Title : Hey! Class Leader!

Author : Miura Raichi

Rated : T

Pairing : Hunhan and KaiSoo, but Chanbaek thoo. Seluruh couple akan ada seiring jalan.

Genre : Romance, school-life, drama, a little bit comedy and friendship/maruk

DISC : para cast hanyalah milik tuhan YME, orang tua, dan SM Ent. Saya hanya pinjam mereka untuk membuat fantasy saya menjadi terwujud di FF ini.

Summary : Semua orang menginginkan posisi itu. Dipandang, menjadi perwakilan dari kelas dan mendapat perhatian penuh dari semua orang, bahkan bisa mendapatkan pengakuan cinta dari orang-orang. Semuanya memperhatikan. Tapi dengan posisi itu, aku tak mendapatkan perhatian darimu.

Warning : BL/ BoysLove/Shonen Ai, YAOI. Miss typo(s), alur terlalu dipaksakan, gaje, bikin mual, EYD yang ngasal. I told you before, if you hate YAOI or IF You HATE me, better if you don't read my fanfic, okay?

NO FLAME, NO BASH CHARA, NO PLAGIAT, NO SILENT READERS XD

Nah, mari kita langsung saja mulai FFnya ^^

tolong tetap beri saya review anda *bow*

.

.

Oke, tanpa banyak bacot, mari kita langsung saja.

.

.

.

.

DON'T LIKE, DON'T READ!

.

.

I TOLD YOU BEFORE!

.

.

IF YOU HATE YAOI, BETTER IF U NOT READ MY FIC!

Sekali lagi, fict ini hanya fiksi. Asli karangan. Kalau mau flame karena khayalan Rai, I don't care. I've warned you ^^

.

.

.

"Kenapa kau tidak mendengarkanku?! Kau, bocah kurang ajar!"

"Apa aku harus memperhatikanmu?!"

"Ya! dengan posisiku, harusnya aku mendapatkan seluruh perhatian. Dari guru, teman-teman...tapi mengapa aku tak mendapatkannya darimu?!"

.

.

Seoul, negara di Asia yang terkenal dengan budaya yang masih menyatu dengan teknologi. Sama halnya dengan Jepang, sang negara tetangga. Akhir-akhir ini mendapat perhatian lebih dari seluruh dunia dengan budaya baru, K-pop. Terkenal dengan musik, makanan, gaya berpakaian dan makeup serta warganya yang akhir-akhir ini dinilai dunia seolah memuja penampilan. Operasi plastik untuk merubah wajah menjadi lebih menarik seolah menjadi budaya di negara itu.

Namun, dengan kenyataan tersebut tidak mengurangi perhatian dunia padanya.

Tahun ini adalah tahun ajaran baru. Sekolah dan Universitas memulai segalanya. Debaran jantung yang memicu adrenalin dan aroma seragam baru serta ekspetasi menyenangkan bermunculan. Kehidupan sekolah, keinginan untuk di akui dan jatuh cinta. Tapi tidak semua orang memiliki ekspetasi tersebut. Masih ada yang terlalu realistis.

Seorang lelaki bertubuh jangkung dengan rambut hitam dan kacamata beningnya berdiri di dekat gerbang sebuah sekolah. Menghiraukan beberapa anak perempuan yang menatapnya tanpa kedip. Seragam sekolah dengan dominan berwarna biru gelap yang rapi, rambut yang terlihat halus dengan warna hitam pekat seperti arang, wajah tenang cenderung tanpa ekspresi yang dibingkai dengan kacamata bening. Beberapa kali dia mendapat perhatian penuh karena ia masuk ke koran dengan nilai tingginya. Harusnya, ia tidak di SMA ini, tetapi dengan kepintarannya ia melompat hingga bisa masuk ke sini.

Star Management Group High School. SMA yang dikenal paling bergengsi di Seoul. SMA yang paling banyak menyumbangkan medali emas untuk Seoul di ajang Internasional. Muridnya dipilih yang terbaik. Menggunakan sistem tes yang sangat ketat, dan yang paling mewah adalah, sistem undangan. Kabarnya, dalam 5 tahun, hanya 3 orang yang berhasil mendapatkannya karena begitu sulit sekolah ini. Tidak semua orang bisa bersekolah disini. Penggunaan jalur beasiswa pun sangat ketat. Kabarnya, dalam 10 tahun terakhir, sekolah ini hanya memberikan jalur beasiswa pada 5 anak beruntung dan mereka sudah lulus dan telah bekerja di PBB.

