Dear Lovely Readers,
Mohon maaf sebelumnya, untuk kali ini GH FF Spesial Ultah Gintoki dari aku harus terundur sangat amat lamaaaa...
...dikarenakan aku lagi ga mood nulis pas minggu-minggu awal ini.
Jadi FF kali ini terbagi menjadi beberapa part (karena ga nyangka juga bakal panjang banget hasilnya) dan tiap partnya akan aku publish mulai dari hari ini tiap hari sampai tamatnya.
Dan seperti biasa ya mah kalau aku buat FF pasti ada begono begininya walau tersirat maupun tersurat yah, jadi mohon bijak dalam membaca.
Udin gitu aja aku gamau banyak cincong lagi. Buat yang baca dan ngasih feedback, MAKASIH!
Atas kekurangan yang ada dalam FF ini, mohon dimaklumi yah .
Akhir kata...
SELAMAT ULANG TAHUN SAKATA GINTOKI!
Salam,
Lil.
GINTAMA MILIK SORACHI
Gintoki... berjanjilah, berjanjilah padaku kamu akan melindungi teman-temanmu.
Gintoki terbangun dari tidurnya. Mimpi itu kembali hadir, mimpi tentang Senseinya yang telah lama meninggal... di tangannya.
Sudah cukup lama waktu berlalu namun bayangan akan masa lalunya yang kelam terus menghantui Gintoki.
Masa saat ia masih kanak-kanak sebelum bertemu dengan Senseinya, saat ia harus membunuh untuk dapat bertahan di kehidupan yang kejam ini.
Sampai kenangan terakhir, yang paling buruk, saat ia harus memenggal kepala Senseinya sendiri demi untuk melindungi teman-temannya.
Semua itu terus menghantuinya bahkan sampai saat ini. Ia sangat kesal, namun tidak ada yang bisa dilakukan oleh si rambut perak itu.
Apa yang harus terjadi, terjadilah. Lalu semuanya akan berlalu, dan terlupakan.
Ia terus menggumamkan kata-kata itu tiap kali bangun dari mimpi buruk seperti saat ini.
Gintoki menggaruk kepalanya yang tidak gatal,
"Ah!"
Ia baru sadar semalam ia tidak tidur sendirian. Ia bisa melihat sebelah futonnya yang kosong, namun ia yakin sekali pada malam sebelumnya ada seseorang di sana yang menemaninya semalaman.
"Pergi gitu aja? Tch...dasar sok sibuk. Seenggaknya salam kek, pamit kek, morning kiss kek, gada romantis-romantisnya sama sekali," gerutu Gintoki.
"...a-aku akan menemanimu besok malam," kata Hijikata sambil buru-buru mengecup kening Gintoki yang dibalas dengan dorongan kuat dari si rambut perak di bagian favoritnya.
Gintoki mengingat kembali kejadian malam tadi hingga tidak sadar itu membuatnya tersenyum.
Meskipun begitu ia tetap kesal karena kekasihnya tidak pamit padanya, dan saking kesalnya ia jadi kebelet pipis. Gintoki pun berjalan menuju ke kamar mandi.
Di depan kamar mandi ia menggedor pintu,
"Kagura cepetan aku kebelet!"
Tidak ada jawaban. Gintoki yang kesal hendak menggedor pintu sekali lagi sebelum akhirnya Kagura muncul di belakangnya.
"Ginchan berisik sekali aru, aku sampai kebangun."
"Kamu tuh ya anak cewek mustinya bangun pagi-pagi gitu lho- eh?!"
Gintoki baru sadar, kalau Kagura ada di belakangnya sekarang lalu siapa orang di kamar mandi?
Kagura yang baru menyadarinya ikut bergidik. Gadis itu penasaran siapa gerangan sosok di balik pintu kamar mandi itu.
Sementara, Sadaharu hanya memperhatikan kedua tuannya yang rada ondo itu dengan tatapan malas.
"Hei-" belum sempat memberi gertakan, pintu kamar mandi tiba-tiba terbuka, yang membuat Gintoki langsung terkejut mendapati sosok yang ada di balik sana.
"Apaan sih kalian ini?" Hijikata mengusap rambut hitam lurusnya perlahan (karena grogi). Ia hanya mengenakan kimono putih Gintoki yang menutupi tubuhnya.
Kulitnya yang putih terekspos melalui kerah kimono yang tidak terlalu rapat.
"Tch.. Toshi rupanya," Kagura langsung memasang wajah malas semalas wajah Sadaharu lalu bergabung dengan hewan peliharaan kesayangannya itu di ruang tamu.
Sementara Gintoki, ia masih terpaku di depan kamar mandi memperhatikan sosok Hijikata yang mengenakan kimononya.
"Cocok deh," goda Gintoki.
"Apaan sih? Kamu ga suka aku pake kimonomu? Yauda aku ganti sekarang," Hijikata hendak melepas kimononya namun Gintoki menghentikannya.
"Kan aku bilang cocok," Gintoki menjelajahi area leher Hijikata, mulai dari menyapunya dengan ujung hidung, kemudian meniup-niup pelan di beberapa bagian, lalu mengecupnya.
