Selamat pagi/siang/sore/malam. Saya Author baru di Fanfiction, jadi mohon bantuannya sebagai para senpai-senpai disini

Di cerita ini masih banyak yang OC karena ini Cuma prolog kok, jadi sekali lagi mohon bantuannya.

WARNING! : OC, boyxboy love, typo, and many more.


Disclaimer © Hidekaz Himaruya.

Et Collisione Cognationes © Marthyas Isolla

BETA © Scarlet-sama

THE BEGINNING


Di tempat itu terlukis kisah bersejarah yang menceritakan delapan klan. Di tiap sisi tempat itu terlukis wajah setiap pemimpin klan dengan kisah sejarah kejayaan klan masing-masing tertoreh disampingnya. Hanya satu dinding, yang memiliki dinding tanpa sejarah, tetapi terlukis wajah geram sang pemimpin, Serketa, sang raja Orc. Dinding tersebut mengikuti sejarah seluruh klan, lukisan sang pemimpin pun akan pudar dan berganti wajah pemimpin baru dikala sang pemimpin sebelumnya memberikan tahta pada penerusnya.

Keempat pilar menjulang tinggi menyokong tempat tersebut, meja tembaga yang melambangkan keberanian dan kejayaan berdiri megah di tengah bersama delapan kursi dengan corak berbeda pula.

Perlahan terlihat kerumunan manusia mulai mengerumuni satu kursi bewarna putih keabu-abuan, bercorak lukisan manusia yang tengah mengangkat kayu secara bersamaan. Simbol yang melambangkan kesederhanaan klan manusia. Kursi itu diduduki seorang laki-laki gagah yang murah tersenyum. Keramahan yang ia simpulkan melalui senyumnya itu tak sedikit pun memudarkan kegagahan yang terdapat di laki-laki tersebut. Rambut dan mata sewarna kayu miliknya semakin memberikan kesan kokoh terhadap laki-laki tersebut. Roma, nama lelaki tersebut, pemimpin umat manusia selama sepuluh tahun lamanya.

Roma tersenyum bangga sambil menatap sekitarnya, "Sepertinya kali ini aku tidak terlambat, bahkan sepertinya aku menjadi yang pertama datang disini." Lelaki itu mengedarkan pandangannya mengikuti lukisan yang terlukis di dinding kokoh tersebut, mengagumi keindahan yang terdapat di tempat itu. "Aku tidak akan bosan dengan keindahan ini."

"Begitu pun aku, wahai teman manusiaku."

Mata cokelat itu berbinar, mengetahui pemilik suara yang memanggilnya, "Germania! Sudah setahun semenjak aku terakhir melihatmu di Berlin! Bagaimana kabarmu? Kemudian, kumohon jangan menjawab dengan bahasa formalmu, kita ini teman." Kedua kaki laki-laki bermata cokelat tersebut tidak berhenti melangkah kearah sosok naga bersisik emas.

"Kumohon, kau tahu kabarku, kau adalah teman terbaikku yang mengetahui semua tentang aku," Germania tersenyum, matanya yang biru kontras dengan sisik-sisik emasnya mulai melembut melihat temannya. "Aku berharap para Orc tahu arah jalan menuju ke tempat ini. Kalau tidak, kita akan memulai pertemuan tanpa mereka yang kemudian akan diakhiri oleh kemurkaan mereka karena kebodohan mereka sendiri seperti yang terakhir kali terjadi. Selalu saja mencari masalah dengan klan lain hanya karena tempat ini jauh dari klannya, alasan yang sangat bodoh."

Roma tertawa, "Kumohon Germania, kurangi kebencian klanmu terhadap klan kecil tersebut." Ia tersenyum, "Kita kemari untuk menghentikan perang, bukan untuk memulai yang baru."

"Bisakah kalian berhenti terlihat seperti pasangan yang sedang dimabuk cinta?"

"Persia, sejak kapan kau dan klanmu sudah ada disitu?" tanya Roma, matanya yang cokelat bertemu dengan mata gelap gadis kecil yang berambut sangat panjang itu. Roma bergidik dan mulai berpikir bahwa gadis kecil itu mempunyai mata yang sangat mengerikan. "Kau selalu dapat membuatku terkejut, jadi bagaimana kabarmu Queen of Witch?"

Gadis itu mulai merengutkan wajah cantiknya. "Jangan berpura-pura mengenalku ataupun menyapaku dengan wajah bodoh milikmu itu, dasar makhluk rendahan! Tahu tempatmu kau manusia, makhluk terlemah!" bentak gadis itu. Telinga gadis itu menangkap geraman marah dari sang naga, "Jangan lupa kalau kita sedang berperang! Dan tolong, bisakah kalian duduk dengan tenang? Karena aku tidak akan membuat tempat ini menjadi kumuh dengan adanya reptil yang tubuhnya membengkak dan manusia berdiri seperti tak tahu tempatnya."

