Summary: Sasuke baru saja pindah bersama dengan kakaknya ke sebuah rumah tua. Dan karena kepindahannya itu, ia pun bertemu dengan seorang gadis aneh yang mengaku tinggal di rumah tua tersebut. R&R
Disclaimer: I don't own anything
Warning: OOC
LIGHT IN YOUR EYES
Sasuke Uchiha diam menatap sebuah bangunan di depannya, sebuah bangunan yang tak lain adalah rumah yang akan ditinggalinya bersama kakaknya, Itachi Uchiha. Bangunan rumah bergaya minimalis berukuran besar yang memiliki 2 lantai dan sebuah halaman yang cukup luas. Rumah yang akan ditinggalinya ini pernah direnovasi sebelum kepindahannya ke sini. Karena sebelumnya rumah barunya ini pernah mengalami kerusakan berat akibat kebakaran yang terjadi 3 tahun lalu, itu yang Sasuke dengar dari orang yang menjual rumah ini.
"Sasuke, cepat bantu aku membawa tas-tas bawaan kita," suara kakaknya membuyarkan lamunan Sasuke.
Sasuke buru-buru menoleh pada kakaknya, Itachi, "Oh, ya," ia pun membantu Itachi mengangkut barang-barang bawaan mereka.
Sasuke dan Itachi juga pernah mengalami peristiwa kebakaran rumah sehingga harus kehilangan kedua orang tua mereka. Sehingga membuat Sasuke enggan untuk pindah ke rumah ini, tak ingin mengenang masa lalunya. Tetapi karena ia hanya bisa mengandalkan dan bergantung pada Itachi, Sasuke mau tak mau harus tinggal di rumah barunya.
Saat Sasuke berniat memasuki rumah barunya untuk memindahkan barang-barang bawaannya, ia merasa ada seseorang yang tengah memandanginya dari dalam rumahnya. Tetapi yang Sasuke lihat hanyalah beberapa orang kuli angkut dan Itachi, dan mereka semua berada di luar rumah.
Sasuke mengerutkan dahinya, "Rasanya tadi ada yang melihatku,"pikir Sasuke, "Apa hanya perasaanku saja, ya?"
Lalu ia pun segera melangkahkan kakinya, memasuki rumah barunya. Sesampainya ia di dalam rumahnya, ia terpesona sendiri. Rumah barunya ini ternyata lebih besar dari pada kelihatannya. Ada sebuah bar kecil di dekat ruang TV dan ada sebuah tangga berbentuk spiral yang telah dibentuk sedemikian rupa, sehingga terlihat cocok dengan gaya minimalis yang dimiliki oleh rumah tersebut.
TEK TEK TEK TEK
Sasuke terkesiap saat ia mendengar suara langkah seseorang sedang menaiki tangga. Saat Sasuke membalikkan badannya ke arah tangga, ia tak melihat siapapun. Yang ada di dalam rumah hanyalah dirinya seorang, sedangkan kuli angkut yang lain dan Itachi masih berada di ruang depan.
TEK TEK TEK TEK
Kembali terdengar suara detuman langkah seseorang menaiki tangga. Karena merasa agak takut mendengar suara aneh tersebut, Sasuke buru-buru keluar dari rumahnya.
"Hei, Sasuke, kau kenapa?" tanya Itachi bingung melihat adiknya terlihat pucat pasi.
Sasuke hanya tertawa gugup, "B-bukan apa-apa... Ta-tadi rasanya aku seperti mendengar suara aneh dari dalam rumah baru kita... ha ha ha..."
Itachi mengernyitkan dahinya, tetapi kemudian ia tertawa geli, "Jangan bilang kau takut untuk tinggal di rumah baru kita."
"A-aku tidak takut!" bantah Sasuke, "Tadi aku benar-benar mendengar suara aneh dari dalam sana!"
Itachi berdeham, berusaha menahan tawanya, "Paling hanya suara tikus," katanya, "Sekarang, kau bisa masuk lagi ke dalam rumah untuk mengecek kamar barumu. Sekalian kau bawa barang-barang bawaanmu ke kamarmu. Kamarmu ada di lantai 2."
