Disclaimer: Kingdom Hearts, Square enix, Disney
Pair: Soroku
Rating: T
Halo...Disini Vanniechan09
Fic ini kupersembahkan khusus untuk sora van yang udah berbaik hati memberikanku point =D
Maaf karena lama banget aku bikinnya .
Aku harap dia suka membacanya .
Well, sejujurya, cerita fic ini inspirasi dari video KHR dari nicovideo...
Dan juga, game yang dimainkan oleh Sora dan Roxas itu Naruto
Entah kenapa, akhir-akhir ini aku juga menyukai manga JUMP...^^
Karena itu, banyak karakter JUMP yang keluar disini hehhee...
Saat aku menegerjakan fic ini, aku sambil denger lagu Trust me dari Durarara
Karena itu kuputuskan judulya trust me ^^
Dan ini, mungkin adalah fic terakhirku dari fandom KH
Silahkan kalian baca dan kalau sempat RnR please?
Thank you =D
XXX
Trust me/ 7days
XXX
"berjanjilah, kita selalu bersama selamanya..."
(Sora POV)
Day 0
Aku bermimpi,disana aku berdiri tegak dan wajahku menatap lurus sesosok orang yang paling kucintai tengah tertidur dengan wajah damai yang menghiasinya. Aku tak dapat menggerakan seluruh tubuhku karenatubuhku terasa membeku danmulutku juga terkunci rapat sehingga tak sepatah katapun dapat kulontarkan.
Orang yang kutatap itu mengenakan pakaian yang cukup indah dan mewah...setelan jas berwarna putih bersih nan rapi bagaikan seorang pengantin pria pada upacara pernikahan dengan ratusan kuntum bunga mawar putih yang menjadi alas 'tempat tidurnya'.Di depan 'tempat tidur'nya bertengger manis sebuah bingkai foto yang gambar foto tersebut adalah wajah orang yang sedang tertidur itu dengan ekspresi wajahnya yang sedang tersenyum gembira disana
Tidak hanya itu, aku dapat mendengar tangisan-tangisan orang lain yang ada dibelakangku. Tangisan tersebut terdengar sangat menyakitkan dan membuat hatiku tertusuk pula. Aku tidak tahu, tapi entah sejak kapan air mataku juga ikut meleleh dan membasahi seluruh pipiku
Setelah dibacakan beberapa doa yang dilontarkan dari bibir pastor tersebut, akhirnya 'tempat tidur' kayu Roxas akan ditutup. Umat pun menangis semakin histeris dan melodi-melodi sedih dilantunkan semakin menyemarakkan suasana yang begitu gelap itu.
Detik-detik terakhir sebelum peti kayu itu ditutup, aku melihat wajahnyayang putih pucat itu. Bibirnya yang telah membiru itu tersenyum dan aku bisa melihat senyuman itu penuh dengan kedamaian tanpa beban pada wajahnya. Ia terlihat bahagia karena sudah menyelesaikan misinya di dunia ini. Aku juga senang karena ia sudah bisa tertidur tenang dan kembali ke dunia tempat ia diciptakan pada mulanya
Se...senang?
Aku merasakan...senang?
Ke..kenapa...mestinya aku senang karena ia sudah kembali ke pangkuanNya dengan bahagia...
Mestinya aku juga bahagia melihat wajahnya yang damai itu...
Apa yang terjadi padaku?
Tanpa kusadari, air mata kini sudah membanjiri wajahku dan pakaianku jadi ikut basah karena terkena air mataku sendiri...Aku tidak tahu kenapa...Tapi aku tidak dapat menahan emosiku lagi yang meledak-ledak ini dan aku menangis, meraung-raung bahkan berteriak-teriak tanpa mempedulikan keadaan sekitar
Aku tidak peduli...
Tapi aku hanya dapat meratapi saat peti kayu itu akhirnya ditutup dan dikuburkan...
Tidak...
Jangan!
Aku ga mau kau meninggalkanku disini sendirian
Aku membutuhkanmu...
