Chapter 1
Hunhan © God
My only one girl © FujoAoi
Genre :
Drama, Romance, Hurt/Comfort
WARNING: TYPO, LAMBAT UPDATE (BANGET), ADEGAN YANG TIDAK UNTUK ANAK DIBAWAH UMUR, GS! OFFICIAL COUPLE, COMPLICATED STORY
. . .
AND THE STORY BEGINS!
. . .
Seorang yeoja mungil nan manis berumur 15 tahun terlelap di sebuah kamar yang terkesan erotis. Ia menggerakkan badannya dan mengerjapkan matanya perlahan. Namanya Xi Luhan. Luhan duduk dan menatap ke sekitarnya. Ia berharap semua yang ia alami ini hanyalah mimpi.
Ia menampar dirinya sendiri. Hanya saja, itu bukan mimpi. Dirinya memang berada di dalam kamar di sebuah motel yang terletak tidak jauh dari wilayah klub malam di Seoul. "Sudah bangun?" tanya seseorang dari pintu.
Ia adalah orang yang menemukan Luhan. Orang yang menyelamatkan Luhan dari sebuah usaha pembunuhan terhadap keluarganya. Hanya Luhan yang tersisa dari keluarganya. "Ya. Aku baru bangun," kata Luhan dengan lemas.
Kyuhyun—orang yang menyelamatkannya itu tersenyum. "Begini. Aku hanya ingin memberitahumu," kata Kyuhyun. Luhan menoleh pada Kyuhyun. "Seseorang sudah membelimu. Jauh sebelum orang tuamu mengalami konflik dalam usahanya," kata Kyuhyun lagi. "Benarkah?" tanya Luhan dengan nada tidak percaya.
"Ya… Benar. Dia ingin menjemputmu malam ini. Bagaimana?" tanya Kyuhyun. Luhan menoleh menatap jendela yang ditutupi sebuah tirai berwarna merah menggoda. "Umurnya?" tanya Luhan sambil menutupi kekesalannya.
"20 tahun. Seorang pewaris perusahaan. Kau dibeli olehnya karena ayahmu memaksa untuk menjualmu," kata Kyuhyun. "jadi, secara tidak langsung aya—"
"CUKUP! Aku muak mendengarkannya. Sebaiknya kau pergi. Aku akan menyiapkan mentalku untuk menjadi seorang budak," kata Luhan. Kyuhyun tertegun. "Baik. Aku akan kembali bersama Sungmin dalam 30 menit."
Luhan mengacak rambutnya kesal. Ayahnya. SIALAN! Bahkan orang tua bangka itu bukan ayah kandungnya. Bagaimana bisa orang tua bejat yang telah memperkosa ibunya demi mendapatkan ibunya itu menjual dirinya?
"Aku hanya cukup menjadi budak saja kan? Biarlah…" kata Luhan pasrah.
Flashback
Luhan yang saat itu berumur 10 tahun melihat pintu flatnya dan ibunya terbuka. Luhan yang bingung kemudian masuk dan melihat sebuah sepatu pria yang tergeletak berantakan di depan pintunya. Setau Luhan, Ibunya tidak mungkin membiarkan secuil isi rumah berantakan.
Luhan mendekat ke kamar Ibunya. "Erngghhh… Euuuuuhhh… A-Aku mohonhhh… Lepashhhh…"
Jantung Luhan berdetak semakin kencang. Ia melihat Ibunya berada di bawah badan seorang lelaki yang ia perkirakan cocok untuk menjadi kakak dari ibunya itu. "Hahaha… Melin… Kau cantik sekali…" katanya sambil menciumi tengkuk ibu Luhan.
Luhan segera masuk ke dalam kamarnya yang tepat berada di sebelah kamar ibunya. "Bersiaplah…"
"ARGGGHHH… SAKITHHH… AAHHHH!" Ibu Luhan merintih kesakitan karena kewanitaannya diterobos oleh kejantanan pria yang ada di atasnya tanpa persiapan. "Ahhhh… Eummmmhhh… Nikmatthhh…"
Luhan menutup telinganya untuk menghindari erangan dan rintihan yang tercipta dari ruangan di sebelah kamarnya. "Aku keluarrrhhhh…" ucap lelaki bejat itu. "Janganhhh… Di dalamhhh…"
"Rasakan itu. Kalau kau hamil, aku akan lebih mudah menikahimu, Melin sayang…"
Luhan meringkuk di dalam kamarnya ketakutan. Ada seorang penjahat yang datang dan menyakiti ibunya.
