Black Pearl

[~~-**-~~]

Disclaimer : Swan Lake (Tchaikovsky) dan Kuroshitsuji (Yana Toboso) bukan buatan saya.

Warning : Saya menggunakan tema cerita Swan Lake dengan perubahan cerita dan tokoh. FemCiel. OOC.

Enjoy reading!

[~~-**-~~]

Part I

Di sebuah kerajaan bernama Saville1, terdapat desa bernama Granada2 yang terletak dekat dengan sebuah hutan yang sangat gelap bernama Black Pearl. Orang – orang di desa Granada tidak pernah pergi ataupun masuk ke dalam hutan itu. Mereka mendengar isu bahwa hutan itu dihuni penyihir – penyihir dan hewan – hewan berbahaya. Walaupun ada orang yang bekerja di dekat hutan Black Pearl3, mereka hanya bekerja paling dekat dalam jarak 1,5 mil dari perbatasan hutan. Hutan tersebut dinamakan Black Pearl dikarenakan dilihat dari luar, hutan itu sangat gelap dan penuh dengan pohon – pohon besar. Sedangkan kata Pearl, dikarenakan setiap sungai di Saville terisi air yang berasal dari dalam hutan dan keluar hutan dari perbatasan yang merupakan sebuah air terjun besar lalu sungai besar dibawah air terjun besar terpisah – pisah menjadi sungai – sungai yang ada di Saville. Tidak terkecuali di Granada yang memiliki empat cabang sungai besar. Desa Granada merupakan desa kecil yang cukup makmur dengan pekerjaan warga yang berbeda – beda.

"Hmmm, kenapa halamannya habis disini?", gumam seorang gadis muda yang sedang duduk dekat meja yang penuh dengan roti, dia sedang membaca sebuah buku mengenai ilmu kedokteran. Celemek apron hitamnya terdapat bercak – bercak adonan roti dan tepung, untung saja bukan gaun biru mudanya yang terkena. Meski berlepotan tepung, wajah gadis ini tetap terlihat cantik. Sedang rambut kelabunya yang halus diikat setengahnya. Mata safirnya yang jernih terus membaca ulang buku yang sedang dia pegang, sedang tangannya yang mungil terus membolak – balikkan halaman buku tersebut yang telah lusuh. Ketika tercium bau kue di pemanggan yang telah matang, saat itu juga gadis itu menutup bukunya dan berjalan menuju pemanggang besar di seberang kursi yang dia duduki. Dia mengenakan sarung tangan pelindung lalu membuka pengunci pintu pemanggang dan mengeluarkan dengan hati – hati kue bertingkat dua yang baru matang.

"Wah, sepertinya pas!", ujarnya, kue yang masih mengepul itu ditaruh di atas meja sebelah buku tebal yang ia baca. Ia mulai menghias kue tersebut dengan krim berwarna merah rasa ceri dan berbagai buah beri. Tidak lupa ia berikan hiasan kepingan – kepingan cokelat dan buah – buahan yang telah dipotong. "Selesai! Kuharap Bibi Ann menyukainya.", gumam gadis itu. Dia menoleh kearah jam tua yang ada di pojok ruangan. "Ternyata masih jam satu siang, pasti Bibi pulang telat lagi, bagaimana ini?", gerutunya. Tiba – tiba dari luar terdengar bunyi derap kaki kuda, "Berhenti, Phillip!", terdengar pekikan suara seorang gadis muda lainnya. Lalu, gadis yang telah selesai menghias kue itupun melepas celemek apronnya dan membersihkan wajahnya lalu berlari keluar. "Lizzie!", teriaknya. "Oh, Ciel, bisakah kau bantu aku membawa Phillip kedalam kandang?", tanya seorang gadis berambut pirang keriting dengan mata besar berwarna hijau emerald. "Hemm,baiklah!", dan mereka berdua menarik kuda berbulu cokelat pasir itu ke dalam kandang dekat halaman rumah mereka.

Gadis yang tadi sedang memasak adalah Ciel Phantomhive sedangkan gadis yang pulang dari berburu adalah Elizabeth Midford, sepupu Ciel. Keduannya merupakan keponakan seorang dokter kerajaan yang terkenal sebagai Madam Red, karena selalu beraktivitas dengan mengenakan pakain dan riasannya yang serba merah. Sebenarnya, nama asli Madam Red adalah Angelina Durless dan akrab dipanggil Bibi Ann oleh Ciel dan Lizzie. Kedua orang tua Ciel dan Lizzie telah wafat karena perang pada saat Saville diserang kerajaan luar, sehingga mereka dirawat oleh adik dari ibunya Ciel, Rachel Phantomhive. Angelina sendiri telah kehilangan suami dan anaknya yang keguguran. Saat ini, kedua gadis muda itu sedang menyiapkan pesta ulang tahun kecil untuk bibi mereka.

"Ayo, Ciel! Bantu aku! Urghhhhhhh!", geram Lizzie sambil mendorong Phillip agar masuk kedalam kandangnya. Ciel hanya terkikik ketika dia melihat objek yang mungkin menjadi alasan kuda itu tidak mau masuk ke dalam kandang. "Lizzie, bagaimana dia mau masuk, kalau kandangnya masih kotor seperti ini?", jawab Ciel sambil terkikik geli. Lizzie menatapnya heran, lalu Ciel menunjuk dengan telunjuknya kearah gundukan cokelat dekat pintu kandang Phillip yang dikelilingi lalat - lalat yang berterbangan. Spontan, Lizzie terkejut dengan mulut terbuka, Ciel semakin tertawa dibuatnya. "Heeh, pantas saja kau tidak mau masuk ya, Phillip?", ejek Lizzie. "Ternyata sebelum berburu kau mulas ya kaaaan?", si pirang menyipitkan mata kearah kuda kesayangannya. Si kuda cokelat pasir itu hanya diam saja dan melengos. "Oke, aku akan bersihkan itu!", ujar Lizzie dengan mengangkat bahunya. "Yikes!", Lizzie menutup hidungnya secara dramatis ketika mendekati gundukan itu. "Hahaha, sudahlah Lizzie! Kita harus menyelesaikan pekerjaan rumah sebelum Bibi Ann datang! Dia tidak boleh letih karena membersihkan ini – itu, atau rencana kita akan gagal!", ancam Ciel sambil tertawa. Dia mengusap ujung matanya yang berair karena tertawa. "Fine!", jawab Lizzie, menghela napas secara dramatis.