Langitku menjadi kosong tanpa keberadaanmu
Kumohon, aku ingin bersamamu...
Kalau perlu, biarkanlah aku ikut ke dunia kau pergi sekarang...
Jangan tinggalkan aku...
Aku ingin tetap bersamamu dan aku mencintaimu...
Bahkan aku rela melakukan pengorbanan hanya demimu...
Kumohon...Kumohon...
Jangan tinggalkan aku!
==XXX==
Day 1
"buaahh~~! Gimana ini ujian sudah di depan mata...nilaiku rata-ratanya rendah semua~~~bisa ga naik aku..." panikku saat menatap hasil rapor tengah semester genap itu.
"nilai pas semester lalu aja udah jelek begitu, ditambah nilai yang sekarang...gawat banget ini..." panikku seraya menidurkan kepalaku di meja tanda pasrah berharap suatu keajaiban terjadi padaku
"huh, siapa suruh sejak dari semester lalu main game online melulu...kau lihat sendiri hasilnya kan?" ujar seseorang yang menghampiri mejaku. Sesosok pemuda berambut blond spiky dengan bola mata sapphirenya yang indah menatapku. Ia mengenakan seragam biru kotak-kotak yang sama denganku dan bedanya seragamnya terlihat lebih rapi dibandingkan seragamku
Mengingat sosok itu adalah murid teladan dengan kemampuannya yang diatas rata-rata di kelasku sekaligus sahabat baikku, aku segera memeluknya karena ada secercah harapan didalam hatiku darinya, "Roxiiiiiieeee~~~bantu aku..." teriakku yang memecahkan keheningan kelas itu dan tentu saja, otomatis semua teman-teman sekelasku langsung menatapku
Teman-teman sekelasku yang melihat tingkahku hanya biasa saja karena semua teman-temanku tahu, Roxie adalah sahabat yang paling sering kuminta tolong saat aku dalam kesulitan terutama dalam masalah pelajaran . Apalagi sifat Roxie yang baik hati dan suka menolong orang
"Huh, lagi-lagi aku..." ujarnya sambil tersenyum karena sudah menduga hal ini (pasti) akan terjadi. "ya sudah, sebelumnya boleh kulihat rapormu Sora?" tanyanya lagi seraya melepaskan pelukanku.
"Silahkan.." ujarku sambil menyerahkan nilai hasil raporku itu. Roxie segera menerimanya dan melihat isinya. Tiba-tiba matanya melebar dan kaget. Aku jadi kebingungan dan bertanya padanya "ngg...a..ano...ada apa?" tanyaku
"ADA APA GIMANANYA? INI UDAH PARAH NILAINYA TAU~~!" kesal Roxie sambil marah-marah padaku
"Hii~~~go..gomenansai..." ujarku penuh kepasrahan dan ga tahu lagi mesti berbuat apa lagi..."a...aku ga mau tinggal kelas...tolong aku..." pintaku padanya dengan wajah puppy face kepadanya .Melihatku, ia hanya tersenyum sambil mendesah kecil, " huh...kau itu...ya sudah, kalau gitu mulai sore ini biar aku datang ke rumahmu buat belajar bareng, gimana?"
"Makasih roxieee~~~~" teriakku lagi karena kegirangan akan kemurahan (?) hatinya dan besiap-siap untuk memeluk tubuhnya yang empuk itu. Melihatku, Roxie langsung menghindar dariku seraya menahan tubuhku
"iya-iya, ya udah, jangan lupa, nanti jam setengah 4 sore di rumahmu ya...jangan main ke warnet dulu..."
"iya sensei!" jawabku mantap
XXX
Benar saja, baru aku pulang sekolah dan makan siang, Roxie langsung sudah datang dan kini ia sudah berada di depan pintu rumahku dan ia baru saja mengetuk pintu rumahku. Aku segera berlari keluar dan membukakan pintu rumahku untuknya. Ia masih mengenakan seragam biru kotak-kotaknya sama sepertiku dan ia membawa beberapa buku serta kotak pensilnya yang bermotif catur itu
"hai..." sapaku seraya mempersilahkannya masuk
"siap untuk belajar?" tanyanya langsung to the point dan masuk ke dalam rumahku
"ehh? Baru pulang sekolah...kita main dulu saja lah..." ujarku santai sambil menyilangkan kedua lenganku pada bagian belakang kepalaku.
