Sorry

Naruto belong Masashi Kishimoto.

Warning!

DLDR, OOC, AU, TYPO DST


.

.

D

L

D

R

.

.

.

.

Benerang lampu yang menyinari ruangan persegi itu memenuhi seisinya, suara kamera yang menjadi pokok akan acara di dalamnya, berbagai furniture yang berwarna warni seakan tidak ingin tertinggal menemani sang pemeran utama di dalamnya yang sedang menunjukan berbagai eksperesi yang sulit untuk di jelaskan di depan kamera.

Cekrek!

Cekrek!

"Ya bagus! Ya seperti itu tahan—"

Cekrek!

"Nah selesai. Kerja bagus Hinata" ucap Sai sambil mengecek hasil Shootnya

"Ha'i" Hinata bangkit dari tempat duduk dan berojigiri kepada sang fotografer "haah, aku ingin mandi~" gumam Hinata

Seharian bekerja sebagai modeling tentu menguras tenaga dan emosi. Berkali kali make up, fitting baju, dan bermain di depan 'kamera' walaupun studio ini ber-AC namun tetap saja Hinata merasa badannya lengket, dan berteriak untuk segera di bersihkan yang pastinya juga menyegarkan tubuh.

Namun se-lelah apapun itu Hinata tetap mensyukurinya karena itu merupakan cita citanya yang sudah di gapainya dengan banting tulang. Hinata harus mempertahankannya apapun caranya.

"Hinata!"

"Uh?Ada apa Ino?" HInata meletakan botol minumnya saat sang manajer memanggilnya

"Aku pulang duluan ya! Soalnya aku buru buru nih"

"Baiklah, hati hati Ino, Jaa"

"Jaa"

Hinata melambaikan tangannya, selepas Ino pergi tinggal dirinya yang berada di ruang melihat Handphonenya yang sedari tadi tidak di perhatikan, ternyata ada 1 membacanya dan ekspresinya tidak terbaca "Dia menginap?… Aku harus cepat pulang—ah kenapa sudah jam segini" HInata buru buru merapihkan barangnya saat jam sudah menunjukan jam 21:46 dan bergegas pergi.

.

.

.

.

.

Clek!

"Tadaima!" dengan tergesah gesah Hinata melepas sepatu boots 5 cm nya dan meletakannya sembarang sekilas dia melihat sepatu kulit coklat tertata rapih yang dia kenali, Hinata menghelai nafas, Dipakai sandal rumah berbentuk kepala panda dengan segera menuju ke ruang tengah. Melihat apa yang di cari ketemu pelan pelan Hinata melangkah agar bisa mengerjai sang korban

DOR!

Sang korban kaget dan langsung bersembunyi di bawah bantal sofa.

"Hahaha, Naruto ini aku Hinata, maafkan aku, sudah mengagetkanmu" Hinata berusaha menahan ketawanya saat melihat reaksi Naruto—sang korban.

"Hi-hi-hinata?" ucap gagap Naruto di bawah bantal yang menimpa kepalanya

"Tentu" Hinata mengangguk lalu duduk mepet di sebelah Naruto "Kupikir Naruto tidak kangen dengan Hinata" ucapnya yang di buat menyedihkan. Alhasil membuat Naruto bangkit dari acara 'ngumpetnya' dan menatap Hinata dengan mata birunya yang polos "Naruto kangen Hinata!" teriaknya

"Betulkah?"

Naruto mengangguk dengan kencang "Tidak bohong kan?" kini Naruto mengeleng geleng dengan kencang

"Hihihi, Hinata juga kangen Naruto~ abis Naruto jarang datang akhir akhir ini itu membuat Hinata sendirian" Hinata pura pura ngembek dengan membuang muka. Reaksi Naruto langsung memelas dalam duduknya "Maafkan Naruto" ucapnya sambil menahan tangis

"Baiklah di maafkan!" Hinata mengangkat telapak kanannya menghadap Naruto dan Naruto langsung menepuk tangan kanan Hinata dengan telapak kirinya –tos

"Sudah malam Naruto kok belum tidur?"

Naruto mengeleng "Kalau begitu ayo kita tidur!" Naruto mengengguk dan berjalan sambil menunduk malu menuju kamar Tamu.

Hinata sudah mulai sedikit menerima sifat Naruto yang orang lain biasa menyebutnya 'Autisme' walaupun butuh waktu lama bagi Hinata untuk menerima kenyataan bahwa Naruto sebagai calon tunangannya.

Saat pertama kali mendengar dia akan di tunangkan Hinata sangat kaget terlebih saat mengetahui tunangannya tidak normal alias autis membuatnya merasa bagaikan mahluk tersial di dunia. kenapa harus dirinya? Apa orang tuanya bisa berfikir dengan jernih saat itu? Apa orang tuanya memikirkan masa depan anaknya ini? apa mereka ingin anaknya menjadi pengasuh anak autis seumur hidupnya? pertanyaan bertubi tubi terus mengiang di pikiran HInata saat mengetahui kenyatan itu. Sempat Hinata ingin membatalkannya dengan memohon pada orang tuanya dan mengeluarkan uneg ungenya tentang calon tunangannya namun apa yang di dapat? Tamparan keras mengenai pipinya dan dengan konyolnya lagi orang tuanya akan melarangnya memasuki dunia Modeling kalau dia menolak pertunangan ini.

Astaga Hinata ingin sekali di bunuh saat setan apa yang membuat orang tuanya menjadi seperti itu dan menerima pertunangan dengan keluarga Naruto.