Sasuke mengangguk dan kembali memasuki rumah itu. Tetapi ia tetap merasa enggan memasuki rumah barunya itu. Apalagi, dari tadi, saat ia kembali memasuki rumah barunya, ia merasa ada seseorang yang tengah mengikutinya. Ada sebuah suara langkah kaki di belakangnya. Padahal di belakangnya tak ada siapa-siapa. Dan saat ia menaiki tangga menuju lantai 2, ia seperti melihat sekelebat bayangan sedang menuruni tangga. Bayangan seorang anak perempuan berambut hitam panjang. Tak tanggung-tanggung, Sasuke menjerit melihatnya dan segera berlari meninggalkan rumahnya, berlari ke luar.
Itachi yang kembali melihat adiknya mendatanginya dengan wajah pucat pasi memasang muka sebal, "Apalagi, sih? Kenapa kau kembali lagi?"
"Sumpah, Kak! Tadi aku seperti melihat penampakan! Ada sebuah bayangan aneh di tangga!" kata Sasuke.
Itachi menghela nafas, "Itu hanya imajinasimu. Lagipula kau ini anak laki-laki dan usiamu sudah 16 tahun, Sasuke! Jangan bersikap seperti anak gadis yang baru berusia 13! Kekanak-kanakan sekali sikapmu itu," Itachi kembali pada pekerjaannya, menyuruh-nyuruh para kuli angkut mengangkuti perlengkapan meubel. Tetapi pekerjaannya terhenti karena Sasuke masih berdiri di sampingnya.
"Pokoknya kau juga ikut denganku melihat-lihat ke kamarku," paksa Sasuke.
Menghela nafasnya kembali, Itachi dengan sangat terpaksa berkata, "...Baiklah... Pokoknya lain kali jangan paksa aku melakukan hal-hal konyol seperti ini..."
Itachi pun pada akhirnya terpaksa mengikuti adiknya, mengantarkannya melihat-lihat ke dalam kamarnya. Sasuke menarik nafas lega, karena bersama dengan kakaknya, ia merasa lebih nyaman. Tak ada lagi suara aneh dan suara langkah kaki misterius yang mengikutinya. Dan akhirnya mereka berdua sampai di kamar baru Sasuke.
"Nah. Sasuke, ini kamar barumu. Bagaimana? Bagus bukan? Kamarmu langsung menghadap halaman belakang lho," jelas Itachi pada Sasuke, "Apa kau menyukainya?"
Sasuke mengangguk, "Ya. Lumayanlah, sepertinya cukup nyaman untuk ditinggali."
Lalu Itachi meninggalkan adiknya sendirian di kamar barunya, ingin kembali meneruskan pekerjaannya yang tertunda, meski Sasuke enggan Itachi meninggalkannya. Tetapi apa boleh buat, ia tak mau kembali merepotkan kakaknya. Apalagi kakaknya itu memiliki banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Untuk menghabiskan waktunya, Sasuke memutuskan untuk kembali menata kamar barunya. Ia ingin melupakan tentang kejadian aneh di dalam rumah barunya, berharap agar ia merasa lebih nyaman karena ia harus tinggal di rumah barunya ini selama beberapa tahun ke depan.
Saat Sasuke mengeluarkan barang-barangnya, ia kembali merasa ada seseorang yang tengah melihatnya dari belakang. Sasuke menoleh.
Tak ada siapa-siapa. Hanya ada dirinya, sendirian.
Sasuke memegang bagian belakang lehernya, tiba-tiba saja ia merasa merinding sendiri. Seperti ada angin dingin yang lewat dan menusuk bagian belakang lehernya. Sasuke memutar matanya, seluruh jendela tertutup rapat. Mana mungkin ada angin lewat? Sasuke meyakinkan dirinya bahwa ia hanya berimajinasi, semua yang dirasakannya hanyalah bayangan akan ketakutannya sendiri, bukan kenyataan. Dan ia pun kembali membereskan barang-barangnya.
