Monochrome
Disclaimer:
Kuroko no Basuke © Tadoshi Fujimaki
Monochrome © AkaneMiyuki
Genre: Romance, Drama.
Rated: T
Warning: Typo bertebaran, tidak sesuai EYD, alur rush, multi chapter, gaje, Sho-ai, Alternate Universe.
Pairing: [Akashi Seijurou x Kuroko Tetsuya]
ENJOY!
Bangun. Mandi. Berpakaian. Sarapan. Bersiap siap sekolah. Itulah kebiasaan sehari hari seorang Kuroko Tetsuya. Anak yang cukup pintar dan memiliki tampang yang manis, namun sangan disayangkan mengingat hawa keberadaannya yang tipis. Membuat dia tidak disadari oleh orang orang disekitarnya.
Menyedihkan—memang.
Namun dirinya sudah terbiasa hidup seperti itu, dia tinggal sendiri bersama anjing peliharaannya. Nigou namanya. Anjing yang selalu menjadi pengganti teman temannya dan pengganti keluarganya yang jauh darinya.
Kuroko Tetsuya sudah terbiasa hidup jauh dari keluarganya. Termasuk dari orangtua dan kakaknya. Bahkan kakaknya kini hanya seminggu sekali mengunjungi dirinya hanya sekedar mengecek keadaannya.
Walaupun seperti itu—Kuroko sama sekali tidak merasakan sedih atau kurangnya rasa kasih sayang dari orangtuanya. Dia berbeda dari anak anak lainnya yang lebih suka dimanja. Dia lebih senang hidup mandiri seperti ini. Dia tidak mau merepotkan orang lain.
"Tetsu!" panggil seseorang lalu menghampiri dirinya yang tengah berjalan pelan. Seseorang? Asal tahu saja. Hawa keberadaan Kuroko tidak selamanya tipis. Dia memiliki beberapa teman baik yang tidak terpengaruh oleh hawa keberadaannya yang tipis itu. Dan untuk itu, dia bersyukur.
"Aomine-kun, ada apa?" tanyanya dengan tatapan datar.
Kuroko tidak suka ber-ekspresi, tidak seperti anak anak lain yang cenderung lebih ceria. Dirinya sudah biasa hidup dalam dunia monokrom—hitam putih. Dia sudah terbiasa melihat sisi gelap juga terang dunia luar, hal itu yang membuatnya tidak berani melakukan banyak hal diluar nalar manusia. Dia lebih memilih menyendiri dan berdiam diri ditempat sepi. Seperti hantu.
"Nandemonai, kau baru saja berangkat heh? Tidak takut telat?" tanya Aomine Daiki dengan pelan menepuk pundak Kuroko, Kuroko tidak mengeluh.
"Iya, dan kurasa Aomine-kun bangun terlalu pagi," ucapnya lagi dengan tatapan kosong menatap manik navy tajam milik Aomine.
"Hah? Apa maksudmu Tetsu? Ini kan baru jam—astaga! Ini jam setengah sepuluh?!" Aomine membelalakkan matanya ketika Kuroko mengangkat tangan kirinya untuk menunjukkan jam dari jam tangannya.
Kuroko mengangguk kecil dan melanjutkan langkah langkah kecilnya.
"Aduh, mimpi apa aku semalam bisa bangun sepagi ini.." Aomine menepuk dahinya, memang dia tidak biasa bangun sepagi ini. Dia selalu tidur malam dam seringkali membolos hanya untuk tidur di atap sekolahan. Sehingga sering kali dia ditegur oleh Momoi Satsuki dan para guru di SMP Teiko. Dia selalu mengabaikan hal hal tersebut dan selalu saja melanjutkan acara tidurnya.
"Entahlah Aomine-kun. Sebaiknya kita berangkat sekarang, gerbang akan ditutup 30 menit lagi." Aomine menatap Kuroko lalu menangguk semangat.
"Kau benar," mereka mempercepat langkah mereka. Aomine memulai pembicaraan singkat untuk memecah keheningan diantara keduanya yang sedari tadi hanya terdiam.
"Oh iya, aku baru ingat kalau nanti saat pulang sekolah Akashi menyuruh kita berkumpul didalam Gym untuk berlatih," ucap Aomine sambil tersenyum sekenanya kehadapan Kuroko, Kuroko tidak memperdulikan senyuman itu. Melainkan kata katanya.
