Sakura POV

Baru saja kelas matematika selesai. Aku bersama 2 sahabatku, Ino dan Hinata menuju kantin, tempat kami berkuasa. Ya, memang, kami memang populer, menawan, cantik, dan tentu saja, pintar.

Ino dan Hinata melihat Sasori yang kebetulan lewat dihadapan kami. Dia mengerling nakal padaku, jijik sekali aku melihatnya.

"Oi, Saki. Sasori melihatmu dengan mata yang berbinar-binar. Dia suka padamu." oceh Ino dengan semangat. Dan, Hinata mengangguk lucu. Apa yang mereka lihat tentang Sasori, sangat berbeda denganku. Jika mereka berkata 'Dia tampan, dia cool, bla-bla-bla.'

Aku pasti berkata...

"Dia bayi yang nakal." tentu saja aku tak menyesal berkata seperti itu. Dan, mereka hanya memutar mata. Aku tak peduli.

Hinata menoleh padaku "Sakura-chan, kenapa kamu selalu berkata seperti itu pada Sasori?" Ino pun sangat ingin tahu, itu terlihat dari matanya.

"Ck, apa kalian tak mengetahui sebenarnya? Waktu kelas 10, dia pernah menjadi pacar si Jalang Karin itu, waktu mereka masih pacaran pun, Sasori dengan jijiknya mengerling pada semua gadis yang ditemuinya. Melihatnya aku jadi mual pada waktu itu. Aku tak bisa membayangkan jika aku menjadi pacarnya sekarang."

Itulah yang dilakukan Si Bayi hingga saat ini aku ingin muntah didepannya.

Akhirnya, kami sampai di wilayah kantin. Semua orang melihat kami. Sudah kubilang kan, kami ini populer?

Tetapi, aku melihatnya. Dari semua orang yang melihat kami, hanya satu yang menarik dan selalu melihatku, bukan ke Ino ataupun Hinata. Dari caranya melihatku, tidak seperti yang lain. Jika orang-orang lain melihatku dengan mata yang berbinar-binar, senyuman nakal, dan tatapan iri. Dia melihatku dengan tatapan suka. Tetapi, aku hanya bisa melihat senyumnya yang bahagia, sedangkan matanya tertutupi kacamata super tebal.

Dia adalah Sasuke Uchiha, korban bullying sekolah. Lebih tepatnya, korban Sasori dan kroni-kroninya yang sialan itu. Aku tak mengerti, mengapa anak-anak pada mengolok-oloknya padahal dia tak melakukan kesalahan apapun. Ck, dasar anak-anak aneh.

Setelah itu, kami memilih tempat di dekat jendela. Tak sembarangan anak bisa duduk disini. Karena pelajaran matematika menguras pikiran, akhirnya kami memesan makanan.

"Hmm, aku pesan salad sayur dan puding strawberry yang low fat ya. Oh ya, air putih jangan lupa." Ino langsing, tetapi dia selalu pesan makanan dengan kalori yang rendah. Benar-benar tak masuk akal.

Bibi penjaga kantin menoleh padaku. "Lasagna, puding coklatnya dua, dan coke."

Dan, sekarang ke Hinata. "Taco, spring roll, dan susu coklat saja." Bibi penjaga kantin mengangguk, setelah itu pergi.

Aku melihat gumpalan awan mendung yang tengah berjalan. Mungkin sebentar lagi akan hujan. Tapi, aku suka itu. Bau hujan sangat menenangkan untukku.

"...kura-chan."

"Sak- woi sadar woi." aku tersadar, aku terlalu hanyut melihat awan abu-abu itu.

"Apa sih, dasar penganggu." ucapku sedikit kasar.

Ino memutar mata sambil menoleh padaku. "Pesanan sudah datang, baka."

"Oh, tentu saja."

Prang.

Semua orang menoleh pada kekacauan ini. Aku melihat Tayuya (kroni Karin) menyembur... Eh Uchiha itu?

"Dasar tolol! Apa kau buta hah?! Kau menumpahkan minuman murahan itu padaku!"

Uchiha itu menunduk penuh penyesalan. "Maafkan aku, maaf."

Tayuya jalang! Aku tak suka melihatnya menindas Uchiha itu. Berkatnya, semua orang mulai mengolok-olok Uchiha.