"Oh ya, Liz, apa kau mendapatkan buruan?", tanya Ciel sambil memberikan sekop dan sebuah drum besar kosong, Lizzie menggeleng pelan. "Tidak, entah mengapa hari ini hewan – hewan tidak terlihat satupun.", jawab Lizzie sembari mengikat rambut pirangnya menjadi kuncir kuda. "Hm, kalau begitu sekarang aku akan pergi ke toko daging saja. Kau jaga rumah ya, Liz!", ujar Ciel. "Oke sayang!", terdengar suara Lizzie dari balik kandang. Ciel lalu pergi keluar rumah kandang, ketika sedang berdiri di halaman tiba – tiba terdengar suara Lizzie "Gah, Phillip! Kan sudah kubilang untuk tidak pup sembarangan!". Teriakan Lizzie itu membuat Ciel semakin tertawa. Ciel lalu berjalan menuju rumah untuk mengambil uang dan mengunci pintu.

Ketika Ciel sedang berjalan, tiba – tiba ia melihat bayangan hitam besar berkelebat di ujung gang. "Apa itu?", Ciel membatin. Karena penasaran, Ciel mengendap – endap mengikuti arah bayangan hitam itu pergi. Ciel merasa bayangan itu adalah kuda hitam besar, karena bentuknya mirip dengan Phillip tetapi lebih besar. Ternyata perkiraannya tidak salah. Hewan itu adalah seekor kuda hitam besar, dan tidak memiliki tali kekang, pertanda hewan itu hewan liar. Ciel terkejut karena tidak pernah ada hewan liar yang berani mendekati desanya, meski Granada adalah desa yang terdekat dengan hutan. Ketika akan menghampiri kuda tersebut, Ciel dikejutkan dengan sebuah tali tambang berbentuk simpul laso yang dilempar kearah kuda tersebut tetapi tidak sampai. Kuda tersebut seperti menyadari adanya bahaya, dan langsung berlari kearah pertigaan jalan yang terbuat dari bata menuju istana Saville.

Ciel terus mengikuti kuda tersebut. Ketika sampai di ujung pertigaan, Ciel berhenti berlari karena kuda itu juga berhenti. "Kurasa dia menyadari sedang diikuti olehku.", gumam Ciel. Kuda hitam tersebut memandang Ciel dengan mata emas cairnya dengan tenang, dan hal tersebut membuat Ciel heran. "Seingatku kuda pasti kabur kalau bertemu orang asing.", batin Ciel. Ciel tetap berjalan mendekati kuda tersebut. Ketika jarak mereka terpaut hanya kurang dari empat meter, seseorang melempar tali tambang seperti simpul laso dan berhasil melewati kepala lalu menjerat leher kuda hitam tersebut. Kuda hitam tersebut menggeram dan berusaha melawan dengan menarik balik tali kearah berlawanan. Dua orang penangkap kuda menarik tali tersebut kearah sebaliknya, tidak mau melepas buruannya. Ciel melihatnya menjadi panik, "Hey, lepaskan dia! Kalian akan membunuh kuda tersebut!", pekiknya. Duo pemburu kuda tersebut teralihkan perhatiannya, mereka kenal betul keponakan Dokter Durless yang cantik itu.

Sang kuda hitam tersebut mengambil kesempatan untuk kabur. Dia menarik tali dilehernya sekuat tenaga sehingga para pemburu terjengkang kedepan dan tali pun lepas dari genggaman mereka. Ciel terkejut tetapi merasa lega karena tidak tega bila hewan liar tersebut tertangkap. Sang kuda hitam berjalan pelan sambil mendengus, ketika melewati Ciel ia menunduk tanda berterima kasih. Sedangkan Ciel hanya terdiam karena bingung harus berbuat apa. Ciel menengok kearah para pemburu yang tergeletak diatas bata jalan, dan memutuskan membiarkan mereka karena tidak terlihat luka parah. Ciel pun kembali menengok kearah kuda tersebut dan mengernyit ketika memperhatikan arah kemana kuda tersebut lari, "Black Pearl?", gumamnya. Ciel herasa heran, kenapa seekor hewan dari Black Pearl bisa sampai ke Granada. Sebelumnya, tidak pernah ada satupun hewan dari hutan itu keluar.

"Kuda seperti itu seingatku tidak pernah ada di desa maupun di kerajaan, bahkan aku tidak pernah melihat Saville knight4 memakai kuda semacam itu saat patroli atau bertanding.", gumamnya. Ciel mempertimbangkan untuk mengikuti kuda tersebut ke Black Pearl. "Sekarang masih siang, jadi kurasa tidak apa kalau aku telat. Kurasa tidak masalah kalau kuceritakan kepada Bibi dan Liz sepulang nanti.", pikirnya sambil tersenyum. Ciel berlari untuk mengejar kuda hitam yang sedang melewati padang rumput perbatasan Granada. Tidak jauh setelah itu, Ciel bisa melihat perbatasan hutan Black Pearl dan sungai besar serta air terjun besar. Mungkin bagi orang – orang di Saville, mendekati air terjun besar saja sudah membuat tulang lemas, berbeda dengan Ciel yang memang jarang bergosip dengan gadis – gadis Granada, dia bahkan tidak merasa takut sedikitpun. Selain itu, ketika berburu dengan Lizzie, dia sering beristirahat di dekat air terjun besar. Tidak lama setelah menelusuri pinggiran perbatasan hutan, kuda hitam tersebut berjalan ke arah jembatan besar yang merupakan batang sebuah pohon yang tumbang. Dari tempatnya, Ciel bisa melihat jurang dalam yang diseberangnya terdapat batu besar yang sepertinya pintu masuk ke dalam Black Pearl.