Menolaknya? Dengan Memilih kabur sudah pasti ayahnya akan mencoret namanya dari klan Hyuuga, menerimanya? pasti hidupnya akan menjadi sengsara selama lamanya. Hinata bagaikan memakan buah sudah berakhir saat itu.

Tapi setelah di fikir fikir daripada dibuang dari klan Hyuuga dan membuatnya menjadi gelandangan lebih baik menerimanya saja tapi dengan syarat yang pastinya menguntungkan untukku.

"Informasi Hubunganku ini hanya bersifat pribadi—sangat pribadi tidakboleh ada orang luar yang sampai bocor dan membahayakan karirku aku akan membatalkannya." untungnya persyaratannya disetujui oleh semua pihakwalau ada sedikit cekcok antar orang tuaku denganku. Setidaknya hidupku bisa berjalan dengan normal kembali, mungkin dan sedikit sandiwara...

.

.

.

.

Kringg kringg!

"Nng" Hinata mematikan beker yang merusak mimpinya yang indah dan melanjutkan tidur lelapnya namun…

Bugh bugh bugh !

"Hinata! Hinata! Hinata!"

Teriakan dari seseorang di balik pintu kamarnya menghancurkan segalanya. "Dia pikir ini hutan apa?! Berisik banget!" geram sudah hancur di pagi hari, dengan gusar Hinata bangkit dari kasurnya dan membuka pintu.

"Hina—"

Brak!

Bugh!

Naruto kaget dan langsung terpental dengan keras karena Hinata membuka pintunya dengan keras, sangat keras.

"NARUTO! APA YANG KAU LAKUKAN DI DEPAN KAMARKU DENGAN BERTERIAK SEPERTI ORANG GILA HAH? KAU FIKIR KAU ADA DI HUTAN?"Hinata memaki Naruto yang menunduk takut di lantai.

Dilihat Naruto gemetar dan terus menunduk, "Astaga, kau bisa membuatku gila" Hinata memijit kepalanya yang pusing. Pagi cerahnya hancur sudah "Lebih baik kau ke bawah Naruto, aku akan menyiapkan sarapan"

Dengan takut takut Naruto berdiri sambil terus mempertahankan posisi menunduknya, seakan takut untuk melihat ke depan, dengan cepat Naruto meninggalkan Hinata yang sedang memperhatikannya dengan tatapan lelah "Manusia ada kesabarannya juga kan?" Hinata mengatur nafasnya dan bersender di dinding kamarnya

Walaupun aku sudah menerima sikapnya yang aneh itu, tetap saja masih ada perasaan tidak suka ku padanya yang terkadang bisa bangkit seperti tadi, sikapnya benar benar membuatku ingin emmbahasa kasarnya mem'buang'nya dari hidupku selama aku bisa melakukannya.

.

.

.

.

Tuk!

Hinata meletakan sarapan yang telah selesai di buatnya di meja makan, dan melihat Naruto masih duduk di sofa Hinata menghelai nafas kembali "Naruto, makanannya sudah siap!Kemari dan kita mulai sarapan" Hinata duduk di bangku makan dan menunggu Naruto menghampirinya.

Masih dengan posisi menunduk, matanya kelayapan kesana kemari, dan sedikit gemetar Naruto menghampiri Hinata, duduk di depan Hinata dan mulai memakan namun ia berdiam— berdoa dulu baru memakannya.

Hinata memperhatikan gerak gerik Naruto, kalau dia pulang dengan sikap yang seperti itu terus dan orangtuanya mengatahui hal yang aneh pada anak yang ketakutan, bisa-bisa ia di laporkan kepada Ayahnya! Ini akan membahayakan nasib dunia Modelinya!

"Naruto?"

Dengan takut takut Naruto mengintip Hinata dari poninya yang sudah panjang dan setelah mata mereka bertemu Naruto kembali menunduk.

Hinata menghelai nafas "Apa Naruto marah padaku?"

Naruto mengeleng kencang

"Anak baik tidak boleh berbohong"

Naruto kembali mengelengkan kepalanya dengan cepat

Hening sesaat Hinata berfikir keras supaya Naruto bisa kembali normal "Apa Naruto takut padaku?"

Dengan pelan Naruto mengengguk kepalanya

"Maafkan aku, aku tidak sengaja memarahi Naruto tidak bermaksud seperti tadi dan membuatmu terjatuh. Kalau Naruto ingin membalasnya Hinata siap di pukul kok! ayo pukul Hinata!"

Hinata mengambil tangan Naruto dan mengarahkannya pada pipinya."Hinata siap menerima hukuman dari Naruto!"Hinata memejamkan Naruto yang gematar begitu terasa di tangan Hinata.

'Mungkin aku harus mengorbankan diriku agar dia bisa kembali normal, tak apalah yang penting karir Modelingku tidak suram' batin Hinata

Tangan Naruto terlepas dari gengaman Hinata dan mulai membuat ancang ancang, dengan mata yang terpejam kuat Hinata ingin menahan tamparan yang mungkin akan membuat bekas di pipi mulusnya dan…

Plok!

Hinata membuka matanya cepat saat bukan tamparan yang datang melainkan sentuhan tangan yang lembut membelai pipinya

"Naruto ti-tidak ingin Hinata kesakitan" ucap polos Naruto sambil melihat Hinata sekilas lalu matanya kembali melihat objek lain kesana sini dan melepas kan tangannya dari pipi gembil Hinata.

.

.

.

tbc


sigh

Namaki Shidota

13416.