Akashi dia bilang? Ya—sudah lama Kuroko mengagumi kapten basket-nya itu. Rasa kagumnya sudah berubah menjadi rasa cinta beberapa bulan yang lalu ketika Akashi menemukan kekuatan dalam permainan basket Kuroko.
Dan disinilah dia. Kuroko Tetsuya, tidak tersudutkan. Semua berkat Akashi Seijurou yang selalu membantunya walaupun sering menambahkan porsi latihan yang sangat banyak terhadapnya.
Kuroko tidak mengeluh. Dia tahu itu yang terbaik untuk dirinya.
"Begitukah?" Kuroko menatap lurus.
"Aomine-kun, kau menghalangi jalan. Jangan berjalan mundur seperti itu, nanti kau tersandung." Ucap Kuroko, Kuroko menghindari tubuh besar Aomine yang menghadang jalannya. Dan mencari celah untuk berjalan dengan leluasa lagi.
"Tapi nanti kau datang kan Tetsu?" tanya Aomine mengharapkan rekannya datang.
"Hn," jawaban singkat dari Kuroko cukup membuat Aomine tersenyum lebar dan mengusap usap kepala Kuroko dengan sedikit kasar sehingga sang empunya mengaduh pelan.
Monochrome
.
"Dimana Tetsuya?"
.
"Sudah kuduga kau disini, Aominecchi." Seorang lelaki bersurai emas berjongkok disebelah Aomine sambil mengguncang guncangkan tubuh Aomine.
"Berisik Kise.. tidakkah kau lihat aku mencoba untuk tidur dengan tenang?!" bentaknya pada lelaki itu, Kise Ryota. Dan sepertinya Kise tidak perduli dengan omelan semata Aomine.
"Nee, Aominecchi lupa ya sama janji latihan di Gym bareng Akashicchi, Kurokocchi, Midorimacchi dan Murasakibaracchi?" tanyanya masih menggucang guncangkan tubuh Aomine.
"Itu kan pulang sekolah nanti, teme. Memangnya sekarang jam berapa sih?!" mau tidak mau, Aomine pun terbangun dan duduk bersilah. Sedangkan Kise melihat kearah jam tangannya.
"Ini sudah pulang sekolah Aominecchi.." Aomine melirik kearah jam milik Kise dan matanya terbelalak kembali.
"KENAPA HARI INI AKU SELALU BERMASALAH DENGAN WAKTU?!" teriaknya dengan nada frustasi, dan kini dia berlari menuruni tangga bersama dengan Kise yang mengekorinya.
Mereka sampai didepan Gym dan langsung membuka pintu Gym. Didalam Gym masih sepi. Hanya ada Akashi dan Midorima yang sedang berlatih basket.
"Oh? Kalian sudah sampai rupanya." Ucap Midorima Shintarou. Surai hijau lumut itu menatap lurus kearah mereka berdua sambil menaikkan kacamatanya.
"Iya, kenapa hanya ada kalian berdua disini? Dimana Murasakibaracchi?" Kise melirik kesudut sudut ruangan Gym tersebut sambil mencari orang yang dia maksudkan.
"Atsushi sedang di kamar mandi," ucap Akashi yang menghentikan aktifitasnya.
Akashi memperhatikan sekeliling. 4 orang sudah diruangan itu. Dan satu orang di kamar mandi. Dia mencari sesosok yang selama ini dia latih dengan keras. Sang surai sapphire. Kuroko Tetsuya.
"Dimana Tetsuya?" tanya Akashi pada Aomine.
"Ah, dia sepertinya belum datang—"
"—Aku disini." Sebuah suara mengagetkan mereka. Mereka langsung menoleh kearah ring basket dan tepat disamping ring basket itu, Kuroko berdiri disana.
"Sejak kapan kau ada disana nanodayo?" tanya Midorima dengan 'nanodayo' khas-nya.
"Sejak kalian berbincang bincang, aku tahu hawa keberadaanku memang lemah." Kuroko mengerling kearah pintu masuk Gym.
Akashi menatap Kuroko lama, bola yang dia pegang dia taruh kembali kelantai Gym lalu dia mendatangi Kuroko. Kuroko menoleh kearah Akashi. Akashi menatapnya dengan tatapan serius.
"Ada apa, Akashi-kun?" tanya Kuroko.
"Tetsuya, hari ini kau cukup melihat kami latihan saja," ucap Akashi dengan tegas. Kuroko hendak menolak.
"Tidak terimakasih, aku ingin tetap berlatih," tukas Kuroko. Akashi mengernyit kesal.