Kabarnya, bila lulus sekolah ini bisa langsung di salurkan ke universitas milik Star Management yang ada di Eropa. Bahkan bila tak ingin kuliah, akan di salurkan oleh tempat kerja yang sangat bergengsi. Tidak semua orang bisa mendapatkan bangku istimewa di Star Management.

Namun, semua berubah oleh 3 orang yang masuk dengan jalur undangan. 2 di antaranya harusnya masih SMP kelas 9, namun berhasil mendapatkan jalur undangan untuk meneruskan SMA mereka. Sementara yang sisanya mendapatkannya karena ia berhasil membuat bungkam 3 orang professor dari sebuah universitas dengan pertanyaan menjebak.

"Yo! Sehun!" panggil seorang lelaki yang turun dari sepedanya. Ia berlari mendekati seorang lelaki tinggi tanpa ekspresi yang di panggil Sehun.

"Jongin! Kau telat 5 menit lebih 20 detik dari waktu yang sudah kita tetapkan kemarin!" lelaki berambut cokelat gelap dan berkulit kecokelatan itu tertawa. Ia langsung merangkul lelaki berkacamata itu.

"Hei! Kita ini sudah SMA, jangan bertingkah seperti kita masih SMP, kau tuan-terlalu-tepat-waktu!" ujar Jongin lalu mengacak rambut hitam Sehun.

Mereka berdua adalah Kim Jongin dan Oh Sehun. Dua remaja yang harusnya masih SMP dan kelas 9 kini lebih cepat menuju kelas 10, namun dengan kepintaran mereka yang berhasil menaklukan sebuah teka-teki Kimia yang di menangkan oleh Sehun berhasil membuatnya mendapat jalur undangan special. Kim Jongin berhasil memecahkan teka-teki kimia-biologi yang berhubungan dengan peta genom dalam tubuh manusia. Ada satu orang lagi, namun ia pindahan dari sebuah sekolah di Jepang. Dia mendapatkannya karena membuat bungkam seorang professor tentang pertanyaan alam semesta dan mempermalukannya. Sempat heboh di Internet.

"Cepatlah, kita harus segera ke aula utama. Kau tidak mau mendengarkan salam pembuka dari Ketua OSIS disini, hm?" tanya Jongin dengan nada semangat. Sehun hanya memutar matanya bosan.

.

.

.

"Saya ucapkan Selamat datang kepada siswa baru. Baik dari jalur undangan atau pun dari jalur tes. Lupakan kalau kalian masuk dengan jalur mana pun, kalian sekarang sama. Saya ucapkan selamat datang pada siswa dari luar Seoul. Lupakan kalau kalian adalah siswa dari negara mana pun, kita semua sama. Disini, untuk mewujudkan visi dari sekolah ini. Dengan ini, saya nyatakan tahun ajaran baru resmi di mulai dan sekali lagi, selamat datang!" ujar sang ketua OSIS dengan senyum ramahnya. Ia bernama Suho, sang ketua OSIS. Disampingnya, berdiri seorang lelaki tampan berambut blonde dan bermata gelap. Ia bernama Kris Wu, murid Chinese-Canadian yang berhasil medapatkan nilai tinggi di bidang Fisika dan Matematika, ia tidak menduduki peringkat pertama karena nilainya kurang sedikit dari Suho sang ketua OSIS yang semua nilainya sempurna.

Setelah melewati beberapa acara, mereka semua mulai mencari kelas yang sudah di pilih. Beberapa sedikit tertawa mendapatkan kelas yang sama seperti teman mereka, beberapa nampak tidak peduli.

"Ah, sayang sekali kita tidak sekelas, Sehun. Tapi tidak masalah, jangan merindukanku, oke?" tanya Jongin pada sahabat masa kecilnya ini.