"Kau tahu Persia, kau sama sekali tidak mempunyai hak menyuruhku dan menjelek-jelekkan Roma dan klan manusianya! Bagiku, kau hanya seperti serangga kecil!" geram Germania, "Makhluk gila seperti dirimu hanya cocok duduk di neraka!"

Persia dapat merasakan amarah yang membakar dalam tubuhnya, "Apa kata-!?"

"Tunggu-tunggu, baik Ratu Persia kita akan duduk dengan tenang," Roma tersenyum memotong bentakan Persia, "—dan Germania, jangan mengacaukan kedamaian hanya karena emosimu saja."

Persia menaikkan alisnya dan matanya mulai menatap fokus ke arah Roma, "Kedamaian? Kedamaian apa?"

Roma hanya bisa tersenyum ke arah gadis kecil tersebut, "Kita akan menunggu klan lainnya terlebih dahulu, baru setelah itu, kita akan membicarakan ini." Ia mulai menyandarkan tubuhnya di kursi putih keabu-abuan, "Benar kan Germania?"

"Benar. Tentu saja aku pun berharap kau dapat menahan emosimu sampai yang lainnya datang, wahai Queen of Witch." Germania mulai menduduki tempat tahtanya. Kursi tersebut tak berbentuk seperti kursi, tetapi lebih berbentuk seperti karpet indah bewarna hijau kebiruan dengan guratan-guratan bewarna emas keperakan yang membentuk bintang kejora. Simbol kebijakan dari klan naga.

Persia memilih untuk tidak menjawab dan mulai berjalan dengan angkuh ke arah kursi yang sudah disediakan untuknya. Kursi itu bewarna hitam dan tak kalah indah dengan karpet milik klan naga. Persia memilih untuk mengagumi sejenak kursi miliknya sebelum ia mendudukinya. Corak cantik berbentuk tetesan air berwarna biru muda menghiasi kursi tersebut. Simbol yang melambangkan kemurnian klan Penyihir.

Setelah beberapa lama ketiga klan menunggu, perlahan datang klan-klan lain yang ditunggu. Terlihat seorang pemuda yang berkulit pucat dan mempunyai warna rambut merah kecokelatan, matanya yang dingin menaruh pandangan lapar terhadap Roma, "Aku tak menyangka dapat bertemu denganmu lagi Roma." Britania tersenyum, pemuda itu dapat merasakan nafsu membakar pengawal miliknya, "Tenang, kawan-kawan, saat ini mereka bukan makanan kita. Benar, kan, Roma?" senyum Britania melebar, memperlihatkan taring-taringnya yang mengerikan.

Roma tertawa ringan. Gugup, takut bercampur canggung terdengar diantara sela-sela tawanya. Ia sering mengutuki dirinya yang dijadikan makhluk terlemah diantara klan-klan lainnya. Sambil berusaha beradaptasi dengan kedatangan para dengan kedatangan para vampir, ia melirik ke arah Germania yang masih duduk tegap menunggu klan lainnya. 'Aku benci tahu kenapa manusia adalah klan yang disebut pengecut.' Roma tak berhenti mengutuki dirinya sampai seseorang menepuk punggung miliknya.

"Paman sedang ketakutan, ya?"

"Hopkins?"

"Please, namaku Marian Hopkins bukan hanya Hopkins." Gadis itu memutar bola matanya bosan. Matanya berwarna biru langit indah, kontras dengan rambutnya yang bewarna blonde. "So, apakah aku terlambat?" tanya gadis itu sambil tersenyum.

"Pertama-tama aku memang ketakutan, kau bisa merasakan aura dingin milik Britania yang mirip dengan aura-aura orang yang mati bukan?" bisik Roma sambil melirik sebentar kearah Britania. "Kedua, kau tidak terlambat, Hopkins. Selamat!"

"Marian, Paman."

"Kau boleh memanggilku Roma, lagipula, kau lebih tua tiga puluh tahun daripada diriku."

"Tapi, lihat wajahmu, kau seperti lebih tua dariku," tawa gadis itu mengisi ruangan tersebut, Marian mulai mengambil langkah untuk duduk di tempat yang disediakan untuknya. Kursi itu memiliki ornamen-ornamen indah disekitarnya. Gadis itu tersenyum dan berkata, "Dan, jangan takut, aku ada di sisimu, bukan di sisi penyihir bodoh ini." Marian dapat merasakan delikan galak dari Ratu Penyihir, Persia.