Dengan tanpa sedikitpun rasa ragu, Ciel terus mengikuti kuda hitam yang sedang menyeberangi jembatan dan hampir sampai di pintu batu. Sesampainya kuda hitam itu di depan pintu batu, tiba – tiba pintu tersebut bergeser sehingga terlihat terowongan pendek menuju jantung Black Pearl, dan kuda hitam masuk kedalamnya. Ciel sempat ragu ketika sampai di mulut terowongan, dia merasa sedikit takut tidak bisa pulang. Tetapi, pintu batu bergeser menutup sedikit demi sedikit, dan Ciel langsung berlari kedalam terowongan. Pintu batu tertutup dengan sempurna dan membesarkan rasa khawatir Ciel tidak bisa pulang ke rumah. Ciel menghela napas panjang dan berjalan menuju cahaya terang diujung terowongan. "Astaga!",seru Ciel ketika menginjakkan kaki disebuah batu ceper tepat diujung terowongan. Dihadapannya terdapat pemandangan yang sangat menakjubkan, dia berdiri di batu ceper pertama dari puluhan batu ceper dari granit hitam keras yang berfungsi seperti jembatan diatas sungai lebar yang tenang. Batu – batu tersebut terlihat seperti mengambang diatas sungai. Selain itu, diseberangnya terdapat hutan pohon ek, cemara, sequoia, pinus dan berbagai macam jenis pohon lainnya. Pohon – pohon tersebut berbaris diatas hamparan rumput pendek hijau dan terdapat beberapa semak – semak bunga. Tercium oleh Ciel wangi mawar hutan, freesia, lili, kamerfuli, dan bris serta masih banyak wangi lain yang tidak diketahui Ciel. Jarak antar pohon dan antar semak tidak dekat karena akar – akar pohon besar serta jarak yang cukup luas untuk seekor gajah untuk lewat. Ciel mengalihkan matanya kearah sungai lebar yang mengecil dan meliuk – liuk menuju suatu tempat di dalam hutan. Dari tempatnya, Ciel masih bisa mendengar suara air terjun besar yang berada dibelakang sebelah kirinya.

Keindahan dalam hutan Black Pearl cukup mengejutkan Ciel, tetapi sesuatu menarik perhatiannya, seekor raven5 yang cukup besar sedang terbang tinggi diatasnya dan terbang merendah mengikuti alur sungai. Ciel yang tertinggal dari kuda hitam karena mengamati hutan, mengikuti raven yang terbang didepannya. Ciel semakin memasuki jantung hutan Black Pearl tanpa disadari olehnya hari semakin sore dan matahari sebentar lagi bergulir. Sesampainya dihulu sungai, Ciel terpaku oleh danau jernih yang sangat besar didepannya dan pemandangan gunung bersalju dikaki langit. Di sekelilingnya terdapat semak – semak mawar hutan berwarna putih kesukaannya. Terdapat jarak yang cukup besar antara pinggir danau dengan batas pepohonan dan semak – semak. "Kuyakin, Bibi dan Lizzie akan suka dengan tempat ini, sangat indah. Dan tidak akan keberatan kurasa bila kami piknik disini.", gumamnya. "Tapi, kemana ya kuda dan burung hitam itu?", dia mengedarkan matanya ke sekeliling danau. Kuda hitam yang dicarinya sedang berdiri diseberang tempatnya, bersama raven yang mematuki tali dileher kuda tersebut. Meski raven memiliki paruh yang kuat, tetap saja tali tersebut seperti kevlar6 yang sulit dirobek. Ciel merasa kasihan kepada kuda hitam yang ditolongnya, dan memutuskan untuk mengitari danau menuju tempat hewan - hewan serba hitam. Kehadiran Ciel disadari oleh kedua hewan hitam sehingga membuat kuda hitam menggeram dan raven terbang kebawah diantara Ciel dan kuda hitam lalu berkaok nyaring untuk menghentikan geraman kuda hitam.

Ciel mengangkat kedua tangannya dan berkata, "Tenang . . . Tenang, aku ingin membantu melepaskan tali itu.", kepada raven dan kuda hitam dihadapannya yang berubah menjadi defensif. Sang raven melebarkan sayapnya dan terbang ke dahan rendah dekat kuda hitam lalu memperhatikan manusia yang asing dimatanya. Ciel menghampiri kuda hitam dengan tenang dan mulai bekerja melepas simpul laso, tetapi karena simpulnya kuat dan rumit dia mencari cara lain untuk memutuskan simpul laso. "Sebentar, tunggu disini, aku akan mencari benda tajam untuk merobek simpul ini.", jelasnya kepada kuda yang kembali tenang dan tidak defensif. Ciel mengitari sebuah pohon besar yang tumbuh diatas bukit kecil yang akarnya menutupi keseluruhan bukit tersebut. "Mungkin ini bisa digunakan.", Ciel mengambil batu berbentuk lonjong berwarna ocean blue7yang memiliki ujung salah satu kutubnya yang tajam. Batu tersebut seukuran genggamannya. Sedang Ciel tidak menyadari sedari tadi dia diperhatikan banyak mata dengan pancaran penuh harap dan kekaguman.