"Buat apa? Tidak penting." Jawab Sehun cuek dan mendapat pukulan ringan di lengannya.

"Kau sahabat atau musuh, sebenarnya? Sudahlah. Aku akan memilih bangku, aku tunggu saat jam makan siang." Jongin berlalu meninggalkan sahabatnya itu. Sehun terkekeh lalu membenarkan letak kacamatanya. Ia melangkah mendekati kelasnya.

I-C..ah! itu dia! Ia memasuki kelas itu dengan diam dan mulai mencari bangku. Ia mendapatkan bangku sebelah kiri paling belakang dan di dekat jendela. Tidak masalah, dia cukup tinggi dan kacamatanya hanya berfungsi kalau ia mulai pusing membaca jarak jauh terlalu lama.

Beberapa mulai sibuk berkenalan, sementara ia memulai kebiasaan lamanya, tak mau memulai duluan. Pendirian Sehun adalah, 'the less you talk with the society, the less you get a shit' Karena itulah, temannya hanya Jongin. Bel itu berbunyi dan seluruh siswa itu masuk. Semuanya, kecuali satu bangku kosong di sebelahnya. Well, ia tidak peduli.

Seorang lelaki dengan tubuh tinggi dan wajah manis yang terkesan tegas masuk ke kelas itu. Kelas itu hening sesaat dan ia menatap seluruh siswa dengan tatapan tenang namun menusuk. Seolah matanya berkata 'berani kau memiliki masalah, kau tak akan bayangkan seperti apa hukuman dariku.'

"Selamat pagi, semuanya. Kalian bisa memanggilku Jaejoong seseongnim. Saya adalah guru Sejarah sekaligus wali kelas kalian. Saya berlaku adil, tidak peduli siapa kalian. Saya tidak peduli jabatan orangtua kalian, bahkan..." matanya bertemu Sehun di ujung ruangan. "Bahkan ketika ada anak jalur undangan special ada di ruangan ini." Ujarnya. Seluruh mata menatap Sehun yang menatap sang guru dengan tatapan tanpa ekspresi.

"Saya sudah menunjuk siapa disini yang akan menjabat menjadi ketua kelas sekaligus wakilnya. Hanya saja, sebelum saya keluarkan keputusan saya, adakah dari kalian yang ingin mengajukan diri menjadi pengurus kelas?" tanya Jaejoong.

Kelas itu hening. Hingga seorang gad-tunggu sebentar. Ia mengenakan celana. Semua menatap bingung. Struktur wajah yang sangat lembut, senyum khas yang cerah dan kulit super bersih. Rambutnya panjang sebahu dan diikat. Warna rambutnya seperti warna baby blue dengan campuran abu-abu.

"Ya?"

"Saya mengajukan diri menjadi wakil kelas ini, Jaejoong seseongnim. Nama saya Jeonghan." Ujarnya dengan senyum cerah khas milik Jeonghan. Jaejoong tersenyum. Semua tahu siapa lelaki yang mengajukan diri disana. Ia adalah seorang model yang cukup dikenal di Seoul. Ia masuk lewat jalur tes. Sekolah ini membebaskan muridnya dalam berpenampilan, namun melarang tato dan mengenakan segala macam bentuk tindik di bagian tubuh mana pun. Bila ketahuan, akan mendapat tindakan yang cukup berat.

"Baiklah, dan siapa yang ingin mengajukan diri menjadi ketua kelas?" tanya Jaejoong. Dan hanya respon hening yang di terima oleh lelaki itu. Lelaki itu menghela nafas. "Saya mengajukan Oh Sehun sebagai ketua kelas ini. Bila kalian setuju, saya beri waktu 3 menit untuk menuliskan jawab kalian. Jawaban yang paling banyak adalah keputusan kelas ini. Lakukan sekarang." Perintah Jaejoong. Seluruh kelas segera mengambil kertas dan mulai menuliskan jawaban mereka.

Kelas itu mulai tertawa kecil seolah senang oleh jawaban mereka, tapi tidak seorang lelaki di ujung ruangan. Ia diam namun tak menerima keputusan sang wali kelas.