BRUUKKK
"Huh?"
Sasuke menoleh ke belakang. Ia mendengar ada sebuah suara benda jatuh di belakangnya. Dan saat ia mengamati sekitarnya, ia menemukan sebuah foto berbingkai di lantai. Sasuke memiringkan kepalanya sedikit, lalu memungut foto tersebut. Matanya mengamati foto itu sesaat. Foto itu kacanya sudah agak retak dan agak berdebu.
Dan di foto tersebut, ada gambar seorang gadis yang kira-kira berusia sebaya dengan Sasuke. Berambut hitam indigo, berkulit putih terang dan matanya berwarna violet terang, nyaris mendekati warna putih, sedang tersenyum lembut sambil memeluk sebuah boneka beruang berwarna coklat tua. Gadis yang cantik, pikir Sasuke. Sasuke meniup debu yang menutupi foto tersebut, matanya masih memandangi gambar pada foto tersebut. Lalu Sasuke membalikkan foto tersebut. Di belakang foto tersebut ada sebuah tulisan kecil.
Januari 24 2005. Hinata Hyuuga.
"Siapa kamu?" sebuah suara mengejutkan Sasuke.
Sasuke memutar matanya, dan membalikkan badannya. Matanya terbuka lebar.
Di belakangnya, berdiri seorang gadis berambut hitam indigo panjang dan bermata violet terang keputih-putihan, wajahnya sama persis dengan gadis yang dilihatnya di foto. Kulitnya yang putih pucat yang dibalut gaun berwarna puith membuatnya tampak anggun. Sasuke tersentak sedikit. Mana mungkin ada orang selain dirinya, kuli angkut dan Itachi di rumah ini?
"Si-siapa kau? Apa kau tetangga sebelah?" tanya Sasuke.
Gadis itu mengerutkan dahinya, memiringkan kepalanya sedikit, "Apa maksudmu? Harusnya aku yang bertanya demikian padamu. Seenaknya saja memasuki rumah orang."
Sasuke tersentak sedikit mendengar ucapan gadis itu, "Apa? Ini adalah rumahku! Aku baru saja pindah ke sini dengan kakakku."
"Tapi ini rumahku! Bagaimana mungkin ada orang lain yang boleh tinggal di sini!" gadis itu menatap Sasuke dengan tatapan marah, "Sekarang cepat pergi dari sini!"
"Apa mak-"
"Kau sedang bicara dengan siapa Sasuke?"
Itachi tiba-tiba saja memotong ucapan Sasuke. Sasuke menoleh pada kakaknya.
"Ah, Kakak. Kemari, beri tahu pada gadis ini bahwa kita memang benar-benar sedang tinggal di-" tapi, saat Sasuke menengok ke arah gadis itu, gadis itu sudah lenyap, "L-lho? Kemana gadis itu? Rasanya tadi aku baru saja melihatnya berdiri di sini... Apa kau melihat ke mana gadis itu pergi, Kak?"
Itachi mengernyitkan dahinya, "Apa maksudmu? Aku tak melihat siapapun selain dirimu di kamar ini. Tadi aku mendengar suara kau dari atas. Kupikir kau berubah jadi orang gila."
Sasuke menelan ludahnya. Mana mungkin Itachi tak melihat gadis itu? Aneh sekali. Padahal tadi jelas-jelas ia berbicara dengan gadis itu.
Ha-hantu?
Sasuke menelan ludahnya.
"Sasuke, makan malamnya sudah siap..." panggil Itachi pada adiknya pada malam harinya.
Sasuke menghentikan acara bermain gamenya, "Ya. Aku datang."
Ia pun berjalan menuju meja makan. Di atas meja makan ia melihat banyak masakan lezat. Tetapi, karena ia terus-menerus meningat tentang kejadian-kejadian aneh yang dialaminya siang tadi, Sasuke mendadak malas makan.
"Kenapa? Kok makanannya tidak dimakan?" tanya Itachi, bingung melihat adiknya hanya memandangi makanannya.
"Aku... malas makan..." jawab Sasuke.