"Tidak. Kau melihat kami latihan." Kuroko ingin bertanya, namun sebelum itu, Akashi sudah terlebih dahulu memegang tangan kanannya yang terbalutkan wrist-band berwarna hitam dan menarik wrist-band itu.
"Itte—" Kuroko menunjukkan raut wajah kesakitan, Akashi tahu apa masalahnya. Karena sedari tadi Kuroko diam dan secara tidak sengaja memegangi pergelangan tangannya itu. Pergelangan tangannya lebam.
"Ini kenapa, Tetsuya?" Akashi kemudian mengangkat tangan Kuroko. Kuroko menahan sakit. Masih terdiam.
"O-oi Akashi! Kuroko kesakitan!" tegur Aomine.
"Jawab aku, Tetsuya. Ini kenapa?" Akashi menatap Kuroko. Kuroko terpaksa menjelaskan apa yang terjadi pada tangan kanannya.
"Tadi aku sedang membuka loker sepatu milikku, lalu aku tidak sengaja menutup pintu loker itu dengan keras. Dan aku lupa kalau tanganku masih ada di sela sela pintu loker itu. Jadi beginilah." Kuroko meronta kecil.
"Tolong lepaskan Akashi-kun." Akashi melepaskan tangan Kuroko lalu Kuroko menunduk.
"Aku tidak mau mengambil risiko kalau tanganmu kenapa kenapa, jadi. Untuk hari ini kau duduk saja dan lihat kami berlatih. Jangan buat aku khawatir padamu." Akashi mengambil tas Kuroko dari pundak Kuroko lalu menaruhnya di pojok ruangan Gym.
"Istirahatlah Kurokocchi.." ucap Kise sambil tersenyum simpul.
'Akashi-kun mengkhawatirkan aku?' batin Kuroko sambil merunduk. Menyembunyikan rona merah jambu yang ada di pipinya.
"Aku kembali—" dari arah pintu masuk datanglah Murasakibara dengan snack yang berada di pelukannya.
"—Hee? Kuro-chin kenapa?" tanya Murasakibara yang melihat Kuroko duduk di pojok dengan Akashi yang masih di sebelahnya.
"Pergelangan tangannya lebam. Aku tidak mau mengambil risiko kalau tangannya kenapa kenapa, jadi kusuruh dia istirahat." Ucap Akashi dengan tenang lalu kembali berkumpul dengan Midorima, Kise dan Aomine. Begitupun Murasakibara.
"Untuk saat ini dia hanya boleh melihat kita berlatih." Ucap Akashi kembali. Semua mengangguk.
"Aka-chin perhatian sekali.." ujar Murasakibara blak blakan.
"Berisik. Cepat habiskan snack-mu itu Atsushi." Kuroko hanya menatap diam ditempat dia duduk.
'Kalau begini terus aku tidak bisa melakukan Ignite Pass ya.. kurasa aku merepotkan Akashi-kun.' Dan dia tidak mau merepotkan siapa siapa. Termasuk orang yang dia sukai.
"Shintarou, kau latihan shoot three-point sampai masuk 15 kali. Daiki, kau dan Ryota latihan dunk. Sedangkan kau Atsushi, kau berlarih one-on-one denganku." Ucap Akashi lalu membubarkan semuanya.
Kuroko masih saja terdiam ditempat. Dia ingin ikut latihan, tapi tidak bisa. Sedangkan menunggu adalah pekerjaan yang sungguh membosankan. Perlahan dia memejamkan matanya lalu tertidur.
Monochrome
.
"Merepotkanku? Tidak sama sekali."
.
"Baiklah, latihan selesai, kerja bagus Shintarou, kau memasukkan lebih dari 15 bola. Tingkatkan lagi." Ucap Akashi sedikit memuji, Midorima menaikkan kacamatanya.
"Tentu saja nanodayo." Lalu mengambil tas-nya dan keluar Gym.
"Terimakasih atas bimbingannya captain, kapan ada jadwal latihan lagi?" tanya Aomine sambil menaruh handuk kecil di bahunya dan mengelap keringat di pelipisnya.
"Sampai jumpa Aka-chin," ucap Murasakibara keluar ruangan. Masih memeluk snack-baru nya.
"Minggu depan. Minggu depan latihan lagi." Ucap Akashi lalu memakai jaket biru-nya.
"Kalau begitu kami pulang dulu ya Akashicchi! Jaa naa~" ucap Kise lalu menarik Aomine kaluar Gym. Dan menyisakan hanya Akashi dan Kuroko yang berada disana.