Setelah kertas itu terkumpul, Jeonghan dibantu oleh salah seorang murid perempuan mulai menuliskan jawaban mereka. Mata Sehun menajam ketika mendapati hasil yang tidak ia setujui, ia sukses menjadi ketua kelas dengan mengantongi 20 suara dari 25 murid di kelasnya.

"Mohon bantuanmu untuk kedepannya nanti, Oh Sehun." Ujar Jeonghan ramah. Sehun menatap tidak suka hasil di papan tulis. Ia akan protes setelah kelas ini nanti. Jaejoong segera membagikan kertas berisi pelajaran mereka, buku apa yang harus mereka dapatkan serta kertas berisi klub di sekolah ini.

Bel itu berbunyi dan ia segera bangkit dan mendekati sang guru Sejarah.

"Ada yang bisa saya bantu, Oh Sehun?" tanya Jaejoong ramah. Seluruh kelas mulai keluar.

"Saya tidak setuju dengan hasil tersebut, seseongnim. Saya tidak setuju menjadi ketua kelas." Ujar Sehun tegas. Jaejoong menatapinya dan tersenyum. Ia menepuk bahu Sehun.

"Bila kau di tunjuk menjadi seorang pemimpin, siap tidak siap, kau harus siap. Kau murid cerdas, kelas ini bukan kelas tanpa pendidikan, kau tidak akan kesusahan. Dan keputusanku memang dari awal adalah memilihmu. Kita akan bekerja sama tuan Oh Sehun." Ujarnya lalu meninggalkan Sehun. Ia menghela nafas dan memijat kepalanya.

"Oy Sehun!" lelaki yang dipanggil namanya itu menoleh dan menemukan Jongin yang ada di depan pintu kelasnya. Lelaki berwajah yang acap kali disebut eksotis itu mendekati Sehun. "Ayo kita ke kantin! Kelasmu penuh sekali artis ternyata. Sekolah ini hebat! Kantinnya keren!" Jongin mulai mengoceh tidak jelas. Sehun menghela nafas. "Ada apa kawan?" tanya Jongin yang menyadari Sehun tak menegur dirinya karena bersikap seolah tidak 'dewasa' seperti dirinya.

"Kau tahu? Aku menjadi ketua kelas. Ini tidak adil." Jawab Sehun. Keduanya melangkah meninggalkan kelas itu. Jongin langsung membelakkan matanya.

"Itu hebat! Hey class leader!"

"Diamlah, Jongin." Keduanya memasuki kantin itu. Keduanya mulai mengambil roti dan sekotak susu lalu mengambil sebuah tempat duduk. "Bagaimana denganmu? Siapa ketua kelasmu?"

"Seorang lelaki mungil. Aku tidak begitu melihat wajahnya karena tempat dudukku ada di paling belakang dan dia paling depan, ia juga tak sempat berkenalan denganku tapi aku dengar namanya Kyungsoo. Kabarnya dia sudah direkrut oleh komite disiplin dan menjadi ketuanya karena ia pandai beberapa seni bela diri. Ah, lelaki semungil itu.."

"Kalian membicarakan Kyungsoo?" tanya sebuah suara. Keduanya menoleh dan menemukan seorang lelaki dengan mata besar dan senyum cerah yang sangat 'terang'. Sehun segera menyadari kalau ia adalah lelaki yang sempat heboh di internet karena menjebak seorang professor atau dosen, atau apalah itu namanya.

"Ya, komite disiplin, kau kenal dia?" tanya Jongin pada lelaki yang wajahnya 'terang' di depannya. Lelaki itu meletakkan kotak susunya dan duduk disamping Sehun.

"Tak begitu kenal secara pribadi, tapi menurut data siswa yang aku peroleh, dia adalah siswa teladan di sekolahnya terdahulu. Ia di tunjuk oleh sekolah secara khusus setelah melihat bakatnya. Dia bahkan di rekrut menjadi OSIS hingga nama 'komite disiplin' miliknya semakin kuat. Ia akan di lantik menjadi ketua sebentar lagi. Menurut dataku, dia adalah anak lelaki dari seorang kepala Departemen kepolisian Seoul dan ibunya adalah seorang Dosen di Star Management Group University di Seoul. Keluarga yang pintar dan tegas." Jelas pria itu sambil terkekeh.