2 months later…
Luhan berada di sebuah gereja yang sudah mulai dihadiri oleh orang-orang yang tidak Luhan kenal. Ibunya akan menikah dengan pria yang telah membuat suara rintihan ibunya terdengar dan terekam di dalam otak pintar Luhan.
Luhan melihat seringan licik orang itu ketika melihat Ibu Luhan berjalan menuju altar dengan wajah yang pucat. Ibunya hamil dengan benih orang bejat yang tidak pantas berdiri di atas altar sana dengan setelan mahal yang melekat di tubuhnya.
Luhan sering mendengar ibunya menangis karena memiliki anak dari orang yang ia kenal dari tempat kerjanya. Luhan hanya bisa diam di kamarnya sambil mendengarkan semua rintihan kesakitan hati ibunya dan semua kata umpatan pada lelaki bejat itu.
Setelah janji suci disetujui kedua belah pihak. Orang yang di dalam hukum itu telah menjadi ayah tirinya, mencium ganas ibunya di depan semua orang yang mulai bertepuk tangan. Luhan melihat tangan ibunya yang bergetar berusaha untuk menjauhkan diri dari pria di depannya.
Zeyong—nama lelaki yang akan selalu Luhan benci dalam hidupnya.
. . .
Flashback off
Sungmin bersenandung sambil menggosok tubuh Luhan yang sedang duduk di dalam bathup. "Lu? Kau baik?" tanya Sungmin khawatir. "Tidak terlalu. Aku teringat masa laluku," kata Luhan.
"Yang mengerikan," tambah Sungmin sambil meringis. "Ya. Kau benar," kata Luhan. Luhan keluar dari bathup dan duduk di sebuah kursi yang telah di sediakan Sungmin. Sungmin membersihkan kaki Luhan hingga ke paha. "Kakimu indah sekali…" ujar Sungmin terlalu jujur. Luhan tertawa ringan.
"Kau tau, orang seperti apa yang akan menjemputku?" tanya Luhan yang mulai penasaran. Sungmin mencoba mengingat-ngingat seperti apa ciri-ciri orang yang datang menemui suaminya beberapa jam lalu.
"Rahangnya tegas. Matanya tajam seperti elang. Kulitnya pucat seperti susu. Nada bicaranya dingin," kata Sungmin. "Dan sepertinya dia hebat," tambah Sungmin denagn wajah yang agak memerah.
"Tentu saja dia hebat," kata Luhan malas. Sungmin terkejut. "Ba-Bagaimana kau tau dia hebat?" tanya Sungmin balik karena kaget. "Dia adalah penerus perusahaan bukan? Bahkan dia bisa membeli seorang manusia seperti aku," kata Luhan. Sungmin menatap Luhan malas. "Ishhh…"
Luhan terdiam ketika Sungmin datang mengambil beberapa alat yang Luhan tau merupakan alat wax. "I-Itu untuk apa?" tanya Luhan gugup. "Membersihkan semua rambut-rambut mungil penganggangu itu," jawab Sungmin sambil mulai mengoleskannya pada selangkangan Luhan.
Luhan menringis mulai membayangkan rasa sakitnya. "Tenang saja. Ini tidak lebih sakit dari pada apa yang akan kau rasakan," kata Sungmin.
Srettt…
"Aah…"
. . .
Luhan merasa selangkangannya masih sedikit sakit. Sekarang ia berbaring tanpa baju di kasur yang sudah ia tempati selama satu minggu. Sungmin memilih-milih baju di lemari yang ada di kamar itu. "Hm… Aku bingung… Kau cocok menggunakan baju yang satu. Sedangkan yang lain terlalu cocok," gumam Sungmin sambil menimang-nimang dua stel dress.
"Yang paling cocok saja. Aku pilih itu," saran Luhan tanpa melihat dress itu. Sungmin menoleh ke arah Luhan. "Kau yakin?" tanya Sungmin. "Ya. Aku yakin," jawab Luhan malas. Sungmin melempar gaun itu ke arah Luhan.