Koroko masih tertidur. Akashi pun berinisiatif membangunkan Kuroko.
"Tetsuya." Panggilnya sambil mengguncang guncangkan tubuh Kuroko. Kuroko tidak merespons panggilannya.
'Apakah dia kelelahan? Ataukah sakit?' Akashi menyentuh dahi Kuroko. Panas.
"Sudah kuduga.. dia sakit.." Akashi menatap Kuroko yang tertidur lalu mengambil tas miliknya dan Kuroko lalu menggendong Kuroko di punggungnya.
Akashi keluar Gym dan segera mengantar Kuroko pulang kerumahnya.
TING TONG.
"Permisi." Ucap Akashi, tidak ada respons. Akashi baru ingat kalau Kuroko tinggal sendiri. Hanya ada gongongan anjing dari dalam rumah. Dan dia sudah tahu kalau gongongan itu berasal dari anjing peliharaan Kuroko. Nigou.
"Tidak dikunci? Belum tahu kalau belum dicoba, heh?" Akashi memutar kenop pintu lalu pintu itu terbuka.
"Benar saja. Permisi." Akashi melepas sepatunya lalu menuju kamar Kuroko. Tidak dikunci juga. Akashi segera meletakkan Kuroko keatas tempat tidur lalu berlari kearah dapur untuk mengambilkan air panas dan handuk kecil sebagai kompres.
"Arf, arf!" nigou meloncat ke tempat tidur Kuroko dan menjilat singkat pipi Kuroko. Kuroko terbangun.
"Nigou.. aku dirumah? Siapa yang membawaku—"
"—Aku." Akashi kembali membawa baskom dan handuk kecil yang berada di tangannya. Lalu meletakkan baskom itu dimeja kecil disebelah tempat tidur Kuroko. Kuroko mencoba bangun.
"Akashi-kun, aku—" Akashi mendorong Kuroko kembali.
"Tiduran, aku akan mengompres mu." Akashi menyentuh kembali dahi Kuroko. Kuroko bisa merasakan darahnya berdesir dua kali lebih cepat dari biasanya.
"Maaf.." ucap Kuroko tiba tiba, Akashi mengerling heran.
"Kenapa minta maaf padaku hah?" tanyanya sambil mencelurkan handuk itu kedalam baskom yang berisi air panas lalu memeras handuk itu dan meletakkannya di dahi Kuroko.
"Aku sudah merepotkan Akashi-kun." Ucap Kuroko sambil menatap sendu. Membelai Nigou dengan pelan.
"Merepotkanku? Tidak sama sekali." Akashi menatap Kuroko dengan lembut. Ekspresi itu belum pernah ditunjukkannya pada siapapun. Kemudian Akashi kembali mengelus rambut Kuroko dengan pelan.
"A-akashi-kun? Kenapa tiba tiba?" Kuroko merasakan jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya. Bahkan lebih cepat lagi melebihi jantungnya yang berdegup sangat kencang ketika lomba lari marathon.
"Tidak apa apa Tetsuya. Aku akan merawatmu." Kuroko tersenyum tipis. Sangat tipis. Saat ini dia tinggal di dunia hitam putih. Dan dia saat ini berada disisi yang berwarna putih.
"Terimakasih.." ucapnya pelan.
"Sekarang tidurlah, aku akan membuatkan makan malam untukmu." Ucap Akashi lalu berdiri dan keluar kamar, menutup pintu kamar Kuroko.
Kuroko tersenyum dan melirik kearah Nigou. "Nigou, aku senang. Akashi-kun baik, ya?" Nigou menyahut dengan beberapa gongongan kecil. Kuroko memejamkan matanya.
TBC
A/N: Hai semua! Saya kembali ke fandom ini! Padahal saya lagi UN. Sempet sempet aja bikin cerita kaya gini :v halah.. yaudahlah! Demi kepuasan reader~ ini juga cerita request~ walau tadinya mau one-shot malah multi-chapter gini. Payah ya saya. Oke. Pastinya cerita ini akan update agak lama.. jadi mohon sabar, hai senpai senpai semua! *lambai tangan* mohon krisarnya ya! Karena itu semua akan sangan membantu saya! XD
Oke. Ada yang mau bantu saya bikin fic ini? :"3 ide ide atau request chapter deh, gak apa apa kok XD, dan maaf juga kalau masih ada typo XD.
Mohon Review-nya!
—AkaneMiyuki