"Ayolah. Makan! Nanti kau bisa sakit kalau tak makan! Aku bisa kerepotan kalau harus mengurusimu terus jika kau sakit nanti," kata Itachi, berusaha memaksa adiknya untuk makan.
"Baiklah..."
Sasuke pun akhirnya mengambil beberapa piring dari atas meja makan. Tetapi, entah kenapa, ia merasa seperti ada sesuatu yang menarik-narik kakinya dari bawah meja makan. Sasuke menoleh ke bawah meja. Dan ia melihat, gadis yang ditemuinya siang tadi ada di bawah meja, menarik-narik kakinya. Sasuke menjerit ketakutan.
"Ada apa?" Itachi kaget mendengar suara jeritan adiknya.
Sasuke menunjuk-nunjuk bagian bawah kakinya, "I-itu! Tadi ada orang di bawah meja!"
Itachi menghampiri adiknya, "Ah. Mana mungkin. Kita tinggal hanya berdua, tak ada orang lain yang tinggal di sini selain kita Sasuke," jelas Itachi. Ia pun melongokkan kepalanya ke bawah meja, "Lihat. Tak ada siapa pun di bawah sana."
"Tapi, aku benar-benar melihatnya..." kata Sasuke.
"Jangan bodoh. Sekarang, cepat ambil bagian makan malammu."
Dengan enggan, Sasuke menyendokkan beberapa sendok nasi ke piringnya. Perasaannya masih ketakutan soal kejadian tadi. Dan ia merasa memang ada keanehan pada rumah barunya ini. Apalagi, ia teringat soal kabakaran yang pernah terjadi pada rumahnya ini sebelum kembali direnovasi. Tetapi, Sasuke berusaha meyakinkan dirinya bahwa gadis itu hanyalah bayangannya.
Malamnya, Sasuke tak dapat tidur. Ia terus membolak-balikkan posisi tidurnya. Dari tadi, ia merasa seperti ada seseorang yang memperhatikannya, padahal tak ada siapun di kamarnya. Ia ingin sekali kabur ke kamar Itachi dan tidur bersamanya, tetapi memalukan sekali anak laki-laki berusia 16 tahun seperti dirinya masih minta ditemani tidur. Cukup sudah ia terus-menerus bersikap kekanak-kanakan.
Kriiiitttt...
Sasuke mendongakkan kepalanya. Ia melihat jendela kamarnya terbuka lebar, membuat angin dingin berembus ke mukanya. Dengan malas, Sasuke menutup kembali jendelanya. Lalu ia kembali ke tempat tidurnya dan memejamkan matanya. Tetapi, tetap saja ia tak bisa tidur. Dan tiba-tiba, ia merasa ada sesuatu yang menimpa tubuhnya. Karena saat ia berusaha bangun, ia merasa ada beban berat yang menghalanginya untuk bangun dari temoat tidurnya.
Sasuke pun kembali membuka matanya, dan melihat...
Ada seorang gadis yang duduk di atas tubuhnya. Rambut gadis itu menutupi sebagian wajahnya.
"Hei... ini rumahku... Jangan seenaknya tidur di sini..."
Sasuke kembali menjerit ketakutan.
"Pokoknya aku tak mau tinggal di rumah ini!" kata Sasuke keesokan harinya pada kakaknya.
Itachi mengerutkan dahinya, "Apa maksudmu? Kita baru saja tinggal di sini selama sehari! Jangan bersikap kekanak-kanakan ah!"
"Tapi aku benar-benar melihat ada hantu di rumah ini!" debat Sasuke.
Itachi menghela nafas dan mengusap-usap dagunya, "Dengar. Yang namanya hantu itu tak ada. Jangan kau pikir karena pernah terjadi kebakaran pada rumah ini, dengan seenaknya kau mengatakan bahwa ada hantu di dalam rumah ini. Apa jangan-jangan kau masih teringat soal kebakaran yang pernah menimpa keluarga kita beberapa tahun lalu? Bersikaplah dewasa sedikit, Sasuke."
"Tapi..."