"Cukup, Magician sombong, hanya seorang bodoh yang tak mau ikut berdiri membangun dunia baru tanpa reptil dan pengecut seperti manusia!"

"Setahuku, Elf adalah makhluk yang paling cerdas, Persia."

Semua mata yang terdapat di ruangan itu tertuju pada arah suara, "Apa kabar Germania, Roma, dan Hopkins?" tanya seorang wanita berkulit pucat sekalipun tidak sepucat Britania. Matanya mencerminkan kemegahan dan kecantikan berwarna kuning emas sangat indah menyatu dengan rambutnya yang bewarna emas.

"Kabar baik," jawab Germania singkat, matanya mulai melihat ke arah ruangan, "Sekarang kita tinggal menunggu klan Orc dan Werewolf, yang memang pasti terlambat."

Klan-klan tersebut kembali terdiam, menunggu, sebelum munculnya klan Werewolf dan Orc. Kedua pemimpin klan langsung duduk ditempat yang sudah disediakan. Werewolf adalah satu-satunya klan netral yang tidak membela salah satu pihak, mereka lebih memilih untuk hidup tenang—yang menurut klan Vampir adalah kehidupan seperti anjing liar. Dan tentu Orc lebih memilih berada dipihak Penyihir dan Vampir.

"Dapat kita mulai pembicaraan kita ini, karena aku sudah mulai bosan duduk disatu tempat yang disamakan dengan reptil ini."

Roma tersenyum ke arah pihak Elf, Dragon dan Mage. Ia mulai berdiri dari tempatnya dan mulai berjalan ke tengah-tengah tempat itu, berdiri disamping meja tembaga, dan diputari para pemimpin yang tak berhenti melihatnya. "Pertama-tama suatu kehormatan bagi saya untuk dapat berdiri disini," Roma tersenyum. "Sudah lebih dari satu abad klan kita terpecah menjadi ketiga pihak; pihak yang mau membentuk dunia baru, pihak sebaliknya dan pihak netral."

"Aku, Roma, Hopkins dan Marsetha sudah memikirkan hal ini sejak tiga tahun lalu," Germania melanjutkan, "Kedelapan klan kita berperang sejak orang tua kita semua mulai berselisih, tetapi kedelapan dari mereka sudah tidak memegang tahta tersebut, kita sudah berbeda generasi. Anakku yang pertama sudah melatih dirinya untuk berperang, tetapi bukan bearti aku mau dirinya pergi berperang. Sebentar lagi anak keduaku akan lahir ke dunia ini, dan aku tidak mau ia terlahir disaat kita sedang berperang."

"Apakah ini permintaan damai?" tanya Britania sambil tersenyum ke arah Persia yang dibalas senyuman yang lebih lebar. "Sebagai permintaanmu, kami; Britania, Sekerta dan Ratu Persia, juga menginginkan kedamaian."

"Benar, walaupun aku benci pada Reptil ini, bukan bearti aku mau anak cucuku tetap pergi berperang. Mulai hari ini, ayo kita rayakan kedamaian kita." senyum Persia terulas pada bibirnya yang terpoles gincu.

Germania tersenyum, tetapi ada sesuatu yang mengganjal dihatinya, sesuatu yang mengerikan, ia melirik ke arah Marsetha, Ratu Elf yang juga melirik ke arahnya. Ini semua mengganjal. Tidak mungkin Britania dan Persia langsung menerima kedamaian begitu saja, ia tahu pikiran gila yang dimiliki kedua psikopat itu. Ia juga tidak yakin klan Orc, yang sekalipun mempunyai keterbelakangan itu akan setuju begitu saja, ia tahu betapa bencinya klan Orc terhadap para Elf.

Sama seperti satu abad yang lalu, kedelapan meja bersinar disertai munculnya cawan indah disetiap meja, berisikan air anggur bewarna ungu kemerahan, tanda suatu perjanjian, "Ayo kita minum dan dapatkan kedamaian yang kita mau."

Roma dengan polosnya mulai mengangkat cawan tersebut dan tersenyum lebar ke arah semua makhluk yang ada di tempat itu, "Mari semuanya."

Persia tersenyum, melirik sedikit ke arah Britania dan Sekerta yang tersenyum balik ke arahnya, "Ayo." Tanpa ragu-ragu ketiga pemimpin klan meneguk anggur merah tersebut. Ia tersenyum lebar melihat Roma tanpa ragu ikut meminum anggur itu. Ia mengalihkan pandangannya ke anggota klan lainnya, raut wajah cantik itu mulai kesal melihat Germania, Marsetha dan Hopkins yang masih ragu untuk meminum anggur tersebut. "Ada apa? Bukankah kalian yang menginginkan kedamaian?"