"aku mau mengingatkan saja, aku kesini bukan untuk bermain-main, aku kesini bela-belain ngajarin kau dan kau sudah membuatku kehilangan waktuku yang berharga...jika kau masih ingin main, aku mau pulang sekarang..." jawab Roxie ketus dengan wajah death glarenya yang seakan-akan ingin membunuhku
"hii~~maafkan aku..." ujarku seraya menahan lengannya, "iya-iya, ayo kita belajar sekarang hehee..." cengirku dengan wajah sedikit memohon padanya
Akhirnya kami segera naik ke lantai 2 dan masuk ke kamarku. Begitu aku membuka pintu kamarku, matanya terbalak kaget melihat kamarku yang ukurannya 4x5 meter ini.
"Sora..."
"ngg...ada apa Roxie?" tanyaku
"kapan kau terakhir membersihkan kamar ini?" tanyanya lagi
"ngg...kurasa minggu lalu..." jawabku jujur
"kalau begitu, bagaimana kalau kau bereskan dulu kamarmu?" tanya Roxie sambil tersenyum padaku. Senyumannya itu bukan senyuman biasa karena aku dapat melihat ancaman pada wajahnya. Hati kecilku langsung menyuruhku untuk menuruti kata-katanya daripada mencari resiko lagi
"i...iya, akan kurapikan..." ujarku menurut bagai anjing yang menurut pada tuannya
1 jam sudah berlalu...Kamarku yang tadinya berantakan bagai kapal pecah tersebut kini sudah cukup bersih dan rapi. Ini juga berkat Roxie yang mau membantuku supaya pekerjaan ini cepat selesai. Memang sih, aku juga malu karena beberapa kertas ulanganku yang tergeletak di lantai terlihat oleh Roxie dan melihat nilai-nilaiku, Roxie semakin bersemangat untuk mengajariku
Kami pun memulai pelajaran yang paling aku lemahi, apalagi kalau bukan matematika tercinta (?). Roxie dengan sabar mengajariku pelajaran dari semester lalu dan mengajari dasar-dasar yang masih belum kumengerti.
"lalu, tambahkan nilai x di persamaan ini..."
"x yang dibawah tulisan limit ini?" tanyaku
"nah, begitu..."
"jadi...hasilnya tak terhingga bukan?" tanyaku ragu
"alasannya?"
"soalnya dilihat dari pangkat x nya..." jawabku
"Nah, mungkin kau sudah mengerti... coba kau pecahkan masalah ini..."ujar Roxie seraya menuliskan soal-soal pada kertas disampingnya. Membaca soal tersebut, aku jadi kebingungan sendiri dan melihat wajahku Roxie hanya mendesah pelan, "berarti masih belum begitu paham yah..."
"g...gomen...aku masih agak bingung kalau soal yang ini..."
Roxie pun menjelaskan ulang rumus limit yang barusan dan mengajariku lagi. Ya, dalam sekali ia menjelaskan , aku sudah lumayan mengerti pelajaran tersebut karena penyampaiannya mudah kupahami dan mudah kucerna. Itulah bakat yang ia miliki...
"nah, coba kerjakan 5 soal ini dulu..." perintah Roxie padaku, "jangan lupa, perhatikan pangkatnya oke?"