"Sudahlah. Aku malas mendengar semua omong kosong ini."
Sasuke terdiam. Ia jatuh terduduk di sofanya. Ia sudah tahu pasti kakaknya ini akan menganggap omongannya sebagai omong kosong belaka. Tetapi ia benar-benar melihat ada hantu seorang gadis malam tadi. Dan hal itu benar-benar membuatnya ketakutan.
"Kakak, tapi hal itu memang benar, 'kan? Pernah ada kebakaran yang terjadi pada rumah ini beberapa tahun lalu?" tanya Sasuke pada Itachi.
Itachi menatap adiknya, "Yah. Dulu aku dengar dari Paman Jiraiya, orang yang menjual rumah ini, katanya rumah ini pernah mengalami kebakaran hebat pada pertengahan tahun 2003-2004," jelas Itachi, "Sebuah keluarga pernah tinggal di sini saat kebakaran itu terjadi. Yang selamat hanya seorang anak laki-laki yang merupakan anak pemilik rumah ini. Sedangkan seluruh anggota keluarganya yang lain tewas dalam kebakaran tersebut. Dan naasnya, anak perempuan pemilik rumah ini tak ditemukan mayatnya ketika rumah ini berhasil dievakuasi."
Sasuke terdiam untuk beberapa saat, "Anak... perempuan?"
"Ya," Itachi menganggukkan kepalanya.
'Mungkinkah?' Sasuke menelan ludahnya, "Ka-kalau begitu..."
"Jangan bilang kau melihat hantu korban kebakaran itu, ya, Sasuke. Aku tak percaya dengan hal-hal tak masuk akal seperti itu."
"Aku juga sebenarnya tak percaya, tapi, aku serius, Kak!" kata Sasuke bersikeras.
Tetap saja, Itachi tak akan percaya pada Sasuke seberapa kerasnya Sasuke berusaha meyakinkan kakaknya tentang penampakan hantu di rumah mereka. Sasuke yang merasa kesal karena kakaknya tak mau mendengarkan ucapannya, mengurung dirinya di kamarnya, dan menyelimuti tubuhnya dengan selimut. Ia benar-benar merasa takut. Rumah yang ditinggalinya ini benar-benar berhantu. Ia tahu itu.
Tek tek tek tek
Lagi-lagi suara itu, pikir Sasuke. Seluruh bagian tubuhnya bergetar, ia merasa ketakutan. Tetapi ia tetap tak bergerak dari tempat tidurnya.
Tek tek tek tek
Suara itu semakin mendekat. Dan kini ada sebuah bayangan yang menutupi sebagian tubuh Sasuke. Sasuke menggigit bibirnya, Jangan kesini. Kumohon... pergi, pergi.
"Hei..."
Suara seorang gadis memanggil-manggil Sasuke.
"Pergi! Kau sudah mati! Jangan ganggu aku! Pergi!" seru Sasuke, merapatkan selimut ke sekujur tubuhnya.
"Aapa? Aku sudah mati?" suara gadis itu terdengar kebingungan, "Jangan bicara yang aneh-aneh orang asing. Ini rumahku, kau tak boleh tinggal di sini seenaknya."
"Tapi rumah ini sekarang adalah rumahku! Kau seharusnya sudah mati beberapa tahun lalu karena kebakaran yang telah menimpa keluargamu! Pergi!" seru Sasuke.
Lalu hening sesaat.
Hening, tak ada sebuah suarapun. Sasuke yang mengira bahwa keadaan sekarang sudah aman karena hantu itu telah menghilang, bangun dari tempat tidurnya. Tetapi ia kaget melihat hantu gadis itu tengah melayang di atas tempat tidurnya. Sasuke memekik tertahan. Tetapi pekikannya tertahan karena ia menyadari bahwa hantu gadis itu menatap Sasuke dengan wajah sendu.
"Aku... sudah mati rupanya... itu... bohong, 'kan?" bisik gadis itu.
