."
Sehun mengarahkan pandangannya ke arah jendela kelas dimana orang-orang itu berkerumun. Mereka semua segera panik dan dengan cepat bersembunyi di balik dinding.
"Bagus." Ia kembali menatap Luhan.
Sebelum pergi, Sehun merunduk dan memberikan kecupan cepat di bibir Luhan. Mengabaikan pekikan tertahan dan kasak kusuk yang terdengar di belakang pintu.
"Istirahat ke ruanganku," kata Sehun seraya berjalan mundur kemudian berbalik meninggalkan Luhan.
Luhan mengembuskan napas dramatis melihat punggung Sehun menjauh sebelum melangkah masuk siap dengan apapun yang menantinya di dalam.
Dalam seminggu ini segalanya berubah dan Luhan tidak bisa memastikan apakah ini menjadi lebih baik atau lebih buruk. Semua orang tidak lagi membuly-nya, mereka semua selalu tersenyum dan menyapanya sekarang (hal yang tidak pernah mungkin mereka lakukan dulu). Namun begitu, Luhan tidak bisa menemukan ketulusan dalam sikap ramah mereka itu.
Duduk di bangkunya, Luhan melepas syal Sehun dan menghela napas sekali lagi sebelum menyenderkan kepalanya pada meja. Aroma cologne Sehun yang tertinggal pada syal yang ia pakai tercium langsung oleh hidung kecilnya, seketika mengingatkan ia akan momen erotisnya bersama si pemuda tinggi beberapa hari lalu di malam pertama ia pindah ke mansion Oh.
Luhan merengut dan memasukkan syal itu kedalam tasnya dengan jengkel, kemudian menenggelamkan wajah memerahnya pada meja.
Apa yang harus aku lakukan sekarang?
.
HunHan
BoysOverFlowers!AU
.
Bisa dibilang ini versi ngaco dan mesumnya dari BOF.
.
.
.
.
520!