" oke sensei.." jawabku ragu dan setidaknya, aku mau berusaha dulu dalam mengerjakannya. Selama otakku bekerja keras, malahan Roxie asyik membaca Shonen Jump yang ada dirak bukuku dan itu membuatku protes keluar dari mulutku, "huh,aku bingung begini, kau malahan baca komik..." kesalku
"hehe...kau kerjain itu aja dulu...aku masih penasaran ama Bleach-nya nih hehee..." jawab Roxie dengan santainya. Aku hanya mendengus pelan dan hanya memakluminya saja. Roxie juga otaku sama sepertiku...ia juga suka bermain game online dan membaca komik, namun herannya, walaupun kulihat ia jarang belajar, nilai-nilainya cukup bagus dan memang kuakui daya tangkap yang ia miliki cukup tinggi dibandingkan denganku
Ia cukup memperhatikan pelajaran sekali dan semua pelajaran tersebut langsung terekam dalam otaknya. Kalau aku, butuh belajar berkali-kali dahulu baru bisa terekam olehku...karena itu, aku selalu meminta Roxie untuk masalah belajar...
"ini betul tidak?" tanyaku padanya. Mendengarku, bukannya Roxie menghampiriku dan mengoreksinya, ia malahan tertawa-tawa sendiri saat membaca komikku. "Roxie! Jangan kacangin aku!" kesalku seraya merebut Shonen Jumpku.
"hehe...iya, gomen...haha..." tawa Roxie yang masih belum selesai, "mana, coba kulihat?"
"ini..." ujarku sambil menyerahkan kertas soal yang sudah kuisi dengan jawaban
"humm..."
5 menit kemudian, Roxie tersenyum, "nah...kurang teliti kan? Kamu ga lihat tanda negative disini..." ujarnya sambil menunjuk tanda negative di samping angka 27 tersebut
"eh? Mana?" tanyaku seraya mendekat pada Roxie dan melihat kertas soal tersebut, "oh iya..."
Mendadak, Roxie buru-buru menghindariku dan mengambil buku sejarahnya "ya sudah, benerin dulu saja...aku mau mengerjakan PR sejarahku dulu..." ujarnya gugup dan kulihat ia langsung membuang wajahnya dariku
"un? Ada apa memangnya?" tanyaku kebingungan
"nothing... " jawab Roxie masih membuang wajahnya dariku, "kau..."
"eh? Aku kenapa?" tanyaku kebingungan
"kau bau..."
.
.
.
Mendengar ucapannya, akhirnya kami berantem dan aku jadi rusuh sendiri karena dibilang bau olehnya. Yeah, tapi karena itulah, aku jadi bisa sedikit rileks dan otakku bisa sejenak beristirahat dari rumus-rumus yang ruwet itu
XXX
Roxas POV
Day 2
Hari ini hari kedua aku harus mengajari Sora dirumahnya. Ujian akan dimulai 5 hari lagi, dan karena itulah kami harus mengejar materi yang banyak Sora tidak mengerti. Yah, aku sendiri melakukan ini juga dengan sukarela karena aku juga bisa sekalian belajar dan meng-review beberapa pelajaran yang sudah mulai sedikit aku lupa. Toh, aku juga bisa belajar dan mempersiapkan diri menghadapi ujian juga kan?
TING TONG
"Roxie...langsung masuk aja ke dalam..." ujar Sora dari jendela kamarnya di lantai 2 itu
Aku segera masuk kedalam rumahnya dan menuju kamarnya.
