Standard disclaimer applied
Forelsket: The indescribable euphoria experienced as you begin to fall in love.
.
.
.
Selama duabelas tahun Sarada hidup bersama ibunya, Uchiha Sakura, Sarada hanya mengenal segelintir anak yang berlawanan jenis dengan dirinya. Seperti Uzumaki Boruto, anak sang Nanadaime; Lee Metaru (Metal Lee), anak Paman Lee yang terkenal sebagai Taijutsu Master; Mitsuki, anak laki-laki pendiam di kelasnya; Shinki, anak angkat Sang Kazekage dan sepupu Shikadai, yang ditemuinya hanya setiap ia berkunjung; Yamanaka Inojin, anak tunggal Paman Sai dan Bibi Ino; dan Nara Shikadai, anak Paman Shikamaru dan Bibi Temari.
Dari semua anak yang ia sebut, hanya ada dua orang yang sangat dekat dengannya: Nara Shikadai dan Yamanaka Inojin. Bisa dibilang kedua anak lelaki tersebut adalah sahabatnya. Dan kedekatan mereka adalah ulah dari ketiga ibu mereka: Sakura, Ino, dan Temari.
Ketiga ibu mereka memang bersahabat, apalagi ibunya Sarada dan ibunya Inojin, Sakura dan Ino. Jadi sewaktu mereka kecil, jika salah satu dari ibu mereka sedang ada misi ke luar desa, pasti mereka akan dititipkan. Selama Sarada kecil, ibunya lebih sering menitipnya kepada Bibi Ino. Tapi ia tidak memungkiri frekuensi ia menginap di rumah kediaman Nara juga sering.
Tapi karena ibunya adalah kepala medis di Rumah Sakit Konoha, ia jarang pergi ke luar desa untuk melaksanakan misi. Pun begitu, ibunya juga sangat sibuk di rumah sakit karena memang ibunya sangat hebat, jadi ia sangat dibutuhkan di sana. Jadi, Bibi Ino atau Bibi Temari jarang menitipkan Shikadai dan Inojin pada Sakura. Kecuali jika keduanya memiliki misi di saat yang bersamaan dan tidak percaya dengan cara suami mereka mengurusi anak, pasti mereka akan datang ke ibunya dan menitipkan anak mereka.
Bertahun-tahun menghabiskan waktu bersama, terkadang Sarada berharap mereka akan satu tim saat lulus dari akademi nanti. Tapi dia harus menelan rasa kecewanya, karena Sarada berada dalam tim yang berbeda dengan Shikadai dan Inojin. Dirinya malah ditaruh di tim yang sama dengan Boruto dan Mitsuki.
Ketika ia memberitahu ibunya dan mengatakan bahwa ia kecewa, ibunya hanya bisa memberinya senyum menyesal dan mengatakan bahwa Boruto tidak buruk. Apalagi Boruto adalah anak Naruto, Nanadaime Hokage, teman satu tim ayah dan ibunya, juga sahabat terdekat ayahnya, Uchiha Sasuke.
Sarada sebenarnya tidak memiliki masalah berada satu tim dengan Boruto dan Mitsuki. Ia mengenal Boruto sejak kecil, terkadang main di rumahnya. Walau ketika berkunjung ke rumah Nanadaime, Sarada lebih sering menghabiskan waktu bersama dengan adik perempuan Boruto, Himawari. Jadi ia tidak benar-benar dekat dengan anak pertama Nanadaime tersebut. Dan Mitsuki adalah anak yang misterius, tidak banyak yang tahu tentang dirinya. Kecuali bahwa ia pendiam, pintar, bisa menggunakan beberapa jutsu, terlalu jujur, sering tersenyum, dan ia juga bisa memajangkan tangan dan kakinya (Sarada mencurigai bahwa itu adalah kekkei genkai).
"Kau mengambil spotku," ucap suara yang sangat dikenali Sarada.
Ketika ia mendongak, sepasang mata hijau tengah menatapnya. Menghela napas, Sarada bergeser dan membiarkan Shikadai menempati tempatnya yang tadi.
"Mana Inojin?" tanya Sarada kemudian.
Shikadai hanya mengeluarkan suara gerutuan tidak jelas yang membuat Sarada memutar manik hitamnya. Tipikal Nara, pikirnya. Ia menyamankan tubuhnya di atas rumput yang masih basah dan dingin sebelum kembali menatap awan. Kebiasaan Paman Shikamaru sejak kecil yang diturunkan pada Shikadai dan sekarang ditularkan kepada Sarada dan Inojin.