"Pakailah," perintah Sungmin. Luhan membelalak dan segera duduk ketika melihat dress itu transparan. "Ini bukan baju!" tolak Luhan. "Kau yang memilihnya manis," kata Sungmin. "Be-Berikan aku pakaian dalam!" kata Luhan.
"Oops… No no no! Tidak ada pakaian dalam selain lingerie di dalam ini juga, sweetheart," ujar Sungmin sambil meneliti isi lemari. "OUH! SHIT!" umpat Luhan. "Berikan aku itu!" akhirnya Luhan mengalah. Dari pada kulitnya akan langsung bersentuhan dengan dress transparan, lebih baik ia menggunakan lingerie.
"Kau seksi!" kata Sungmin ketika melihat Luhan memakai lingerie itu. "Kau bahkan terlalu nakal untuk menjadi seorang gadis," kata Sungmin lagi. Luhan mulai mengenakan dressnya. Sungmin membantu Luhan membereskan tampilannya dan merapikan rambutnya. Luhan menatap cermin, wajahnya sudah dipoles dengan make up tipis dari Sungmin.
"Aku seperti jalang," kata Luhan. Sungmin menggeleng. "Bukan jalang. Tapi, wanita terhormat," ralat Sungmin.
"SAYANG!" panggil Kyuhyun dari luar. Sungmin berlari membuka pintu. Kyuhyun langsung menciumnya ganas dan menimbulkan suara-suara nista yang sering Luhan dengar ketika Zeyong mencium Ibunya.
"Bisa kalian berhenti dan memberikanku jaket?" tanya Luhan. "aku kedinginan," tambahnya. Kyuhyun melemparkan jaket yang awalnya ingin ia berikan pada Luhan. "Ah… Minhhh… Kau sangat manishhh…" desah Kyuhyun saat Sungmin mulai memegang kejantanannya.
Luhan menutup matanya dan memakai jaket yang diberikan Kyuhyun. "Jangan melakukan seks didepanku," perintah Luhan dengan nada malas. Kyuhyun melepaskan tangan Sungmin dari benda pusakanya. "Kau pasti mencobanya ya, Kyu?" tanya Sungmin.
Kyuhyun tersenyum dan mengangguk. "Setetes. Dosis tinggi yang berbahaya," kata Kyuhyun sambil mengelus paha Sungmin. Sungmin berdecak kesal mendengar tingkah suaminya itu. "Sudah kubilang jangan!"
"Tuan…" seorang pelayan datang membawakan Luhan beberapa makanan. "Oh, masuklah," perintah Sungmin karena Kyuhyun terlalu sibuk dengan ceruknya. Luhan menatap makan malamnya yang malam ini tampak lebih mewah dibanding malam-malam sebelumnya. "Makanlah, Lu," ujar Sungmin.
Luhan mengambil sendok dan menyuap nasi hangat di depannya. Luhan makan dengan lahap. Kemudian ia meminum air putih yang telah disediakan. "Oh, Tuan!" kata Sungmin ketika melihat seorang namja tampan datang dan segera memasuki kamar Luhan.
Luhan menoleh ke arah pintu dan menemukan seorang pria dengan jas mahal datang sendirian. "Kau tuanku?" tanya Luhan. Namja itu menyeringai. "Pemilikmu," jawabnya membenarkan. Luhan tertawa ringan. "Baiklah. Lalu, bisa kita pergi?" tanya namja itu.
Luhan mengangguk. "Ayo," ajak Luhan. Sungmin menatap Luhan yang sudah mulai terpikat pada namja tampan yang berjalan keluar dari kamar itu. Sungmin dan Kyuhyun—yang masih sibuk dengan tubuh Sungmin—mengantarkan Luhan ke mobil namja itu. "Terima kasih. Uangnya sudah aku transfer,"
Luhan meninggalkan klub itu dan segera melaju pesat menuju mansion mewah.
. . .
Sehun—namja tampan yang mengendarai mobil itu melihat orang yang ada di sampingnya itu mulai mengelus-elus pahanya sendiri. Sehun menyeringai. "Kau kepanasan?" tanyanya sok tidak tau. Luhan mengangguk lemah.