Saat aku membuka pintu kamarnya, aku sedikit lega karena kamarnya masih rapi dan bersih (mengingat biasanya kamar Sora selalu berantakan dan jarang dirapikan). Malahan, sudah ada meja belajar kecil yang sudah tersedia di kamarnya. Di atas meja tersebut, ada beberapa buku pelajaran berserakan dan ada sepiring semangka yang sudah dipotong kecil-kecil
"ayo Roxie...kita mulai lagi pelajarannya..." ujar Sora seraya menepuk-nepuk kursi kecil kosong yang ada disampingnya
"wew...tumben kau niat belajar hari ini Sora..." ujarku sedikit mengejeknya
"kau meledekku Roxie?" cemberut Sora dengan membentuk wajahnya seperti bentuk =3=
"hehee...gomen...nah, hari ini kita mau belajar apa?" tanyaku padanya seraya duduk di depan meja tersebut
"kita mulai sejarah dulu saja yah...aku juga lemah menghafal buku ini nih" Ujar Sora menunjukkan buku sejarah yang tebalnya sekitar 4cm itu
"ya sudah..." jawabku menurut dan membuka buku pelajarannya
Akhirnya, kami mulai tanya jawab sekitar revolusi perancis, inggris, industri, dll. Yah, Sora memang sulit menghafal nama-nama Sejarahwan, istilah-istilah revolusi, tanggal-tanggal hari penting,, tapi ia cukup memahami sejarah tersebut sehingga aku tidak begitu kerepotan dalam membantunya menghafalinya
"revolusi perancis itu terjadi pada masa kejayaan siapa?" tanyaku
"umm...Napoleon bukan?" tanya Sora
"bukan"
"umm...Henry VII?" Jawab Sora
"bukan"
"hehe...maaf, aku ga tahu..." jawab Sora jujur
"louis XIV" jawabku
"oh iya...hehehee..." cengie Sora seraya membuka buku catatannya lagi. "kalau begitu, Henry VII itu siapa?" tanya Sora kembali padaku
"itu merkantilisme..."
"oh iya..hehhee..."
"huh? Sudah jam setengah 7 ini..." ucap Roxie setelah menengok ke arah jam dinding, "kamu mau istrirahat dulu atau belajar lagi?" tanyaku padanya
"lanjut saja...aku masih banyak yang belum hafal..." jawab Sora
"haha...Sora, jujur, aku lagi malas belajar...gimana kalau kita main PS dulu?" ucapku tanpa sadar. Yah, aku akui, akhir-akhir ini aku bosan belajar terus dan aku butuh refreshing...mungkin aku sesekali bermain PS tidak apa-apa kan? Lagipula, aku juga kasihan dengan Sora juga
Mendengarku, Sora langsung bersemangat dan bangkit berdiri untuk menyetel TV dan PS miliknya itu. Beberapa menit kemudian, sesosok ninja berpakaian hitam-orange mencolok dengan memakai ikat kepala di dahinya –yang tentunya sangat terkenal animenya itu- muncul sebagai icon dalam game itu
"hehee...kali ini biar kukalahkan kau Roxie...bersiaplah..." tawa jahat Sora seraya memilih karakter cowok berambut merah yang warnanya senada dengan pakaiannya itu. Sebuah tatoo kanji bertuliskan 'ai' menghiasi dahi kiri kerakter tersebut dan gentong besar berisi pasir yang menjadi persediaan senjata karakter tersebut
Tidak mau ketnggalan, aku memencet tombol start dan aku memilih karakter cowok yang berambut hitam yang mengenakan baju putih dengan lambang berbentuk seperti kipas pada punggungnya. Ia mengenakan celana berwarna hitam dan sebuah katana terselip pada pinggangnya
"oke...biar kubantai kau Sora...kufufufu..." ujarku sambil mengeluarkan smirk tajam dan deathglare membunuh yang membuat Sora bergidik dan menggeser tubuhnya menjauhi diriku
XXX
Day 3
Haah...salahku memang...gara-gara keasyikan main game, aku pulang kemalaman jam 10 malam dan otomatis aku dimarahi oleh ibuku...Kami kemarin jadinya lupa waktu dan kami malahan tidak belajar lagi akhirnya. Memang, sebelumnya Sora mengajakku menginap di rumahnya, tapi hari ini kan sekolah, mana bisa lah...aku tidak mau merepotkan Sora lagi dan aku tahu kemarin ia juga dimarahi oleh Tante Aerith karena kepergok sedang main PS bersamaku
"Roxie...kok loyo gitu?" sapa Sora menghampiri mejaku.