Sehun memperhatikan lelaki di sampingnya. Headphone merah menyala di leher, rambut cokelat gelap dan wajah yang jenaka. Jelas, ia terlihat seperti seorang yang hobi bermain daripada belajar.

"Bagaimana caranya kau tahu semua itu?" tanya Jongin heran. Lelaki di samping Sehun itu terkekeh. Kekehan yang seolah berkata 'apa-yang-tidak-bisa-aku-lakukan?'.

"Aku bermain internet tidak hanya untuk bermain game, kawan." Jongin dan lelaki itu tertawa karena mengerti. Lelaki itu menyodorkan tangannya. "Park Chanyeol, kalian bisa memanggilku Chanyeol. Aku tidak begitu peduli dengan senioritas atau apalah itu namanya. Aku sudah mengenal kalian. Kalian adalah murid jalur undangan special." Ucapnya sambil memakan roti miliknya.

"Ah, kau adalah murid pindahan dari Jepang. Sekarang kau kelas 11, benar? Kau gila menanyai pertanyaan tentang alam semesta padanya." Ujar Jongin. Chanyeol tertawa renyah.

"Ayolah, itu hanya pertanyaan mudah! Alam semesta dan isinya mudah bila kau pahami dasarnya, Jongin-ah!"

"Tapi dari awal kau berniat menjebak mereka dengan pertanyaan itu, bukan begitu?" tanya Sehun dengan tenang. Chanyeol berhenti tertawa lalu menyeringai pada lelaki di sampingnya.

"Bisa di bilang begitu. Menyenangkan menjatuhkan orang yang sombong, Sehun-ah." Jawab Chanyeol dengan seringai di balik wajah jenaka miliknya. "Hey, sehabis sekolah mau bermain game? Aku tahu rumah kalian berdekatan, hanya terpisah 2 rumah. Rumahku ada di blog ke-3." Sehun kenal Jongin. Sahabatnya itu sangat suka bermain game, dan pastilah ia juga akan 'diculik' oleh sahabatnya itu.

"Sialan kau Park! Kau sampai tahu rumah kami! Berapa banyak siswa yang kau curi datanya?!" tanya Jongin sembari memukul kecil bahu Chanyeol. Lelaki itu hanya tertawa riang.

"Oh Sehun?" tanya sebuah suara. Ketiganya menoleh dan menemukan seorang lelaki bertubuh mungil dengan bibir kissable dan mata bulat yang cerah yang dibingkai kacamata. Wajahnya dingin.

"Ya?" tanya Sehun tenang. Lelaki itu menyodorkan 2 lembar kertas padanya. Sehun menerimanya dan membacanya. Data kelasnya?

"Jaejoong seseongnim memberikan data siswa itu padaku. Dia bilang ada satu anak pindahan yang tak bisa masuk hari ini di kelasmu. Karena ada sedikit masalah di Visa sejak seminggu lalu bersama dengan teman sekelas Park Chanyeol. Bila ia sudah datang, tolong antar keliling sekolah dan kenalkan dengan lingkungan sekolah di Korea. Mereka dari Beijing. Permisi." Jelasnya singkat lalu berlalu pergi.

"Merepotkan." Desis Sehun lelah setelah ingat lagi kalau ia adalah ketua kelas. Ia membenarkan letak kacamatanya. "Huang Zi Tao? Atlet Wushu Internasional sejak Sekolah Dasar. Penyumbang emas terbanyak saat seni beladiri Internasional mewakili Beijing." Jelasnya sambil matanya tetap fokus pada kertasnya. Tangannya sedikit di senggol dan ia melirik Chanyeol yang menyeringai menatap Jongin yang matanya menatapi sesosok tubuh mungil yang sedang menegur seorang kakak kelas yang sepertinya ingin membully junior.

"Sepertinya ada yang tertarik dengan seorang ketua kelas disini.." ucap Chanyeol. Jongin berbalik dan menatap Chanyeol.

"Apa maksudmu?" tanya Jongin. Chanyeol mengernyit.