Sasuke menelan ludahnya, "Ti-tidak. Aku tak bohong. Kau seharusnya memang sudah mati 6-7 tahun lalu... seluruh keluargamu tewas termasuk dirimu, kecuali seorang anak laki-laki. Ia berhasil selamat dari kebakaran itu."
"... 6-7 tahun lalu... sekarang tahun berapa?" tanya gadis hantu itu.
"2010, ya, 2010," jawab Sasuke.
Gadis itu membelalakkan matanya sebelum menundukkan kepalanya, dengan tubuh yang masih melayang di atas tempat tidur. Wajahnya terlihat sedih. Sasuke yang kaget melihat wajah sedih hantu gadis itu, hanya bisa menatapnya dengan tatapan simpati. Entah kenapa, tiba-tiba saja, ia merasa tak takut lagi pada hantu itu.
"...pantas saja... ketika aku terbangun dari tidurku, hanya ada aku di rumah ini. Sendirian. Ta-tapi," gadis itu mengangkat kepalanya dan menurunkan tubuhnya. Matanya menatap Sasuke dengan tatapan sendu, "... kenapa... aku tak dapat pergi ke akhirat? Bukankah seharusnya aku sudah mati?"
Sasuke mengangkat bahunya, "Entahlah. Apa karena arwahmu masih terikat pada tempat ini?"
"Tapi, kenapa?"
"Aku juga tak tahu."
Hening untuk beberapa saat, sebelum akhirnya gadis itu angkat bicara, "Pantas saja, karena aku sudah mati, waktu terasa berjalan lama sekali, tapi terkadang terasa sangat cepat. Tak ada orang yang memperhatikanku lagi. Dan juga, kau terlihat ketakutan ketika aku mengikutimu."
Sasuke menganggukkan kepalanya, "Yah. Karena itu, maafkan aku, aku pikir kau hantu yang jahat."
"Tak apa. Aku mengerti," sahut gadis itu sambil tersenyum lembut pada Sasuke, "Lalu, sekarang, bagaimana caranya agar aku bisa kembali ke akhirat?"
"Entahlah. Aku 'kan belum pernah mati sebelumnya. Jangan tanyakan soal itu padaku."
"Lalu, apakah kau mau membantuku?" tanya gadis itu pada Sasuke. Sasuke menatap gadis itu dengan tatapan bingung, "Maksudku, membantuku mencari jalan pulang ke akhirat... soalnya, hanya kau yang bisa melihatku... apa kau mau?"
Sasuke membelalakkan matanya, "A-apa? Apa maksudmu? Bagaimana caranya? Aku tak tahu bagaimana harus membantumu..."
"Temani aku sampai aku bisa menemukan jalan pulang sampai ke akhirat," kata gadis itu pelan.
"K-kau mau bilang aku harus jadi hantu sepertimu atau kau mau bilang aku harus tinggal di sini selamanya? Ti-tidak mungkin..."
"Tentu saja tidak," bantah gadis itu, "Aku hanya ingin kau membantuku dengan cara menemaniku dan menolongku cara untuk kembali pulang. Apa kau keberatan?" ia memasang muka sedih. Sasuke yang melihat wajah sedih gadis itu langsung gelagapan.
"Ti-tidak! Aku tak keberatan untuk membantumu!" kata Sasuke, "Aku pasti akan membantumu mencari jalan pulang ke akhirat, tempatmu di mana kau seharusnya berada saat ini."
Gadis itu tersenyum lembut pada Sasuke. Matanya berbinar-binar, "Te-terima kasih! Aku senang sekali! Ah, ya, dan juga, aku minta maaf telah mengataimu, bilang seenaknya saja kau memasuki rumah ini. Padahal rumah ini bukanlah milikku lagi," Sasuke hanya mengangguk dan membalas senyuman gadis itu, "Oh, ya. Siapa namau?"
Sasuke mengangkat wajahnya, "Oh. Namaku? Aku... Sasuke Uchiha. Dan kau?"
"Hinata," sahut gadis itu, "Hinata Hyuuga."
Author commentary: Fail, saya benar-benar gagal dalam membuat cerita... klimaksnya aneh... hahaha... =_= anyways, review? :3