"gapapa hehehe..." jawabku bohong
"azz...pasti kemarin malam tante Stella memarahimu yah?" tanya Sora yang tahu kalau aku berbohong
"yah, begitulah...jangan dipikirin, toh itu juga sudah berlalu, daripada itu, tadi kan tes matematika sudah dibagikan, bagaimana hasilnya Sora?" tanyaku
"yah...nilainya pas-pas-an..." senyum Sora dan aku melihat sedikit kekecewaan dibalik wajahnya itu
"ano...boleh kulihat? Kalau tidak keberatan..." tanyaku
"yah...ini..." ujarnya seraya menyerahkan beberapa lembar kertas tes tersebut
Aku meraih kertas tersebut dan melihat bagaimana hasilnya. Memang, dari 5 kertas tes, 4 diantaranya nilainya pas-pas-an dan 1 yang lainnya masih merah. Aku tidak mempermasalahkannya dan aku membaca jawaban soal-soal yang sudah Sora kerjakan itu
"gomen Roxie...tapi aku sudah berusaha..." ujar Sora dengan wajah yang agak sedih
"humm...memangnya tes bulan lalu, berapa nilaimu yang merah?" tanyaku yang masih mengecek jawaban Sora
"ngg...ada 3 yang merah..." jawab Sora malu-malu dan mengecilkan volume suaranya, takut didengar oleh murid lainnya. "maaf ya Roxie...nilaiku ini masih merah...aku yang terlalu malas dan bodoh sepertinya..."
Mendengarnya, aku menatap lembut Sora dan mengacak-acak rambut brunettenya yang spiky itu. Sora jadi kebingungan melihat tingkahku hanya bisa terdiam cengo saja.
"kau lihat kan? Justru ini sudah ada peningkatan...merahmu yang sekarang tinggal 1 dan saat kubaca jawabanmu, rumus yang kaugunakan dan jalannya sudah benar, tapi seperti biasa, kau hanya kurang teliti saja..." jawabku sambil tersenyum. "Lihat, misalnya no 4 ini...kau tidak melihat angka 69 dibelakang tanda kurung ini..."
Sora yang baru ngeh langsung mengatakan, "Oh iya..."
"dan juga, no 5. Masa 4x7= 27 ?"
Lagi-lagi Sora mengatakan, "oh iya" dan ia terlihat menyesal akan kesalahannya yang sangat kecil itu
"Ya sudah, kau berusahalah lagi...pasti kau masih bisa mengejar nilai yang ketinggalan..." ucapku yang memberikannya semangat, "nanti kau datang saja kerumahku untuk belajar...Hari ini Kaa-san akan membuat kue tart dan kau harus mencobanya...yah, sekalian belajar saja makannya"
"Oh ya?" jawab sora kembali ceria. Aku tahu, memang Sora menyukai kue Tart Kaa-sanku, karena itu, tadi pagi aku yang meminta Ibuku untuk membuatkannya.
"rasa apa Roxie?" tanya Sora
"lemon" jawabku
"horeee~~! Aku suka Tart Lemon" jawab Sora semakin ceria
Melihat Sora senang, aku juga jdi merasa ikut senang dan tersenyum lembut kepadanya, "ya sudah, pulang sekolah langsung ke rumahku saja..."
"oke...aku akan datang jam 4an yah..." jawab Sora
XXX
Sora POV
"sora! Perhatikan penjelasanku dong! Jangan makan terus!" kesal Roxie padaku
"hehe...aku dengerin sambil makan kok...pangkatnya dijadikan logaritma kan?" jawabku padanya
"huh..kau itu...ya sudah kita makan dulu saja...aku jadinya juga lapar lagi..." jawab Roxie seraya menutup buku catatannya dan menggesernya sehingga ada sedikit tempat pada mejanya untuk menaruh piringnya
"hehehe...kue buatan tante Stella seperti biasa...rasanya enak..."jawabku tersenyum setelah habis melahap satu irisan kue itu
Roxie menatapku dan beberapa saat kemudian Roxie segera mengambil tissue di sebelahnya dan menyekakannya ke antara pipi dan bibirku,
"makannya sampai belepotan begitu...hehehe..." senyum Roxas lembut padaku
Aku yang merasakan sentuhan tangan dan senyuman hangat Roxie hanya bisa tersenyum kembali untuk menyembunyikan detak jantungku yang semakin cepat ini. Aku bisa merasakan kedua pipiku perlahan menjadi panas dan aku tidak tahu kenapa bisa jadi seperti ini. Sentuhan Roxas membutku menjadi berdebar-debar tidak karuan dan aku tidak tahu sejak kapan aku menjadi seperti ini...