"Kita akan segera sampai. Tenang saja," kata Sehun. Sehun membelokkan mobilnya ke dalam halaman mansionnya yang luas. Luhan suda mendesah tidak karuan di dalam mobil. Dan hasilnya, Sehun sudah berereksi. Kejantanannya tercetak jelas.
"Ayo!" Sehun membukakan pintu Luhan dan melihat wajah Luhan yang sudah memerah karena bernafsu, "Apahhh… Yang terjadi padakuhhh…" tanya Luhan. Sehun menarik Luhan keluar dari mobilnya. Ia menarik Luhan masuk ke dalam mansion itu dan membawanya ke dalam sebuah kamar yang abu-abu.
Sehun menutup pintu kamar dan mengunci pintu itu. Ia melepaskan jasnya sembarang arah. "A-Apa yang anda lakukanhhh?" tanya Luhan takut. "Memilikimu. Tentu saja," jawab Sehun enteng. "Ka-Kau sudah memilikikuhhh… Eungghhh…" ujar Luhan.
"Belum. Aku ingin dirimu," jawab Sehun. "setiap inchi tubuhmu," tambahnya.
Sehun membuka ikat pinggangnya dan melemparkannya sembarang arah. Luhan yang melihatnya ketakutan. Sehun mendekat ke arah Luhan dan membuka jaket Luhan dengan mudah. "Kau terlalu lugu, atau bagaimana?"
Luhan ketakutan dan badannya bergetar. "Kau melihat ibumu hampir setiap malam dimasuki oleh lelaki itu. Bagaimana mungkin kau tidak mengerti apa yang aku inginkan?" tanya Sehun dengan nada menggoda. Luhan terjatuh ke atas kasur karena kakinya tersandung.
"Nikmatilah sayang…"
Sehun naik ke atas badan Luhan dan mencium bibir Luhan bernafsu. Luhan melenguh panjang dan mendorong tubuh Sehun. Hanya saja, tenaganya tdak dapat dikeluarkan semua karena tubuhnya berada di bawah pengaruh obat perangsang dosis tinggi.
Suara-suara ciuman dua insan itu memenuhi kamar Sehun. Sehun mengalihkan ciumannya dari bibir Luhan dan mencium tengkuk Luhan. Luhan mengerang nikmat sambil tetap berusaha mendorong tubuh Sehun. "Ahh… Le-Lepashhhkanhhh… Eunggghhh…"
Sehun menarik ujung dress Luhan dan membuatnya sobek seketika. Luhan kaget karena kelakuan Sehun. "Apa yanghhh… Kau lakukanhhh?" tanya Luhan. Sehun menggigit tengkuk Luhan dan membuat sebuah tanda merah di sana.
"Ucapanmu tidak sesuai dengan apa yang ada di dalam otakmu," kata Sehun seolah mengejek Luhan. Luhan berusaha mati-matian menolak Sehun. Sehun duduk di atas paha Luhan dan menarik dress Luhan agar segera menyingkir dari tubuh gadis itu.
"Sexy!" kata Sehun. Sehun membuka kemejanya dan membiarkan Luhan melihat ototnya yang terbentuk. Sehun kali ini menarik lingeria itu. "Ja-JANGAN! AKU MOHON!"
SREEEKKKK
Tubuh Luhan terpampang dengan indahnya di depan Sehun. "Hiks… Aku mohon… Lepaskan aku…" kata Luhan sambil menutupi tubuhnya dengan tangannya. Sehun menyeringai dan menarik tangan Luhan dan meletakkannya di dadanya. Luhan masih menangis.
Sehun memegang kedua payudara Luhan yang masih segar. Sehun memerasnya dengan perlahan dan terkadang kuat. Itu membuat Luhan semakin mendesah. "Auhhh… Euuunnnhhh… Akkkhhh… Euuuhhhh…"
Sehun melepaskan tangannya dan mulai mencium payudara Luhan dari persatu. Dan tak lupa, ia memberi bekas kecupannya di atas payudara Luhan. Ia menggigit ujung payudara Luhan hingga Luhan mengerang. Sehun melepaskan celananya dan juga celana dalamnya. "Aku mohon… Jangan…" tangis Luhan.