"Uchiha bodoh!"

"Haha, rasakan itu!"

"Maaf saja tak cukup, bodoh!"

Tayuya tersenyum sinis mendengar semua orang-orang mengolok-olok Uchiha karenanya.

"Kau bahkan tak mampu mengganti seragam sailor in-"

Brak.

Aku menggebrak meja dan bermaksud menghentikan ocehan tak bermutu jalang itu. Dan aku tak tahan melihat Uchiha menderita. Dengan penuh amarah, aku berjalan ke Tayuya. "Jalang sialan! Tak bisakah kau mengecilkan volume suaramu yang jelek itu? Kau mengangguku, idiot!"

Aku bisa melihatnya dengan wajah memerah menahan amarah. Haha, aku senang melihatnya seperti itu.

Aku berdiri didepan Uchiha, semua orang menatap kagum padaku. Aku yakin, mereka juga ternganggu suara jalang ini.

"Kau tak usah ikut campur, Sa-ki! Biarkan Uchiha tolol ini mengganti seragamku!" Wow, senang sekali dia melihat orang menderita. Aku menoleh kebelakang menghadap Uchiha yang daritadi terus menunduk. "Tolong maafkan aku Tayuya-san." ucapnya memelas. Aku kasihan padanya.

"Kau harus mengganti seragamku dengan uang recehmu itu!" jalang ini benar-benar cari ribut. Aku menatapnya jengkel sambil mengambil uang lebih di saku-ku.

Aku menyeringai. "Ambil ini, pengemis!" dan menaruh lembaran uang itu di dadanya dan aku berjalan kembali ke tempat dudukku.

"Aku tak membutuhkan uang sialan mu, tolol!"

Aku hanya mengacungkan jari tengahku untuk membalas perkataannya.

"Keren sekali, Saki." ucap Ino.

Itulah aku, Sakura Haruno.


Sasuke POV

"Hei, Uchiha! Kerjakan pr sejarahku ini! Aku tak terima penolakan darimu." Akasuna sialan! Dia hanya bisa menyuruh, setelah itu dia pergi. Memang bajingan.

Dengan menghela napas, aku mengerjakan dengan terpaksa. Akasuna itu memang pemalas. Pekerjaan rumah saja tidak dikerjakan sendiri. Gaara, teman baikku selalu saja menatapku dengan prihatin.

"Apa kau tak lelah menyalin sebanyak itu?" tanya Gaara sambil membenarkan letak kacamata dihidungnya.

"Tak apa, Gaara."

"Akasuna sialan! Tak seharusnya dia bisa memerintah seenak itu padamu, Sasuke." dia menggeram.

Dalam diam, aku menyetujui hal itu. Aku pun melanjutkan menyalin tugas milik Akasuna.

Waktu ini memang jam kosong. Maka dari itu, Akasuna menyuruhku mengerjakan pekerjaannya, sedangkan dia pergi ke kantin (mungkin saja).

Aku melirik Gaara yang ada disampingku. Sama sepertiku, dia juga disuruh menyalin pekerjaan milik Hidan.

Waktu terasa cepat, hingga bel tanda istirahat berbunyi. Aku menggerakan tanganku yang terasa begitu kaku. Aku bertanya kepada Gaara. "Gaara, sudah istirahat."

"Kau duluan saja, aku menyusul." katanya

"Baiklah."

Berjalan sendiri menuju kantin membuatku menderita. Banyak anak yang tersenyum sinis padaku. Tak lama kemudian, pengikut-pengikut Akasuna itu berjalan seiringan menuju kelas dengan Ketua sekumpulan mereka. Siapa lagi kalau bukan Akasuna Sasori.

Aku makin mempercepat jalanku, berharap mereka tak melihatku.

"Hei, Uchiha!" aku tau suara itu, Sasori.

Aku berbalik kearahnya. "Ada apa?" aku sedikit menunduk.

"Guys, Uchiha ini sangat baik khukhukhu. Dia dengan senang hati mengerjakan pekerjaan milikku. Lain kali, kalian bisa minta tolong padanya." katanya sambil menyeringai, pengikutnya pun juga sama.