Kuakui, akhir-akhir ini ada perasaan aneh yang senantiasa menyelimuti dadaku seperti ini
"Sora? Ada apa?" tanya Roxie yang melihatku bertingkah sedikit aneh ini
"ng..nggak? memangnya kenapa?" tanyaku gugup
"errr...nothing..." jawab roxie gugup pula. Jawaban itu menurutku itu tidak menjawab pertanyaanku
Kami jadi terdiam selama beberapa saat hingga aku dapat mendengar detik-detik dari suara jam dinding kamarku. Aku mencoba memutar otakku untuk kembali membuka topik
"a..ano, boleh aku minta seiris lagi?" tanyaku dari ide yang terlintas dari kepalaku
Mendengarku, Roxas menjawab, "ah..ya sudah ambil aja Sora...jangan malu-malu hehhee..." jawabnya seraya memotongkan kue itu dan menaruh irisan kue tersebut pada piringku
"terima kasih..." ujarku seraya menerima irisan kue itu darinya
"err...aku ambilkan mnumannya dulu di dapur yah..." ujar Roxie seraya bangkit berdiri dan melangkah keluar dari pintu kamarnya.
"oh okay..." jawabku
"bentar yah..." ujar Roxie seraya membuka pintu kamarnya
BLAM
Akhirnya tinggal aku sendrian di kamar ini.
Suasananya kembali hening dan hanya bunyi irama detik-detik jam dinding itu yang menyemarakkan kamar ini
Kamar yang cukup rapi dan bersih dibandingkan dengan kamarku. Wangi kamar ini sangat khas dan sama dengan wangi Roxas. Aku cukup menyukai wanginya dan entah kenapa, setiap kali aku mencium harumnya, perasaanku menjadi tenang
Aku sangat menyukai wanginya itu
Mungkin lebih tepatnya, aku menyukai pemilik wangi ini
Menyukai?
Tapi aku masih belum dapat memastikan aku meyukainya sebagai seorang sahabat atau sebagai sesosok orang spesial bagiku
Aku tidak tahu dan masih buta...masih belum bisa membedakan dan tidak mengerti bagaimana cara memastikannya, apalagi ialah satu-satunya sahabatku yang paling dekat denganku. Aku tidak tahu perasaan ini apakah hanya sekedar mengagumi, menyayangi atau ingin memiliki...
Bingung
Yah, itulah yang kurasakan saat ini
Aku tidak tahu cara menyelesaikan soal yang seperti ini apalagi aku adalah murid yang bodoh
Bodoh...
Dasar Sora bodoh...
Karena aku bodoh, aku harus belajar untuk memecahkan masalah ini sendiri dan menanggapinya dengan hatiku...
Walaupun sekarang aku masih buta, tapi aku harus mencoba untuk maju dan tidak boleh menggantungkan diriku begini terus.
Aku harus dapat memastikannya...
==XXX==
Horeee...akhirnya chappy 1 selesai \(^0^)/
Karena sudah malas mengecek, langsung update aja deh ^^
Sekarang sudah jam 3 pagi orz
Ya sudahlah, yang penting chappy 1 udah beres, tinggal chappy 2
Yah, kalau garing, membosankan, kependekkan, gampang ditebak, OOC, aku mohon maaf...
Maaf...
Hueeh...aku jadi pundung sendiri ini...*mojok
Yah, karena akhir2 ini suasanaku jadi suram maaf yah...
Tapi setidaknya, terimakasih sudah mau membaca fic fandom KH terakhirku...
Kritik dan saran kuterima dgn senang hati
RnR please?