Sehun menggeleng. "Tidak. Kau adalah milikku. Aku tidak akan melepaskanmu," kata Sehun. Sehun mencium daerah selangkangan Luhan dan menjilatnya. Luhan mendesah lagi. "Ah… ge-Gelihhh.. Hikss… Euuuhhh…"
Sehun melihat jalan masuknya menuju tubuh Luhan dan melebarkannya. Punya Luhan masih sangat rapat dan Sehun adalah orang pertama yang menjamahnya. Bahkan sangking tertutupnya Luhan, Luhan belum pernah sekalipun berpacaran. "Desahkan namaku, Luhan. Desahkan Sehun," instruksi Sehun.
Sehun menjilat satu jarinya dan memasukkannya ke dalam kewanitaan Luhan. "Akhhh… Sakithhh…" Sehun mendorong masuk jarinya perlahan dan mengocok jarinya di dalam lubang Luhan. "Ahhh… Shhh… Euuuhhhh…"
Setelah merasa kewanitaan Luhan menerima jarinya. Sehun mengeluarkan jarinya yang basah karena cairan Luhan. Sehun membasahi kejantanannya dengan cairan Luhan. "Bahkan tanpa sentuhanmu sudah membuat ini mengeras," kata Sehun.
Sehun mengarahkan kejantanannya pada lubang Luhan. "Goodbye virginity!"
JLEBBB!
"AKKKHHHHH… SAKITTTHHH…" erang Luhan. Luhan menangis. Tubuhnya hancur rasanya. Harga dirinya sebagai seorang gadis telah hancur. Mahkotanya yang segarusnya dimiliki orang yang akan menjadi suaminya telah dirampas oleh tuannya. "Kau nikmat!"
"Desahkan namaku, Luhan," perintah Sehun yang memaju mundurkan kejantanannya. Luhan meringis sakit dan menggigit bibirnya hingga berdarah. "Se-Sehunhhh… Ahhhh… Sa-Sakithhhhh…"
Sehun juga mencium payudara Luhan dan menghentakkan kejantanannya dalam liang Luhan. Ia meraskaan tubuh Luhan bergetar tak lama setelahnya. Ia merasakan kejantanannya diselimuti cairan hangat. "Sekarang giliranku," kata Sehun.
Sehun terus menggenjot tubuh Luhan yang sudah tidak berdaya untuk melawan dan akhirnya menikmati permainan. Sehun merasa dirinya akan sampai. "Aku sampaihhh…"
Cairan Sehun memenuhi lubang Luhan hingga Luhan merasa dirinya penuh. "Kau hebat!" puji Sehun. Luhan menangis. Ia tidak bisa menerima tubuhnya sudah kotor karena namja yang ada di atasnya itu. Karena Luhan terlalu lelah, akhirnya Luhan tertidur dan membiarkan Sehun berkali-kali menumpahkan benihnya di dalam rahim Luhan yang tengah berada di masa suburnya.
. . .
Luhan bangun dengan badan yang pegal. Sehun sudah bangun dan masih mengelus rambut Luhan. Luhan merasa bagian bawah dirinya masih penuh. "Uuhh…" lenguh Luhan. Sehun memeluk Luhan erat. Luhan masih diam dan kemudian menangis. "Hiks… Aku benci… HUAAAAAAAAAA!"
Sehun menarik kepala Luhan ke dalam pelukannya dan membiarkan Luhan memukul dadanya karena marah. "Aku benci padamu Tuan Sehun! Aku benci!" kata Luhan sambil terus menangis.
Sehun hanya bisa diam dan mendengar tangisan Luhan. Setelah Luhan diam, Sehun mengecup dahi Luhan. "Aku harus pergi ke kantor. Kau diamlah di rumah. Aku akan menyuruh Minseok membantumu membersihkan diri," kata Sehun yang kemudian melepaskan pertautan antara dirinya dan Luhan. Luhan menarik selimutnya hingga dada dan menatap darah yang menempel di sprei.
Tak lama, seorang gadis berpipi seperti bakpao datang. "Hai! Namaku, Kim Minseok. Senang bertemu denganmu!" kata Minseok. Luhan mengangguk lemah. "Minseok… Sebaiknya kau menjauh dari diriku… Aku kotor!" kata Luhan dengan nada sedih.
