Sebelumnya, saya mau bilang dahulu,

1. saya ga suka sasuke, jadi kalau dia disini terlihat agak OOC atau ga lebih baik dr Itachi, maaf.

2. saya ga bisa nyusun kalimat dengan baik, jadi kalau ada kesalahan, maaf.

3. kalau cerita ini jelek, maaf, jangan di review, supaya saya tau kapan saya harus men-delete cerita ini.

4. kalau cerita ini cukup bagus, maaf, tolong di review, sejadinya saja.

5. saya tidak akan menyebutkan nama negara dimana mereka berada, karena, mereka tidak berbahasa jepang, tapi mereka juga ga tinggal di indonesia.

6. saya memakai tata krama indonesia yang dicampur dengan tata krama cina.


Prolog

Melon

Gadis itu berdiri di hadapanNya, sayapnya terentang lebar di punggungnya. Ia membungkuk padaNya sebelum terbang turun menembus lantai yang terbuat tapi kumpulan gas berwarna putih. Ia melayang di angkasa, memandangi sebuah kota kecil dari atas dengan bola matanya yang berwarna hijau. Dari sana, ia mencari orang yang menjadi pusat misinya saat itu.

Tiba-tiba, langit berubah gelap, angin berhembus dengan kencang, menandakan kedatangan hujan. Matanya bergerak lebih aktif dari sebelumnya sambil terus berhati-hati menghindari petir yang bermunculan. Sayapnya yang berwarna putih kehijauan mulai menjadi lebih berat karena beban air yang diserapnya. Lalu, munculah sesosok manusia yang menjadi tujuannya di dunia manusia tersebut.

Malang baginya, sebelum ia dapat menghampiri manusia itu, petir melukai sayapnya. Ia pun kehilangan keseimbangannya di udara, tanah yang basah menantinya.

--

Sasuke membuka matanya perlahan, cahaya matahari yang masuk melalui jendelanya memaksanya untuk menutup matanya. Ia bangkit dari tempat tidurnya dan memandang keluar jendela setelah matanya terbiasa dengan cahaya. Ia memandang ke jam digital yang terdapat di atas meja belajarnya.

"Jam 10 pagi, ya..." Pikirnya. Mata hitamnya berpaling pada kalender yang penuh dengan coretan di dinding sebelah pintu. Matanya terbuka lebar. Ia segera berlari keluar, menuju ke sebuah pintu yang berada tepat di sebelah kamarnya, ia membuka pintu itu sekuat tenaganya.

"Itachi! Bukankah hari ini—" sebuah kamar yang sudah kosong menjawab panggilannya. Ia langsung berlari kembali ke kamarnya, mengganti baju tidurnya dengan kaos berwarna biru gelap dan celana panjang berwarna hitam. Ia tak lupa untuk mengunci pintu apartemennya sebelum berlari meninggalkan gedung bertingkat itu.

--

"Tolong bandara, secepatnya." Kata Sasuke pada supir taksi itu. Kurang dari 30 menit, ia sudah sampai di bandara. Ia melayangkan kakinya secepat mungkin, pintu otomatis membuka tanpa perintah dari siapa pun. Ia melihat sekelilingnya, mencari sosok yang mirip dengannya.

"Loh, Sasuke? Kenapa bisa ada di sini?"

Sebuah suara yang dikenalnya membuatnya memutar badannya untuk memandang pemilik suara itu, "Kenapa kau tidak membangunkanku!"

Itachi tersenyum kecil, "Ku kira kau sudah lupa kalau aku akan pergi hari ini..." Ia menggendong tasnya dengan satu tangan, sedangkan satu tangannya lagi memegangi passport dan sebagainya.

"..."

Melihat Sasuke hanya terdiam, Itachi menggunakan passportnya dan menampar wajah Sasuke dengan lemah, tentu saja, tamparan itu tidak menghasilkan rasa sakit sedikit pun pada wajah Sasuke, "Hanya satu setengah bulan, tidak akan lama... Jaga diri baik-baik ya, jangan membuat masalah selagi aku tidak ada."