"I-itu manusia, Agni! Lihat dia mengambil permata itu!", pekik seekor rusa jantan putih kepada seekor harimau putih besar disampingnya. "Ya, dan dia bersama Sebastian dan Claude! Wow!", gumam harimau putih. Hewan lain ikut berdecak kagum, tikus, landak, kelinci, rakun, dan kucing yang berwarna putih, berlawanan dengan raven dan kuda yang sedang diam saja dipinggir danau. "Ssst. . . Diamlah, jangan sampai suara kalian menakuti gadis itu, dia mungkin harapan yang kita tunggu begitu lama.", ujar lembut seorang peri berkulit gelap yang memiliki rambut putih panjang dan bergaun ungu lavender. Peri yang cantik dan anggun. Ciel menggunakan batu ditangannya untuk memotong simpul laso dileher kuda hitam dan berhasil. Ciel tersenyum simpul ketika kuda hitam tersebut merunduk, seraya berkata, "Terima kasih, Nona! Anda telah menyelamatkan saya dari para pemburu dan melepaskan tali ini.". Ciel terkesiap ketika mendengar kuda itu berbicara kepadanya, dia sangat terkejut. "A-a-apa kau berbicara padaku?", tanya Ciel dengan mata seperti bola golf, hanya saja lebih indah. "Aku-tidak-mengerti.", jelas Ciel dengan menekankan tiap kata. "Well, berarti kau membutuhkan bantuan.", jawab sang kuda hitam. Peri dan hewan – hewan yang sedari tadi memperhatikan Ciel keluar, sedikit banyak membuat Ciel takut dan bingung. "Kami sangat berterima kasih padamu, sayang. Kau telah menyelamatkan Claude dari para pemburu di desa dan melepaskan tali itu. Dan kau sangat pemberani untuk masuk ke jantung hutan Black Pearl, tidak pernah ada satupun manusia berani masuk kedalam hutan kecuali mereka tersesat. Saya Ratu Peri yang melindungi hutan ini, Hannah Anafeloz", ujar sang Peri. "Sama – sama, Yang Mulia. Saya Ciel Phantomhive. Dan, maaf, saya telah menggunakan ini untuk memotong talinya. Saya bermaksud untuk mengembalikannya.", jawab Ciel dengan senyum gugup. "Oh, sayangku, tidak usah takut, dan kau tidak perlu mengembalikan permata Black Pearl. Karena dia milikmu sekarang. Dan satu lagi, kau tidak usah memanggilku Yang Mulia, panggil saja Hannah.", ujar Hannah dengan senyum kecil yang terlihat bijaksana. "Tapi, permata ini bukan milikku, dia milik kalian dan hutan ini.", Ciel menentang dengan nada khawatir. Dia merasa itu bukan haknya. Seekor landak cokelat muda tiba – tiba berkata, "Permata itu memilih sendiri pemiliknya, Ciel. Dan dia memilihmu. Hihihi, aku Alois Trancy. Panggil saja Alois."."Dan dia adalah ramalan.", ujar seekor kelinci putih. Ciel merasa semakin bingung. "Aku tidak mengerti.", jawabnya lirih. Sebenarnya dia memikirkan hal lain, Lizzie dan Bibi Ann. Lalu hari yang semakin menuju twilight8. "Sayangku, permata Black Pearl merupakan sihir terkuat hutan ini. Dia adalah ramalan yang akan memilih manusia yang berhati tulus. Dan manusia tersebut akan melindungi hutan ini dari sebuah sihir jahat yang selama ini memenjarai hutan. Selain itu, kau mungkin bertanya – tanya mengapa hewan – hewan ini berbicara. Mereka adalah peri – peri hutan, sahabatku, yang dikutuk oleh sihir jahat tersebut, dan beberapa dari mereka adalah manusia biasa seperti dirimu. Maka dari itu, manusia yang terpilih akan menghapus kutukan tersebut. Dan dia memilihmu.", Hannah menjelaskannya dengan penuh ketenangan dan kesabaran. Ciel merasa bimbang dan galau, "Mengapa kau tidak memusnahkan kutukan itu, Hannah? Kaulah ratu penyihir di hutan ini.", tanya Ciel. "Sihirnya terlalu kuat, dan sihirku tidak mampu menolong mereka sekaligus, Ciel.", jawab Hannah. Para hewan menatap Ciel dengan penuh harap, tak terkecuali Claude dan seekor raven diatas dahan yang menatap Ciel dengan sendu, berharap sesuatu yang selama ini menyedihkan hatinya. Ciel merasa semakin galau, dia ingin sekali menolong para hewan ini serta hutan ini, tetapi dia tidak memiliki kekuatan apapun. "Hannah, dan kalian semua. . .", Ciel menghela napas panjang. "Terima kasih untuk kepercayaan kalian, tetapi. . .", Ciel yang awalnya dengan tenang mampu menjaga intonasi suaranya, mulai tercekat karena takut. "Tetapi, aku . . . Tidak bisa.", ujarnya dengan lirih. Para hewan pun merunduk sedih. "Aku mohon maaf, tetapi kalian tahu aku tidak memiliki kekuatan apapun. Aku hanya manusia biasa, bukan peri seperti kalian. Dan aku tidak tahu cara menolong ataupun menghapus kutukan. . .", jelasnya dengan suara lirih. "Mungkin kalian salah pilih, aku tidak sekuat itu. . . Dan aku harus kembali karena bibi dan saudaraku akan sangat khawatir.", jawabnya lirih. Peri Hannah menghela napas. Tiba – tiba raven yang sedari tadi bertengger di pohon turun dengan cepat dan menghampiri Ciel. Hewan yang setinggi pinggang Ciel itu menatap Ciel dengan mata merah berkilat marah, dan berkata dengan geraman kasar, "Mungkin memang bukan kau! Kau memang terlalu lemah dan pengecut! Dan egois! Lebih baik sekarang kau pulang ke desamu dan berkumpul dengan keluargamu! Bawa saja batu itu, kami tidak butuh itu!". Setelah mengatakan hal tersebut, raven itu langsung terbang ke cakrawala langit jingga dan menghilang dibalik pepohonan hutan. "Sebastian!", panggil Claude. Tetapi percuma saja kuda hitam tersebut memanggil raven yang telah melesat jauh.