Minseok merengut, ia kasihan pada Luhan dan segera memeluk Luhan. Luhan hanya diam. "Ayo. Kita harus membersihkan dirimu. Kita harus kesekolah barumu sekarang," kata Minseok. Luhan menatap Minseok. "Darimana kau tau, aku harus sekolah?" tanya Luhan.
Minseok mendecak. "Aish! Aku ini pelupa. Aku ini adalah asisten Tuan Sehun. jadi, aku yang menyiapkan segala keperluan Tuan Sehun. aku juga yang memberi tau Tuan Sehun semua tentangmu," kata Minseok.
"Bagaimana dengan Zeyong?" tanya Luhan. Minseok kaget. "bukankah kau pasti tau dia dimana sekarang?" tambah Luhan. Minseok menggeleng. "Dia mati. Dia sudah mati, Luhan," jawab Minseok bohong.
Luhan mengangguk paham. "Syukurlah," kata Luhan lega.
. . .
"Namamu?" tanya seorang guru.
"Xi Luhan. Umurku 15 tahun. Orang tuaku sudah meninggal. Aku tinggal bersama Nona Kim," jelas Luhan pada petugas itu. "Oh? Benarkah?" tanya petugas itu pada Minseok. "Baiklah. Silahkan diisi yang belum lengkap," petugas itu meninggalkan Luhan dan Minseok untuk mengisi formulir.
"Untung saja ada kemeja berlehar tinggi yang bisa menutupi kissmark itu," ucap Minseok lega. Luhan tersenyum pahit dan kembali membaca formulirnya. "Sudah. Aku akan memberikan ini dulu," kata Luhan. Luhan segera menemui petugas itu dan memberikan formulirnya. "Kau bisa mulai sekolah besok,"
Luhan kembali menemui Minseok dan kemudian mereka pulang menggunakan mobil yang disediakan Sehun. Minseok dan Luhan berhenti disebuah toko pakaian, dimana Luhan bisa membeli seragam. Setelah dari toko itu, Minseok mengajak Luhan untuk mencari keperluan sekolahnya yang lain.
Mereka pulang tepat ketika makan siang datang. Minseok memberikan salam pada Sehun yang berada di ruang tengah, begitu pula Luhan. Sehun tersenyum melihat Luhan. "Bagaimana? Kehidupan barumu, Luhan?" tanya Sehun. Luhan diam. "Ba-Baik…" jawab Luhan.
Sehun tersenyum. Ia memerintahkan Minseok pergi dan memberinya ruangan dengan Luhan. Sehun memegang pipi Luhan dengan hati-hati seolah Luhan adalah benda yang akan hilang ditiup angin ketika ia memegangnya. Sehun mendekatkan bibirnya dengan bibir Luhan.
Sehun mengecup bibir atas Luhan perlahan dan kemudian mencium seluruh bibir Luhan yang berwarna kemerahan. "Selamat datang di mansionku, sayang," kata Sehun. Luhan menundukkan kepalanya. "Aku rasa Tuan harus segera ke dapur dan makan siang. Tuan pasti lapar," kata Luhan.
Luhan segera meninggalkan Sehun yang masih terdiam dan kemudian tertawa. Luhan berhenti karena ia tidak tau arah rumah ini. Rumah ini terlalu besar bagi gadis sepertinya. "Kau mau kemana?" tanya Sehun. "bahkan kau tidak tau arah kamarmu, benar?" tambah Sehun.
Luhan mengangguk. "Masuklah ke lorong putih, disana ada pintu ukir besar berwarna putih. Itu kamarmu," kata Sehun. "itu lebih besar dari apa yang pernah kau terima dari Zeyong sialan itu," tambah Sehun. Sehun melihat Luhan masih tidak bergerak.
"Terima kasih sudah memberiku kamar," kata Luhan yang kemudian segera berjalan menuju kamar yang Sehun maksud. "Kamarku tepat berada di lorong abu-abu yang bersebrangan dengan lorong putih," kata Sehun. "aku akan menemuimu setelah makan siang," tambah Sehun lagi.
. . .
Luhan membuka pintu ukir di depannya. Sebuah kamar besar seperti kamar di istana menunggu Luhan untuk Luhan tempati. Luhan masuk dan melihat sebuah ranjang putih berukuran queen size ditengah ruangan. Kamarnya juga memiliki walk-in-closet yang diterangi lampu berwarna putih. Di dinding juga ada sebuah tulisan namanya yang dicat menggunakan cat abu-abu.