Marsetha tersenyum sekalipun ada beberapa kejanggalan dihatinya. Tetapi tidak mungkin jika mereka merencanakan sesuatu karena pada awalnya ia dapat mendengar mereka saling mengejek. Itu sangat natural. Bila sejak awal si Penyihir merencanakan sesuatu, ia tak mungkin sekasar itu, bukan? Tidak mungkin bukan bahwa klan Witch dan temannya tahu akan hal ini. Tanpa ragu ia tetap mengambil cawan didepannya dan tersenyum selembut mungkin terhadap Germania, "Tak berguna juga kita saling curiga, huh?" Marsetha mengangkat cawan tersebut dan mulai meneguknya. Germania pun melirik ke arah Hopkins dan mulai meminum anggur miliknya.

Persia melihat Hopkins meneguk tetes terakhir anggur dari cawannya, ia tersenyum lebar, "Sebuah kedamaian sudah kita dapatkan, tetapi bukan kedamaian yang Reptil ini inginkan." Persia tertawa mengerikan sambil menunjuk ke arah Germania yang masih tidak mengerti. "Inilah kedamaian yang aku inginkan, dunia tanpa Mage! Tanpa Reptil!" Teriakan Persia masih menggaung ketika Marian Hopkins mulai memegang dadanya. Rasa sesak merasuki tubuh mungil itu. Ia melihat sekitarnya dengan pandangan yang mulai mengabur sambil meneteskan air mata.

"Apa yang kau lakukan, Penyihir!" teriak Germania sambil melihat Mage mungil itu. "Kau tidak mungkin, kau menaruh sesuatu di anggur itu! Anggur itu adalah anggur suci untuk sebuah perjanjian."

Persia kembali tertawa, matanya berkilat-kilat gembira, "Kau tidak pernah menyangka bahwa aku sudah datang terlebih dahulu, bukan? Kami klan Penyihir sangat mahir membuat ramuan. Betapa bodohnya kau! Aku menaruh sedikit kutukan untuk Hopkins. Sebentar lagi jantungnya akan pecah berkeping-keping bersama seluruh Magician! Bukankah hal itu adalah hal yang sangat-sangat brilian?"

"Roma..." Gadis kecil itu hanya dapat menatap Roma yang balik menatapnya dengan tatapan khawatir. Samar-samar gadis itu dapat mendengar tangisan Marsetha dan Roma.

"Hopkins! Marian Velizinia Hopkins!" Roma hanya dapat memeluk tubuh mungil Hopkins yang perlahan-lahan mendingin. Pengawal Hopkins menatap horor adegan tersebut sambil memegang dada mereka, mencoba mereduksi rasa sakit yang tidak terhentikan. "Mar, kumohon, tetaplah bersamaku, kumohon, Mar!" tetesan air mata Roma membuat Germania makin geram menatap Persia.

Pandangan Roma beralih pada Persia, "Apa yang kau lakukan?!" teriak Roma, "Kenapa?"

"Aku ingin dunia ini damai tanpa makhluk lemah seperti kalian," jawab Persia sambil tersenyum menatap pemimpin Elf, Marsetha, "Kau, makhluk yang selalu mendamba-dambakan keadilan, kesucian dan kedamaian, kelak klanmu akan terbagi menjadi tiga bagian dan tidak akan pernah damai. Kau akan membusuk di tanah sendirian melihat dan mendengar tangisan anak cucumu! Tangisan kepunahan para Elf!" Marsetha hanya dapat merasakan kengerian kutukan Persia dan mulai berharap semua itu tidak terjadi. "Tetapi yang kau perlukan sekarang, hanyalah mati membusuk!" Tawa Persia membahana untuk kesekian kalinya. Wanita psikopat itu menyeringai.

Marsetha tersentak, tangisannya perlahan berbau anyir dan berwarna merah. Darah miliknya, darah Elf kebanggaannya. "Tidak, ini tidaklah mungkin."

"Dan kau, Reptil!" teriak Persia sambil tersenyum lebar, "Kau tadi mengatakan bahwa kau sebentar lagi akan mempunyai anak bukan? Anak keduamu, huh? Kelak dia akan menjadi naga yang terakhir lahir! Perlahan demi perlahan klanmu akan punah, aku sangat senang saat aku melihatmu tersiksa sedikit demi sedikit!"

