Disclaimer: I don't own Inuyasha.

Warnings : Slice of Life fic, AU, AH, OOC Inuyasha! Walaupun gw cinta Inuyasha, tp di fic ini dia akan lebih dari sekedar nyebelin, gome.

Rated: M for graphic violence, and lime.

Genre: Drama/Angst/Hurt/Comfort.

Pairing: Kagome/Inuyasha, Kagome/? (you'll know in chapter 2)

TnM's note: Fic ini mengandung abusive relationship, untuk para reader yang suka dengan cerita cinta manis di padang rumput penuh bunga lebih baik mundur teratur, terima kasih.


Prolog.

Pukulan bertubi-tubi di kepalanya membuat pandangan Kagome berkunang-kunang, kupingnya yang terkena hantaman pun ikut berdengung. Ranjang empuk di bawah tubuhnya ikut bergoyang tiap kali tangan pria itu menghadiahkan rasa sakit baru di tiap bagian yang disentuhnya. Tangan-tangan besar itu berhenti memukul hanya untuk mencengkram rahang dan lehernya.

Napas pria itu mendengus kasar dan matanya membelalak garang. "Bukankah sudah kukatakan kepadamu untuk DIAM?!" Raungnya.

Kedua pahanya terkekang oleh lutut-lutut pria itu, kedua tangannya pun tak berdaya karena terperangkap satu tangan Inuyasha. Walau tubuh Kagome tak dapat bergerak karena tertindih, ia tetap tak mau menyerah begitu saja, ia akan berusaha menggunakan semua yang ia punya untuk melawannya, meskipun itu hanya berupa ucapan. Gadis itu terus meronta, sekuat tenaga agar terlepas dari tubuh kekasihnya. Sudah cukup ia bersikap lembut, mengalah atas nama cinta ternyata hanya akan berakhir bahagia dalam film-film, tapi tidak dalam kenyataan.

"Aku tidak akan tinggal diam bila kau terus menginjak-nginjakku, BRENGSEK!" Susah payah ia menyemburkan kata-kata saat rahangnya dicengkram oleh lelaki yang sudah pasti sebentar lagi akan menjadi mantan kekasih.

Raut wajah Inuyasha semakin merah oleh amarah, emosinya kian membuncah, tangannya terlepas dari wajah si sulung Higurashi. Pria berumur 25 tahun itu sudah siap melayangkan pukulan lain namun, disaat yang bersamaan kaki kanan Kagome terlepas dari kuncian pahanya. Dan dengan semua sisa kekuatan yang dimiliki, gadis itu menyerang area paling lemah milik semua laki-laki. Dengan cukup kuat, lutut Kagome tepat mengenai zona tengah selangkangan Inuyasha. Pria itu tertunduk di atas ranjang, erangan dan umpatannya memenuhi seisi ruang.

"BITCH!" teriak Inuyasha kasar. "Kau akan menyesal nanti, aku akan menyebarkannya!"

Dengan sigap Kagome bangkit dari posisinya yang terlentang, tanpa kata ia mengambil tasnya yang tergeletak di atas sofa lalu beranjak pergi. Tapi, ketika tangannya memegang knop pintu apartemen yang sudah 4 tahun mereka tempati bersama, ia meragu karena kalimat terakhir pria itu. Gadis itu memutar tubuh, dan berkata dengan suara parau, "Kau tidak akan berani, Inuyasha."

Perlahan laki-laki itu berdiri, tubuhnya masih sedikit membungkuk karena menahan sakit. "Kau meragukanku? Tentu saja aku akan melakukan itu, kaulah yang akan menyesal. Karena saat itu terjadi, aku sudah tidak ada disini, dan kau ... " kata-katanya sengaja dibiarkan menggantung.

Walau pada kenyataannya dada Kagome naik-turun dengan cepat, ia merasa tenggorokannya tercekat. "Itu sudah tidak ada, seharusnya kau telah ..., " itu sudah seharusnya terhapus. Tapi, bagaimana kalau ... ? Mulut gadis itu sontak bungkam melihat seringai jahat pria itu. Bertahun-tahun mengenalnya, membuat ia sangat paham akan arti wajah Inuyasha yang seperti itu, laki-laki itu tidak main-main dengan ucapannya. Dan bila itu benar...

'I'm in hell!' Jerit benak Kagome.

~To Be Continued~


I accept criticism in good manners, arigatou.