Luhan duduk di atas ranjangnya dan menatap taman yang berada tepat di depan kamarnya. Luhan membuka pintu yang mengarah ke sebuah taman berukuran 3 × 5 meter. Luhan duduk di atas kursi putih yang ada di taman itu. ia menghidup udara dalam-dalam.
"Luhan?" panggil Minseok. Luhan melihat Minseok yang tersenyum dan melambai padanya. "Tuan Sehun menunggu. Ayo, kau harus makan. Kau belum makan apa-apa sejak sarapan tadi pagi," kata Minseok. Luhan mengangguk.
Luhan bersama Minseok berjalan menuju ruang makan yang bernuansa Eropa klasik. Sehun duduk di salah satu sisi meja untuk enam orang itu. Luhan duduk di ujung satunya lagi. "Baik. Sekarang kita makan," ajak Sehun.
Sehun dan Luhan makan dalam diam. Luhan yang pertama kali selesai makan dan menatap Sehun tajam. Sehun yang menyadari Luhan menatapnya meletakkan sendoknya. "Kau membuatku susah untuk makan, Luhan," kata Sehun.
"Jika begitu, aku akan segera ke kamarku," kata Luhan. Luhan meninggalkan Sehun yang masih makan. Luhan kembali ke kamarnya dan menutup pintu kamarnya. Ia melihat ikan-ikan yang berenang di dalam air mancur yang ada di taman mininya.
Tok… Tok…
"Kita harus bicara," kata Sehun.
. . .
Peraturan hubungan Oh Sehun dan Xi Luhan
Sebagai properti yang dimiliki oleh Oh Sehun,
Xi Luhan dijamin kehidupannya, dijamin kesehatannya, dijamin perekonomiannya,
Oh Sehun dapat bercinta dengan Xi Luhan kapanpun ia mau,
Xi Luhan harus datang ketika Sehun memanggilnya,
Xi Luhan harus menerima jika Oh Sehun memiliki wanita lain sebagai seorang kekasih atau istrinya.
Dan peraturan itu dapat diubah sesuai dengan kesepakatan Oh Sehun
Tertanda,
Oh Sehun
Luhan mencabik kertas yang diantarkan oleh Sehun itu. Sehun menatap datar Luhan. "Kau sialan! Jangan pikir karena kau adalah orang yang telah membeliku, kau bisa memperlakukanku sesukamu. Aku benci padamu!" kata Luhan.
Sehun mendekat ke arah Luhan. "Kau hanya propertiku," kata Sehun dingin. "ikuti apa yang ada di peraturan, dan aku tidak akan pernah menyakitimu," tambah Sehun. Sehun menutup pintu kamar Luhan dan membiarkan Luhan yang jatuh terduduk.
"KAU BRENGSEK!"
Minseok menghampiri Sehun yang merapikan kembali jasnya dan membereskan rambutnya yang agak berantakan. "Kesepakatan itu membuatmu semakin seperti Zeyong si brengsek itu," kata Minseok. Sehun tersenyum. "Iya propertiku, Min. Aku tau apa yang harus aku perbuat," kata Sehun.
"Sekarang kau menjadi asisten Luhan. jongdae akan menjadi asistenku," kata Sehun lagi. "Ta-Tapi, Jongdae tidak bisa bekerja sendiri. Dia membutuhkanku!" kata Minseok yang mencoba tetap menjadi asisten Sehun. "Jongdae tidak akan kupasangkan dengan wanita lain. Tenang saja, posisimu dihatinya tidak akan tergantikan lagi," jelas Sehun.
Sehun melangkah ke pintu depan. "Aku tau hubungan kalian tidak hanya sepasang kekasih biasa," kata Sehun. Minseok kaget. "kalian partner seks yang hebat. Aku mengakuinya," tambah Sehun.
. . .
Pagi ini Luhan datang ke sekolah barunya diantarkan Minseok. Minseok menyetir mobil sedan sedangkan Luhan duduk di belakang. "Kau tidak boleh mengatakan bahwa kau tinggal dengan seorang lelaki seperti Sehun. Aku adalah saudara jauhmu. Kau tinggal bersamaku," dikte Minseok. Luhan diam dan hanya menatap jalanan.