Ciel terdiam dan beku. Merasa bersalah karena telah mengecewakan semuanya. Kata – kata burung hitam tersebut benar, dia terlalu takut."Sudahlah, Ciel. Jangan dipikirkan kata – kata Sebastian ya!", ujar Claude dengan tenang. "Dia memang temperamen dan kumohon jangan dimasukkan ke dalam hati kata – katanya!", Alois menimpali. Ciel hanya memberikan senyum sekilas, "Terima kasih, Claude, Alois, Hannah dan semuanya!". "Ciel, apa kau benar – benar akan pergi?", tanya seekor rusa jantan berwarna putih. "Maafkan aku, kurasa aku memang harus pergi. Hari sudah semakin gelap dan aku tidak mau membuat khawatir keluargaku. Hanya mereka yang kumiliki.", jawab Ciel dengan senyum mirisnya. "Dan aku tidak mau membawa ini, Hannah, ini bukan hakku. Selain itu, mungkin orang yang terpilih itu akan datang lain waktu.", jelasnya sambil mengembalikan permata Black Pearl ke tangan Hannah. "Baiklah, sayangku, jika itu memang keputusanmu. Claude, tunjukkan jalan kepadanya.", perintah Hannah kepada sang kuda hitam. "Baik, Yang Mulia.", Claude menundukkan kepalanya. "Ayo, Ciel.", Claude berjalan di depan Ciel dan Ciel melambaikan tangan kepada hewan – hewan yang memperhatikan kepergiannya dengan sedih.

"Maaf ya Claude, aku tidak bermaksud. . .", sebelum Ciel melanjutkan kata – katanya, Claude memotongnya, berusaha agar Ciel tidak merasa bersalah lagi. "Kalau aku jadi kau, dan tidak terjebak dalam kutukan sialan ini. . . UH! Aku pasti akan menghajar kepala si Ash sialan dengan batu itu hingga babak belur. . . Dan kau tidak harus merasa bersalah seperti ini, kan? ? Dengar, apapun pilihanmu, percaya dirilah! Hidupmu adalah hidupmu. Tapi, sungguh Ciel, aku sangat ingin menghancurkan penyihir bar – bar tersebut.", Ciel tercengang dengan kata – kata Claude yang dikiranya pendiam, terlebih karena aksi teatrikalnya. Claude naik ke atas batu dan menggeram serta bertingkah kalau dia adalah unicorn9 atau banteng dari Roma. Tingkah Claude berhasil membuat Ciel tertawa. "Hahaha . . .Kau ini bukan unicorn, tahu! Apa kau menganggap dirimu adalah banteng?", tanya Ciel ditengah tawanya. "Ih, berimajinasi tidak dilarang untuk kuda, Ciel! Lagipula, memiliki mimpi besar itu sangat dianjurkan!", jawab Claude asal. Ciel hanya menepuk kepala kuda tersebut yang lebih tinggi darinya. "Kau ini.", ucap Ciel. Tawa kedua makhluk itu lama – kelamaan berubah menjadi kekehan lalu, mereka terdiam. Langkah mereka yang santai membuat perjalanan tambah lama karena sebenarnya jarak danau ke pintu batu cukup jauh. "Claude, kenapa Sebastian semarah itu padaku?", tanya Ciel dengan wajah pucat, mengingat burung besar hitam itu begitu menyeramkan ketika marah. Claude memperhatikan perubahan warna wajah Ciel, dia merasa prihatin kepada gadis muda disebelahnya. "Ciel, aku akan menjelaskan semuanya kalau kita berhenti sejenak, bisa?", tanya Claude. "Baiklah. Ceritakan.", jawab Ciel yang telah berhenti dan menghadap kuda hitam yang besar disampingnya.

"Dengar Ciel, kau tentu ingat kata – kata Yang Mulia, kan?", tanya Claude. Ciel mengangguk. "Kami sebagian besar adalah peri hutan. Peri – peri yang melindungi hutan ini dari kerusakan dan tangan – tangan para penyihir hitam yang ingin merebut hutan dan permata. Dan manusia yang dibicarakan tadi adalah Sebastian, aku dan Alois. Sebastian lebih dulu disini ketimbang aku dan Alois yang bersama – sama tersesat di hutan bagian selatan dekat Kerajaan Atlantis yang sangat dekat dengan laut. Berbeda dengan Saville di utara yang dikelilingi pegunungan. Sebastian merahasiakan darimana asalnya, dan Yang Mulia menemukannya telah dikutuk menjadi raven. Dia terluka parah dan tertidur selama seminggu penuh. Setelah bangun, dia bungkam. Dan terus – terusan mengawasi hutan bagian barat yang merupakan markas para penyihir jahat. Dia menunggu kesempatan untuk menyerang Ash dan putrinya, Angela. Penyihir jahat terkuat yang mengutuk kami semua. Sebastian, meski jarang berada di sekitar danau, tetap memperhatikan kami. Dan selalu menjaga kami dari manusia jahat yang ingin memburu kami. Kuharap kau tidak menganggap dia jahat, Ciel. Dia hanya memendam sakit hati dan kekecewaan serta kesedihan yang dalam. Entah karena apa.", jelas Claude. Ciel memandang kuda itu dengan sedih. "Tentu, aku tidak bisa membencinya. Kuyakin ada alasan dia seperti itu.", jawab Ciel. "Kau memang sangat baik, Ciel. Terima kasih karena memaafkan saudaraku itu.", Ciel terkejut mendengar kata – kata Claude, kemudian tersenyum. "Kembali kasih.", ujarnya lirih. Ciel dan Claude melanjutkan perjalanan menuju pintu batu. Sembari membiacarakan kehidupan di Saville dan keluarga Ciel.