Setelah sepuluh menit berlalu, Shikadai akhirnya bersuara, "Inojin sedang membantu ibunya, dia bilang akan menyusul nanti."
"Aa," jawab Sarada singkat.
Kemudian hening kembali. Sarada menutupi matanya, membiarkan angin pagi meniup wajah putihnya. Ia dapat mendengar deru napas Shikadai yang teratur di sebelahnya, membuat Sarada ingin tertidur.
"Kudengar ayahmu pulang hari ini."
Ucapan Shikadai membuat Sarada kembali membuka matanya. Gadis keturunan Uchiha tersebut melirik sahabat pemalasnya yang kini masih memejamkan matanya. "Hmm, hanya beberapa hari."
Shikadai membuka matanya, memperlihatkan manik hijau yang mirip persis dengan manik milik Temari. Ia menatap Sarada yang juga ikut menatapnya. "Kau tidak ingin menghabiskan waktu dengan ayahmu?"
Sarada hanya mengedikkan bahu sebagai jawaban. Mereka tidak berhenti saling pandang, manik hitam Sarada beradu dengan manik hijau Shikadai yang—menurutnya—sangat cerah dan bercahaya. "Kuharap aku memiliki mata Ibuku," ucapnya tiba-tiba membuat Shikadai menaikkan sebelah alisnya.
"Kenapa? Tidak ada salahnya memiliki manik obsidian sepertimu," jawab Shikadai dengan nada datar.
"Kau dan Inojin memiliki warna mata ibumu. Aku iri, aku juga ingin punya warna mata seperti Mama," jawab Sarada yang kini pandangannya telah kembali kepada awan-awan di atas langit.
"Kenapa?" tanya Shikadai kembali.
"Aku tidak suka ketika sedang berkaca dan melihat mata Papa yang sedang memandangku."
Shikadai mendengus mendengar jawaban Sarada. Ia tahu absennya Paman Sasuke selama bertahun-tahun di hidup Sarada adalah salah satu penyebab mengapa sahabat perempuannya, selain Chouchou, sangat tidak ingin memiliki hal-hal yang mirip ayahnya. "Itu matamu, Sarada, bukan mata ayahmu."
"Dan lagipula Paman Sasuke memiliki rinnegan," ucap Inojin yang baru datang, kemudian ia mengambil tempat di sebelah Sarada sehingga gadis itu kini diapit oleh kedua anak laki-laki tersebut. "Jadi kalau kau berpikir yang menatapmu ketika sedang berkaca adalah ayaahmu, maka kau salah. Karena kau tidak punya rinnegan."
Sarada tidak menjawab. Setelah melirik kedua sahabatnya, ia memutuskan untuk mengganti topik.
Shikadai dan Inojin bukan orang yang senang ikut campur masalah orang. Tapi entah mengapa kedua sahabatnya itu selalu berusaha membuatnya menyukai ayahnya. Entah karena mereka memang menyukai Uchiha Sasuke atau karena mereka adalah sahabatnya sehingga merasa perlu untuk melakukan hal tersebut, Sarada tidak mengerti. Tapi ia bersyukur mereka hanya akan membahas ayahnya jika ia duluan yang memulai.
Shikadai tiba-tiba bangun, membuat Inojin dan Sarada menatapnya bingung. Anak laki-laki yang mirip persis seperti jiplakan Nara Shikamaru namun dengan mata berbeda tersebut berdiri, menatap kedua sahabatnya yang masih tidur di atas rumput. "Shinki hari ini datang bersama Paman Gaara, mau ikut?"
Tanpa mendengar jawaban dari mereka, Shikadai berjalan pergi meninggalkan mereka. Sarada dan Inojin saling memandang; mengangguk satu sama lain; kemudian bangkit menyusul Shikadai.
"Apa dia ke sini sekaligus untuk ikut ujian chuunin?" tanya Sarada ketika mereka telah menyusul Shikadai.
"Hmm, mungkin. Timnya juga sepertinya datang hari ini," jawab Shikadai malas, kedua tangannya telah ia taruh di belakang kepala.
Ketiganya kemudian jalan berjajar di jalan setapak menuju kediaman Nara.
.
.
.
Note: Cerita MultiSara pertama! Yay! Udah lama banget mau nulis ini tapi perhatian selalu terjatuh sama ff saya yang satu lagi, Kintsukuroi. Huh. Ini masih chapter percobaan, kalau responnya baik saya lanjutkan kalau gak ya tetep saya lanjutin tapi update hanya sebulan sekali aja huehehee