"Dan lagi, Sehun tidak suka kau dekat-dekat dengan lelaki lain. Jadi, hati-hatilah ketika bergaul," ingat Minseok.
Luhan membuka pintu mobil ketika ia sudah tiba di depan jalan bertangga yang mengarah ke gerbang sekolahnya.
Luhan berjalan sendiri. Ia menggunakan tas putih dan juga jepit rambut berbentuk pita berenda berwarna putih. Rambut coklat bergelombangnya digerai bebas, sehingga ketika kepalanya ia tundukkan, wajahnya hampir tersenyumbunyi.
"YA! YA! YA! PARK CHANYEOL! Kau sudah memiliki Baekhyun! Jangan dekati Kyungsoo lagi!" teriak seorang namja berkulit tan di dalam kelas yang Luhan lewati. Luhan kembali berjalan menuju ruang guru dan bertemu dengan wali kelasnya.
"Oh, Xi Luhan?" tanya guru Tan. Luhan membungkukkan badan. "Namaku Xi Luhan. Senang berkenalan denganmu, guru Tan,"
Ketika jam pertama dimulai, Luhan masuk ke dalam kelas yang tadi ia lewati dan memperkenalkan dirinya di depan kelas."Halo, namaku Xi Luhan. senang berkenalan dengan kalian," sapanya dingin pada teman-teman ekelasnya. "Ada yang ingin bertanya?" tanya guru Tan.
"Kau sudah punya pacar?" tanya seseorang. "Sudah. Aku punya," jawabnya. Banyak siswa lelaki yang mengeluh kecewa. Luhan duduk di antara dua siswi manis. "Hai! Namaku Baekhyun," kata siswi disebelah kanannya. "Hai! Namaku Kyungsoo!" sapa siswi disebelah kirinya.
Luhan mengangguk. Luhan ingin sekali berkenalan lebih dekat dengan mereka, hanya saja, Luhan sudah dijemput oleh Minseok. "Ayo pulang," ajak Minseok.
Minseok membawa mobil sedannya menuju mansion Oh. Luhan keluar dari mobil dan segera membuka pintu depan. Ia berbelok menuju ruang tengah dan melihat seorang yeoja dengan dress berbelahan dada rendah duduk dengan menyilangkan kakinya di sofa ruang tengah. Ia menggunakan riasan menggoda. Ketika Luhan lewat, yeoja itu menatap sinis dirinya.
"Xi Luhan? benar?" tanya yeoja itu. Luhan mengangguk dengan pandangan dingin. "Apa yang kau mau?" tanya Luhan. "Aku adalah wanita Sehun malam ini, dan aku mengundangmu untuk datang ke dalam panas yang akan kami lewatkan bersama malam ini,"
PLAKKK
"Apa yang kau katakan barusan jalang?" tanya Luhan geram. Wanita itu mendecih. Ia hampir menampar Luhan balik jika saja Luhan tidak menepis tangannya dan menampar wanita gila itu lagi.
PLAKKK
"Sadar dirilah. Aku tidak selevel dengan dirimu yang murahan untuk kau undang dalam malam panas menjijikkanmu. Kau hanya melayani Sehun semalaman. Aku, melayaninya sepanjang hidupku yang akan datang," kata Luhan. Luhan berjalan menuju lorong kamarnya kemudian dia berhenti. "Dan lagi, lubangmu itu tidak akan pernah memuaskan Sehun!" tambah Luhan.
Sehun yang melihat Luhan yang barusan berkata seperti itu dari atas hanya tersenyum. Gadis itu menarik baginya. Kata-katanya bagaikan pedang yang bisa melindunginya setiap saat.
"Menarik!"
. . .
TBC
. . .
Halo! Halo! HALO!
Akhirnya Aoi comeback! Aoi gak bisa update semuanya. Cuma ini yang bisa dipublish. Aoi kesusahan untuk ngingat alur cerita yang lain. Aoi ini pelupa. Akhirnya ff yang lain susah ditulis. Jadi, ditunggu aja ya.
Oke, bacotnya kali ini gak banyak, silahkan hubungi Aoi lewat PM atau e-mail Aoi. Di hanribyeol gmail dot com. (Dot diganti . ya)
Review please!