Tiba – tiba, seekor rajawali besar turun dari langit jingga gelap bersama rajawali yang lebih kecil, lalu menghadang jalan Claude dan Ciel. Claude berdiri di depan Ciel yang membeku karena terkejut dengan defensive dan mengeluarkan geraman keras dan kasar. "Mau apa kau, Ash?", geramnya. "Wow, tenang Claude Faustus. Aku hanya memastikan kabar dari anak buahku yang mengatakan bahwa manusia terpilih telah ada di Black Pearl. Dan ternyata benar saja, diakah manusia itu?", tanya Ash, rajawali besar kepada Claude dan memicingkan matanya kearah Ciel. Tahu diperhatikan seperti itu membuat Ciel tersentak dari kebekuannya. "Bukan urusanmu, penyihir sialan!", ujar Claude. "Ckckck. . . Tidakkah bibiku mengajarimu cara berbicara yang sopan, Claude?", ejek sang rajawali kecil. "Angela, tutup saja mulut besarmu itu!", geram Claude. Ash dan Angela mengubah diri mereka dalam pusaran kabut hitam, dan terlihat sesosok pria berambut dan berkulit putih dengan mata violet yang mengerikan dengan seorang wanita muda yang merupakan putrinya. Angela memiliki rambut panjang* bergelombang yang sewarna dengan ayahnya. Keduanya sangat identik dalam pakaian hitam, tetapi fisik mereka berlawanan dengan warna unsur dan pakaian yang mereka miliki. Hitam. Bahkan, Angela yang tadinya seekor burung rajawali hitam kecil ternyata memiliki penampilan seputih itu. Sangat mengejutkan Ciel.

"Ya, ampun. Enak saja kau berkata kasar kepada putriku yang cantik ini, Claude.", ujar Ash. Dengan jentikkan jarinya, Claude terpental ke sebuah pohon dibelakangnya dan langsung tergeletak di atas tanah. Claude tidak sadarkan diri karena benturan keras. "Claude! Claude!", panggil Ciel. Ciel menghampiri kuda hitam tersebut dan mengecek apakah dia masih bernapas dan tidak terluka parah. "Claude, kau tidak apa – apa?", tanya Ciel dengan bernada khawatir. "Pergi. . . Sebelum dia melakukan hal buruk padamu, Ciel.", geram Claude. Ash tertawa melihat pemandangan di depan matanya. "Sudah kubilang, Claude. Jangan melawan sesuatu yang tidak setara denganmu.", dengan tatapan melecehkan dia menggumamkan sesuatu. Angela mendekati ayahnya dan berkata, "Saksi – saksi harus dibungkam, ayah!", pekiknya. "Oh, untung kau ingatkan, sayang. Terima kasih, akan kuberikan hadiah untukmu.", ujar Ash kepada putrinya yang tersenyum licik kepada Ciel. "Well, Ciel Phantomhive. Kau tidak akan pernah bisa menghancurkanku ataupun kutukanku. Bahkan kau tidak akan kembali ke Granada!", teriaknya. Ciel membeku ditempat karena suara menyeramkan yang dikeluarkan Ash. Dengan kutukan – kutukan yang dirapalnya dan gerakan kedua tangannya, Ash membuat Ciel dikelilingi dengan kabut hitam pekat sehingga sosoknya tak terlihat. "Cieeeel!", pekik Claude. Claude menahan napasnya dan tidak mampu memejamkan matanya yang seperti akan keluar dari kepalanya karena menyaksikan kejadian didepannya. Sedangkan Angela dan Ash hanya tertawa.

Setelah kabut hitam menghilang sedikit demi sedikit, terlihat sayap putih terkembang. "Oh, tidak, tidak. . .", lirih Claude. Ciel dikutuk menjadi angsa putih. Ciel terkejut sekali melihat kedua lengannya menjadi sepasang sayap putih bersih. "Oh Tuhan!", ujarnya. Dengan raut sedih Ciel menatap Claude yang merunduk. "Aku. . Aku. . . Tidak bisa kembali. . Lagi.", gumamnya terbata karena kesedihan yang menyumbat tenggorokannya. Ash menghampiri Ciel. "Ckckckck. . . Kasihan sekali. Kau tidak akan pergi kemana – mana. Dan kuyakin, Angela akan menyukai bantal bulu angsa.", ujarnya. Ash mengambil sehelai bulu Ciel. "Aw!", jeritnya. "Mati, kau!", geram Ash seraya mengangkat tangannya hendak membunuh Ciel dengan kutukan kematian. "Hentikan!", teriak seseorang dari kejauhan. Ash menengok kearah asal suara dan menyipitkan matanya. "Hannah!", gumamnya. Hannah menatap Ciel yang sekarang seekor angsa putih dengan sendu. "Kemarilah, sayang. Terbang kemari.", ucapnya lembut. Claude bangkit dan berlari kearah suara Hannah dan Ciel terbang menuju danau Black Pearl. Claude berhenti ketika tiba – tiba Sebastian juga datang dan bertengger di dahan pohon dekat Hannah. Claude menatap Sebastian dengan datar. "Kau terlambat.", gumam Claude. Sebastian diam saja dan menatap angsa putih yang tengah mendarat diatas danau. Hannah membuat mahkota perak dengan sihirnya dan menempelkan permata Black Pearl yang berwarna biru pada tengah mahkota kecil tersebut. "Kemarilah, Ciel.", ujar Hannah. Ciel bergerak mendekati pinggir danau dan menundukkan kepalanya. "Pakailah ini! Dia akan selalu melindungimu. Dan bersabarlah, kuyakin kita bisa menghilangkan kutukan itu.", Hannah memakaikan angsa putih mahkota perak di kepalanya. Tidak lama berselang, Ash dan Angela pun datang dan menghampiri. "Saudariku, kau masih berusaha, ternyata!", ejek Ash kepada Hannah. Hannah yang memang seorang peri dan mampu terbang tanpa sayap, menghampiri Ash. "Diam kau! Kau tidak akan pernah mampu membunuhnya!", ancam Hannah. Ash memutar bola matanya dan dengan angkuh berkata, "Lihatlah ini!", dari ujung telunjuknya muncul cahaya kilat merah yang mengarah kepada Ciel. Tapi, serangan tersebut, tidak akan berpengaruh kepada Ciel yang diliputi pelindung berupa tabir biru muda dari permata Black Pearl. Ash menggeram dan mengerahkan seluruh tenaganya pada kilat tersebut. Namun, tetap saja percuma. Seketika kilatnya menghilang, tabir biru Ciel memecahkan kilat dan tabir itu sendiri sehingga berterbangan seperti kembang api kecil dan berjatuhan dengan warna biru dan ungu serta kerlipan putih. Ash sangat marah karena gagal membunuh Ciel. "Ayo, kita pulang, Angela!", ujarnya kasar seraya berubah menjadi rajawali hitam besar dan putrinya ikut berubah menjadi rajawali hitam kecil "Tapi, ayah! Kau menjanjikanku bantal bulu angsa! Ayah! Dengarkan aku!", pekik Angela dengan nada tinggi yang marah. Dan kedua ayah dan anak pergi ke arah barat.