Hijikata hanya diam dan menikmati sensasi yang ia rasakan.
"Udah ah, kamu mau ke kamar mandi kan?"
"Hm? Mau nemenin?"
Gintoki langsung menerima bogem mentah di wajahnya.
Alih-alih mendapatkan morning kiss, ia justru mendapatkan morning punch dari kekasihnya tercinta ini.
Untung sayang.
Gintoki pun memasuki kamar mandi untuk pipis seperti tujuan awalnya menuju kamar mandi tadi. Sementara Hijikata menuju area dapur dan memulai eksplorasinya.
Tidak disangka butuh waktu hampir sejam Gintoki nyetor pagi ini. Mungkin efek dibuat seneng karena bisa lihat wajah orang tersayangnya di pagi hari.
Ia dengan semangat melangkah keluar kamar mandi hanya untuk mendapati hidungnya tergoda oleh aroma nikmat dari ruang makan.
Gintoki pun mempercepat langkahnya menuju ruang makan dan melongo begitu melihat Hijikata menggunakan apron bermotif stroberi miliknya dan sedang asik menyajikan nasi untuk Kagura.
"Uoo, Ginchan! Ayo makan masakan Toshi enak sekali lho nanti aku habiskan semua lho!" Kata Kagura dengan mulutnya yang penuh berisi makanan.
Gintoki pun menjitak kepala gadis tersebut.
"Makan tuh kunyah yang bener, telen, baru ngomong!"
Hijikata tertawa kecil melihat tingkah Gintoki yang seperti bapak-bapak.
"Ih apaan ketawa-ketawa, lucu?"
"Tingkah lu macem om-om, njir," Hijikata tidak pernah mau kalah dalam hal ini. Tidak akan pernah.
"Om-om begini juga banyak yang nyukain, ya ga, Kagura-cha-"
Lagi-lagi Gintoki menerima bogeman di wajahnya.
"Banyakan bacot mending cepetan makan deh,"
"Duh dasar, Ginchan paling tidak suka sama yang namanya domestic violance tau! Lagian, kamu ngapain diem di sini? Tumben. Ga kerja apa, pak polisi super sibuk?" Dumel Gintoki sambil mengelus-elus pipinya yang malang.
"Hmm...nanti, siangan."
Hijikata mengambil mangkuk Gintoki kemudian mengisi mangkuk itu dengan nasi. Ia menyerahkan mangkuk nasi itu ke Gintoki yang kemudian termenung lagi.
"Setelah dipikir-pikir, kayak begini kita jadi macem keluarga kecil bahagia ya?" Ucap Gintoki asal sambil siap siaga kali aja Hijikata akan menampol dirinya lagi.
Sayangnya, kali ini justru bukan bogeman yang Gintoki terima, tetapi suapan nasi dan telur orak-arik yang diberikan oleh Hijikata.
"Enak?" Tanya Hijikata.
"H...hm... enak."
"Toshi tambah lagi," pinta Kagura.
"Sepertinya kamu berbakat menjadi ibu rumah tangga, Hijikata-kun,"
"Berisik."
Setelah beberapa saat mereka pun hening karena masing-masing sibuk dengan santapannya.
"Permisi, Gin-san," Shinpachi melangkah memasuki ruangan makan dan mendapati keluarga kecil bahagia itu sedang melahap sarapannya yang sudah tidak banyak tersisa.
"Shinpachi, kamu telat," ucap Kagura dengan mulutnya yang masih penuh dengan nasi.
"Habiskan makanannya dulu baru bicara," kata Shinpachi yang mendekat ke arah mereka. "Hijikata-san tumben pagi-pagi sekali sudah di sini."
"Hmm... ya," tentu saja Hijikata tidak bisa langsung bilang kepada si kaca mata itu kalau semalaman ia menginap di sana dan melakukan banyak hal dengan Gintoki, walau pun Shinpachi sendiri sudah dapat menduganya dari kimono Gintoki yang Hijikata kenakan.
"Kamu ga buru-buru apa nanti telat lho," gumam Gintoki sambil mengurek telinganya. Nasi di mangkuknya dan lauk di piring sudah habis berpindah ke dalam perut si keriting ikal itu.
"Ngusir?"
"Ya gak sih, kan ngingetin,"
"Aku siap-siap dulu,"
"Ah, Hijikata-san biar aku saja yang membereskan piringnya, Hijikata-san langsung siap-siap saja," ucap Shinpachi sembari merapikan piring-pring kosong di atas meja.
Hijikata pun kembali ke kamar Gintoki untuk mengganti pakaian dan mengambil pedangnya.
"Aku pergi dulu,"
"Ya, hati-hati,"
Shinpachi mengantarkan Hijikata sampai ke pintu.
"Kaca mata..."
"Iya, Hijikata-san?"
"Hari ini..."
"Hm, malam ini kami rencananya ngasih surprise ke Gin-san, Hijikata-san juga datang kan?"
"Akan aku usahakan,"
"Pasti akan lebih baik kalau Hijikata-san juga datang," Shinpachi tersenyum, namun sayangnya Hijikata langsung berlalu bergitu saja.
Asannya simpel, ia tidak mau Shinpachi melihat ekspresinya saat itu.
TBC