"Bukankah dia adalah ketua kelasmu? Do Kyungsoo. Yang akan menjadi ketua komite disiplin. Berhati-hatilah, ia mengetahui segala bentuk dan tipu muslihat anak-anak yang ingin membolos. Aku pernah sekilas membaca data dirinya, ia adalah juara catur yang pernah menyumbangkan medali perak dan emas terbanyak untuk Korea 4 tahun lalu. Namun, sepertinya ia tipe yang tak terlalu suka berteman." Jelas Chanyeol sambil meminum susu kotaknya. Jongin terdiam dan kembali menatapi Kyungsoo yang mencatat sesuatu dan pergi meninggalkan kantin.

.

.

.

Sehun pulang lebih dahulu meninggalkan sahabat sekaligus teman barunya yang sedang bermain di game center. Mereka cukup akrab karena memiliki hobi baru. Bahkan ternyata keduanya merokok.

Ya, bukan rahasia lagi kalau Jongin adalah seorang perokok. Ia pintar, namun cenderung ceroboh. Ia sedikit berandalan namun jatuh cinta dengan kimia-biologi murni karena kakeknya.

Sehun memasuki sebuah mini market dan mulai mengambil keranjang belanjaannya. Orangtuanya bukanlah orangtua yang sangat kaya raya. Ayahnya adalah kepala bagian divisi di kantornya sementara ibunya adalah guru tetap di sebuah sekolah menengan pertama di daerah Seoul. Ia memiliki kakak perempuan bernama Sulli. Ia kuliah jurusan Hukum di Kanada. Ia bernasib baik. Karena kulit putih bersihnya dan senyumnya yang unik, ia menjadi model kosmetik di sana. Setidaknya bisa membantu biaya kuliah.

Ia mendapat pesan kalau ayahnya akan lembur dan ibunya juga lembur untuk mengurusi data siswa baru. Sehun memutuskan untuk membeli makan malamnya sendiri.

Beberapa kali orang-orang berbisik melihatnya. Seragamnya, kalau mau jujur. Semua orang tahu seragam yang ia kenakan. Kemeja putih bersih dengan lambang sekolahnya, jas biru gelap yang memiliki lambang sekolahnya dan celana potongan straight berwarna cream.

"Gege, besok kita sudah bisa sekolah. Mengapa aku harus berbahasa Korea sekarang?" tanya sebuah suara. Sehun tetap diam memilih saus makanan. Seingatnya, saus untuk membuat jajangmyeon sudah habis, ia ingin memakan itu untuk makan malamnya.

"Sudahlah, Tao. Kita harus melancarkan bahasa Korea kita. Kau tidak mau kan, di bully karena tak mengerti bahasa Korea? /kau lupa orang Korea terkenal sebagai tukang bully? Padahal aku kira kita akan bahagia namun aku lupa orang Korea selalu membully. Kudengar orang Korea tidak begitu suka orang China./" untuk ucapan selanjutnya, Sehun tak mengerti apa yang mereka katakan selanjutnya. Tetapi, mendengar nama 'Tao' ia teringat murid yang tak hadir di hari pertama.

Sehun melirik dan melihat tubuh tinggi dengan rambut hitam arang dan tubuh langsing tegap yang di balut kemeja berwarna putih dan celana jeans hitam. Di sampingnya, ada sosok mungil berambut cokelat gelap dengan hoodie berwarna biru muda. Keduanya membawa keranjang belanjaan itu dan pergi ke kasir lalu meninggalkan mini market itu. Dan meninggalkan pertanyaan janggal bagi Sehun.

.

.

.

TBC

.

.

Hallo!maaf! semua fict belum habis malah udah ada fict baru lagi aja -_-

Kali ini temanya agak beda ya? biasanya bikin Fantasy, tapi sekarang malah bikin school life gitu. Hahaha. Kangen masa SMA..wkwkwkwkwk /diemlu

Oh iya, biar gak bingung, seluruh couple pasti akan dapat kok, hanya saja point of view untuk chapter satu emang Rai putuskan si cadel yang di sorot. Selebihnya? Rai usahakan adil. :D

Ada yang mau request couple lain buat dimasukin? Tell me in the review ^^

Sign,

Raichi.