"Hannah, bagaimana ini? Aku tidak akan bisa kembali ke desa dan pulang ke rumahku?", tanya Ciel yang merasa gusar. "Tenanglah, sayangku. Sebentar lagi matahari terbenam. Dan kau akan mengetahui jawabanmu.", jawab Hannah dengan tatapan sendu. Claude dan Sebastian berjalan mendekat dan para hewan ikut berkumpul sehingga membentuk lingkaran. Tak lama kemudian, matahari tenggelam di kaki langit sebelah barat. Cahaya biru muda melingkupi setiap hewan yang ada termasuk Ciel, sang angsa putih dan mengubah mereka menjadi makhluk awal. Ciel menjadi gadis muda dengan gaun biru dan rambut kelabu yang dikuncir setengah. Alois menjadi pemuda seusia Ciel dengan rambut pirang dan pakaian yang mewakili landak. Penuh duri, tetapi tidak tajam. Claude menjadi pria berusia 20 tahunan yang tinggi dengan pakaian kemeja dan celana panjang serba hitam, kacamata dan rambut hitam yang seperti disisir kebelakang, kulitnya seperti pualam, sangat putih dan penampilannya sangat mempesona. Sedangkan Sebastian, tampak lebih menawan dibandingkan Claude. Rambut lurus jetnya berwarna hitam kelam, mata merahnya dinaungi bulu mata lentik. Tubuhnya slender10, mirip dengan Claude. Tingginya sekitar 180an lebih dalam sentimeter, sama dengan Claude. Namun yang membedakan mereka adalah pakaian Sebastian yang meski sama hitam, terlihat lebih elegan. Jubah hitam membalut pakaian kebesaran seorang pangeran kegelapan dengan pedang perak disampingnya. Ciel tercengang menatap Sebastian, tak disangka, seekor raven ternyata adalah seorang pangeran dari negeri antah berantah. Harimau putih menjadi seorang pria berkulit gelap berambut putih berpenampilan seperti berasal dari Hindia, dialah Agni. Sedangkan sahabatnya, rusa jantan putih menjadi pemuda berkulit gelap dengan rambut berwarna ungu tua, berpenampilan seperti orang Hindia bangsawan, dialah Soma. Kelinci putih menjadi pemuda berambut pirang terang cepak dengan mata hijau terang, dialah Finnian. Rakun putih menjadi pria berambut pirang pasir, berjenggot tipis, dengan mata biru muda, dialah Baldroy. Kucing hutan putih menjadi gadis 20 tahunan berambut merah dan berkacamata, dialah Meyrin. Sedangkan, tikus putih yang datang dengan seekor tikus putih lainnya menjadi sepasang pria wanita berkulit putih dalam pakaian qipao11 putih yang bermata sipit berambut hitam, mereka Lau dan Ranmao.

Ketika semuanya telah menjadi rupa asalnya, mereka berkumpul mengelilingi Hannah. Masing – masing kecuali Ciel, Claude dan Sebastian, memakai baju mewakili bentuk hewan yang mereka miliki. Claude mungkin terlihat biasa saja karena kuda hitam perwujudannya diwakili kemeja dan celana panjang hitamnya. Sedangkan Sebastian, diwakili jubah hitamnya yang seperti jubah kebesaran. Sedangkan Ciel, tetap dalam gaun biru mudanya. "Wah, akhirnya Ciel melihat rupa kita sebenarnya! Ya kan, Ran Mao?", ujar seorang pria bermata sipit kepada wanita disebelahnya. Hannah terlihat lebih cerah ketika melihat sahabat dan keluarga perinya telah kembali ke wujud asal. "Ciel, biar aku perkenalkan mereka. Pria dan wanita diujung sana adalah Lau dan adiknya, Ran Mao.", tunjuk Hannah kepada kedua pasangan diujung. Ciel tersenyum dan dibalas senyum oleh Lau. "Lau, mereka berdua yang berkulit gelap adalah Agni dan Soma.", Hannah menunjuk kedua pasangan berkulit gelap. Dari awal perkenalannya, dia mengetahui Agni yang berambut putih dan lainnya adalah Soma. Mereka tersenyum sangat ramah, membuat Ciel merasa sangat nyaman. "Dan mereka bertiga adalah, trio yang selalu bersamaku. Bard, Finny dan Meyrin.", jelas Hannah. Tiga orang yang disebut maju dan membungkuk tanda hormat. "Senang bertemu dengan kalian.", sapa Ciel. "Kami juga, Nona!", jawab ketiganya bersamaan. Hannah lalu menggandeng tangan Ciel menuju kedua pria yang berdiri di ujung yang berlawanan dengan Lau dan Ran Mao. "Ciel, tentu kau sudah mengenalnya, ini Claude Faustus.", Hannah terkekeh sedikit ketika merasakan tangan Ciel bergetar karena ditatap Sebastian. "Well, Ciel, aku tidak sekonyol percakapan kita tadi kan?", tanya Claude sambil membenarkan letak kacamatanya. "Tidak! Tentu tidak, Claude.", jawab Ciel. "Hey, Ciel, aku Alois, ingat?", ujar seorang pemuda pirang dengan mata besar berwarna biru langit yang cerah. "Tentu, Alois! Kurasa hanya kau yang seumuran denganku.", gerutu Ciel. "Dan, Ciel, yang terakhir adalah Sebastian Michaelis.", Hannah menggiring Ciel lebih dekat dengan pria terakhir yang dari tadi hanya diam saja tanpa bergeming sedikitpun. "Selamat bergabung, Ciel.", ujar Sebastian dengan suaranya yang merdu. "I-iya.", jawab Ciel dengan gugup. Entah mengapa hanya dengan menatap Sebastian saja, jantungnya bergejolak dengan liar dan mengirimkan warna merah merona ke kedua pipi kerubimnya. Sebastian tersenyum lembut, "Maafkan aku atas perkataanku tadi siang, itu pasti sangat mengganggumu, bukan?", tanya Sebastian dengan suara lirih. "Hmmm, tidak apa. Aku sudah memaafkanmu.", jawab Ciel dengan senyumnya yang manis. Sebastian tertegun sejenak dan kembali tersenyum.