Germania menggeram menakutkan dan menyerang Persia. Memutus tawa dari kegilaan sesaat wanita itu.

"Persia!"

Dengan sigap klan Penyihir miliknya membuat benteng tak terlihat, "Dan untukmu Roma, akan kuberikan hadiah sangat spesial, kau akan—"

"Tidak secepat itu, wanita busuk!" teriak Marsetha sambil berusaha berdiri. "Entah bagaimana kau dapat mengetahui keinginan kami, tetapi dengan segala kekuatan dan bantuan para roh, klan manusia akan bersih dari kutukan, kutukan yang ia sudah minum!" Perlahan terlihat cahaya-cahaya kecil mengelilingi tubuh Roma dan menghilang masuk kedalam tubuhnya.

"Cih!"

Dengan cepat Roma berlari kearah Marsetha, ia menghiraukan jawaban dari Persia. Laki-laki itu menangkap tubuh lemah milik Marsetha dan mengelus wajah bersimbah darah dari sang Ratu Elf tersebut. "Marsetha, kenapa kau tak menggunakan kekuatanmu untukmu, untuk klan mu saja?" tanya Roma sambil memeluk Marsetha, "Kau tak perlu membantuku, maksudku, klanmu membutuhkanmu."

"Tidak, sudah tidak sempat, kutukan itu sudah masuk kedalam tubuhku, masuk kedalam darahku, mengalir bersama darah Elf lainnya." Marsetha tersenyum ringan, "Kau harapanku, Roma, sebuah kutukan dapat dihentikan bila yang menanamkan kutukan tersebut hancur. Kumohon, selamatkan klan Elf dari kehancuran." Marsetha perlahan menutup matanya, menjatuhkan tubuhnya di dada bidang milik Roma.

"Tidak, tidak ini tak dapat berakhir seperti ini! Ini palsu, ini mimpi, ini ..." Roma memeluk erat Marsetha, air matanya tak dapat berhenti menetes. Sebelum matanya teralihkan ketika terdengar geraman sakit dari Germania. "Germania!" teriak Roma. Pandangannya berubah horor saat melihat tubuh Germania terikat rantai sihir milik para penyihir.

"Tak apalah kutukanku tidak berhasil, bukannya manusia adalah klan terlemah?" matanya mulai tertuju pada pemuda berambut merah yang masih santai duduk di tahtanya. "Britania, makananmu menunggumu."

Britania tersenyum mendengar perkataan Persia, "Dengan senang hati, Ratuku." Secara cepat ia dan pengawalnya mulai mengejar manusia. "Selamat makan!"

"Tidak secepat itu Britania!" teriak Arger, tetua dari klan Werewolf. "Aku muak menonton kalian! Pengawalku, cepat bawa lari para manusia!"

Tanpa berbasa-basi, para werewolf, klan yang terkenal sangat lincah mulai menarik para manusia dan menggendong mereka. "Arger!" geram Britania, "Beraninya kau melawan kami!"

"Memang werewolf adalah klan netral, tetapi bukan berarti kami buta akan kebenaran. Kami tidak memihak siapapun karena kami tidak mau anak cucu kami ikut dalam perang berdarah ini. Tetapi, sekarang kalian sudah keterlaluan!" teriak Arger sambil menatap Roma, "Ayo, kita pergi dari sini Raja Manusia!"

"Tapi, Germania, Germania masih..."

"Pergi!" teriak Germania. "Pergilah, temanku!"

Sedetik kemudian yang Roma ingat adalah Arger menariknya secara paksa, air matanya tidak bisa berhenti. Pertemuan ini adalah ide miliknya, keinginan untuk berdamai dengan para psikopat ini adalah idenya. Sekarang teman-temannya mati karena dirinya dan ia melarikan dirinya bagai seorang pengecut. Kini, ia adalah satu-satunya klan yang akan berperang sendirian melawan ketiga klan gila ini. "Germania!"


TBC


Terima kasih sudah menyempatkan waktu anda untuk membaca fic aneh saya ini yang ceritanya masih gak karuan, maaf. Sempatkan juga waktu buat ngereview, atau ngefav, atau follow mungkin #senyumnista.

Dan saya beribu-ribu terima kasih sama Scarlet, Meli, sama deushi! Dan sekali lagi terima kasih Scarlet sudah mau jadi beta saya! Oh, dan FateFiction juga enouviaiei dan juga ukenya, Kurogami Saya! udah mau membaca dan memberikan komen-komen masukkan :0

Nama Ocnya, saya buat secara langsung, dan secara tidak sadar, jadi, sekali lagi maaf.