Lebih baik aku menghindar. Dan mereka membiarkanku.

Kantin terlihat ramai. Tentu saja semua populasi Konoha Internasional Senior High School mengunjungi daerah ini untuk memuaskan perut mereka. Tak usah kaget begitu, sebenarnya aku dan Gaara mampu saja membiayai biaya sekolah kami. Hanya saja, sekolah ini memberikan beasiswa kepada kami karena kami berotak cerdas.

Dengan cepat, aku memesan makanan. Tak berlangsung lama, mata anak-anak lain melihat objek di depan wilayah kantin, dan aku juga melihat dia. Sakura Haruno.

Jika didepannya, aku selalu memasangkan tatapan suka padanya. Ya, aku memang suka padanya. Tapi, aku cukup sadar diri untuk ini. Tak mungkin siswa tengil sepertiku bisa menjadi pacar Haruno Sakura siswi terpopuler sekolah.

Aku lama melihatnya, dia juga melihatku. Tak sadar, aku telah menampilkan senyum bahagiaku padanya. Dan dia sadar untuk itu. Lalu, dia jalan ke tempat duduknya bersama dua sahabatnya itu. Tempat duduk ternyaman dekat jendela. Tak semua anak bisa menduduki tempat itu.

Setelah mendapatkan makananku, aku bergegas mencari tempat duduk untuk makan. Ketika aku berbalik badan, tak sengaja aku menabrak salah satu siswi populer disekolah.

Prang.

Air putihku tumpah ke baju seragamnya. Sial benar aku hari ini.

"Dasar tolol! Apa kau buta hah?! Kau menumpahkan minuman murahan itu padaku!"

Aku yang tak tahu harus berbuat apa hanya terus menunduk sambil menunggu keajaiban datang yang entah itu apa.

"Maafkan aku, maaf."

Semua orang melihat ke arahku dan perempuan itu. Tentu saja semua orang membela Tayuya.

"Uchiha bodoh!" seseorang berteriak.

"Haha, rasakan itu!" seseorang tertawa mengejek padaku.

"Maaf saja tak cukup, bodoh!" aku merasa kesal sekarang.

Tak sengaja aku melihat melalui sudut mataku ke arah Sakura. Dia terlihat kesal entah kenapa.

"Kau bahkan tak mampu mengganti seragam sailor in-"

Brak.

Ya, aku mendengar dan melihatnya. Sakura berjalan menuju Tayuya sambil memakinya. "Jalang sialan! Tak bisakah kau mengecilkan volume suaramu yang jelek itu? Kau mengangguku, idiot!"

Sakura terlihat puas melihat wajah Tayuya memerah menahan amarah.

Astaga! Dia berdiri didepanku. Sakura berdiri didepanku. Baru kali ini aku merasa dekat dengannya. Keajaiban datang padaku.

"Kau tak usah ikut campur, Sa-ki! Biarkan Uchiha tolol ini mengganti seragamku!"

Aku hanya bisa menunduk dan berkata. "Tolong maafkan aku Tayuya-san."

Dia terlihat tak puas mendengar jawabanku. "Kau harus mengganti seragamku dengan uang recehmu itu!"

Huft. Sebenarnya aku mempunyai uang untuk membeli seragam sailor baru untuknya, tetapi aku hanya malas memberikannya pada gadis pemarah ini.

Aku tak bisa melihat wajah Sakura, karena dia membelakangiku. Tapi, aku bisa mengetahui gerakan tangannya yang mengambil sesuatu di saku miliknya.

"Ambil ini, pengemis!" ternyata dia mengambil uang. Dia sengaja menaruh uang itu di dada Tayuya dan sedikit mendorongnya hingga dia sedikit terdorong mundur. Sakura berjalan kembali ketempat duduknya.

"Aku tak membutuhkan uang sialan mu, tolol!" gadis ini cerewet sekali.

Sakura hanya mengacungkan jari tengahnya untuk membalas perkataan Tayuya. Aku harus bertemu Sakura untuk mengembalikan uangnya nanti.

Andai saja, jika aku bukan orang yang menabrak Tayuya, pasti aku akan berkata dengan lantang 'Good job, Haruno!' kepada Sakura.

Inilah aku, Sasuke Uchiha.

tbc..