"Baiklah, Ciel telah mengenal kita semua. Dan kita harus mulai menyusun rencana untuk menghapuskan kutukan ini, tetapi, aku ingin sekali bertanya padamu Ciel.", Hannah menatap Ciel lembut. "Sayangku, kuharap kau tidak marah kepada kami. Dan kuharap kau tidak takut lagi karena kami ada disini untuk melindungimu juga. Apakah kau mau membantu kami untuk menghapus semua kutukan dan menyelamatkan hutan dari tangan Ash?". Ciel mengerutkan dahinya tanda berpikir keras, tiba – tiba Sebastian menepuk pundaknya. Ciel mendongak dan melihat pria itu tersenyum lembut. "Untuk menebus kesalahanku padamu, aku akan selalu menemanimu, Ciel. Dan Claude akan ikut bersama kita juga. Ya kan, Claude?", Sebastian mengerling kepada Claude. "Tentu, Tuanku.", jawabnya. Ciel merona kembali, dan menatap Hannah. "Aku ingin secepatnya pulang dan aku akan sangat sedih jika tidak mampu menolong kalian. Ya, aku akan membantu.", ujar Ciel mantap. "Baiklah, karena Ciel telah yakin dengan keputusannya. Sekarang akan kujelaskan rencana kita.", Hannah menatap sahabatnya satu – persatu. "Dengarkan, baik – baik.".

To Be Continue…

[~~-**-~~]

Keterangan :

Saville : Sebenarnya saya mengambil nama daerah di Spanyol yang bernama Sevilla. Hheehe saya ubah sedikit agar berbeda.

Granada : Nama daerah di Spanyol pada masa kejayaan Islam.

Black Pearl : Inspirasi dari Pirates of Carribean, kapal favorit saya.

Saville Knight : Maksudnya, para prajurit kerajaan. Bayangkan prajurit dengan baju perang dari besi dan penutup kepala. Kalau gak salah pada abad 17an.

Raven : Burung hitam yang berbeda dengan gagak.

Kevlar : Bahan pelindung anti peluru yang seratnya sangat kuat. Coba lihat film Batman Begins, Bruce Wayne minta sabut Kevlar sama orang berkulit hitam yang kerja di Wayne Empire.

Ocean Blue : Saya sempat bingung, karena warna ini lebih mirip biru laut. Kan biru laut berbeda dengan warna langit dan batu safir. Hehehe.

Twilight : Rembang petang.

Unicorn : Kuda pertanduk yang ada di Swan Lake versi Barbie. Tapi karena Claude itu tidak cocok memakai tanduk jadi, dia kuda hitam besar saja. Wkwkwkw. (saya membayangkan kuda hitamnya setan tanpa kepala yang suka ada di film – film horror).

Slender : Badannya Sebastian dan Claude kan gak berotot banget tapi tetep ada ototnya dan berbentuk ramping dalam ukuran laki – laki. Bagus deh pokoknya bentuk badannya. Coba bayangkan tubuhnya Robert Pattinson yang jadi Edward Cullen. Tuh, namanya Slender but Muscular. Kayak Sebastian dan Claude. Hihihi.

Qipao : Baju tradisional cina. Yang kerah shanghai, dan bermotif.

* Bayangkan Angela saat rambutnya panjang. Kan kalau anime aslinya pendek. Saya menyesuaikannya dengan tokoh Odile di Swan Lake.

Author's Note : Maaf ya menuh – menuhin aja. Tapi kayaknya kalau ini ga dijelasin nanti bacanya jadi bingung. Ehem! Saya mengambil tema Swan Lake karena saya suka sekali pertunjukkan baletnya dan versi barbienya. Ciel(fem) disini saya buat sebaik mungkin terlihat sekilas memiliki sifat Odette, sang angsa putih. Sedangkan tokoh pangerannya (maaf saya lupa namanya) akan saya tiadakan. Sedangkan tokoh Rothbart dan Odile akan diperankan Ash dan Angela. Dan saya tidak akan memunculkan black swan atau Odile versi balet. Tapi Ash dan Angela hanya akan menjadi rajawali. Saya berharap bisa update Untitled habis ini. huhuhu

Dan sangat diharapkan review dan masukkan untuk membangun semangat saya. Terima kasih banyak. ^_^

Vi Ether Muneca

I do what I love to do with consideration. And I'm Switzerland.