Sasuke tertawa ringan, "Kau kira aku ini masih anak kecil? Enak saja menasehatiku seperti itu."

Itachi membalikkan badannya menuju ke pintu yang akan memisahkan mereka, sebelum melangkahkan kakinya melewati pintu itu, ia berbalik dan berkata, "Aku ini kakak angkatmu, tidak boleh membiarkan adiknya berbuat semaunya, kan?"

Sasuke menyaksikan kepergian kakaknya itu, walau hanya sementara waktu, hal itu cukup memberatkannya. Ia telah menjadi yatim piatu sejak 7 tahun yang lalu, ia tinggal di panti asuhan sampai akhirnya Itachi yang juga seorang yatim piatu memutuskan untuk membawanya untuk tinggal bersamanya.

Sejak itu, Sasuke tidak pernah merasa kesepian lagi. Ia memutuskan untuk tidak berlama-lama lagi di bandara, hari minggu itu akan menjadi hari bebasnya yang terakhir sebelum memasuki bangku Sekolah Menengah Atas.

Ia memilih untuk pulang dengan jalan kaki karena cuaca yang cukup cerah. Sebuah pemandangan yang biasa dilihatnya telah membuatnya bosan.

"Pertokoan... setelah ini, ada jalur ke kanan, menuju ke daerah pertokoan lainnya..." Bisiknya sebelum kemudian melewati sebuah jalan yang cukup besar. Ia melanjutkan perjalanan pulangnya, "Sudah daerah permukiman yah... Setelah ini, ada tiga belokan... satu menuju ke sekolah, jalan yang dipenuhi dengan penjual jalanan. Dua, menuju ke pusat kota, jalan yang penuh dengan gelandangan. Tiga, gang kecil yang buntu, selalu kosong..."

Hujan pun turun tanpa tanda-tanda, Sasuke sama sekali tidak berniat untuk berlari pulang, ia tetap berjalan. Ia melewati belokan yang pertama dan kedua, seperti yang sudah ia perkirakan, tidak ada perubahan sama sekali. Jalan berikutnya yang akan ia lewati adalah sebuah gang gelap yang kosong, ia memandang ke sana, kali itu, tempat itu tidak kosong. Ada sesuatu yang berbeda.

"Hm..? Sejak kapan ada gelandangan di situ? Tidur di tengah hujan...dan..."

Mulutnya menganga, matanya membuka dengan lebar, tangannya segera menggosok matanya berkali-kali untuk memastikan bahwa yang dilihatnya bukanlah khayalan.

"...Memiliki Sayap!"

Ia segera menghampiri sosok yang terbaring itu, dengan penuh ragu-ragu, ia mengguncangkan tubuh yang tak bergerak itu. Ia membalik tubuh itu, terlihatlah wajah anak perempuan yang tanpa cacat sedikitpun kecuali ada sedikit lumpur di wajahnya.

"Rambutnya berwana pink? Aneh sekali..."

Sasuke melihat sekelilingnya, berharap akan ada yang melihat dan membantunya, tapi perkiraannya salah, saat hujan, tak mungkin ada orang yang lewat ke jalan itu. Ia tak punya pilihan, ia masi punya hati nurani.

Memungut anjing atau kucing adalah hal yang biasa.

Tapi, memungut manusia? Bukan manusia, bahkan...

Ia menggendong gadis itu di punggungnya, ia mulai berlari menuju ke apartemennya, dengan susah payah, ia mengeluarkan kunci apartemennya dari kantongnya. Karena tangannya yang basah, kunci itu tergelincir dari tangannya dan jatuh ke lantai di dekat pintu. Ia spontan menunduk untuk mengambil kunci itu.

DUK!

Suara itu menghentikan gerakannya. Ia menggerakkan kepalanya sedikit dan menyadari, kepala gadis itu menabrak pintu saat ia membungkuk untuk mengambil kunci. Otaknya berputar cepat, ia mengambil satu langkah mundur sebelum memungut kunci itu dan membuka pintu. Ia segera melepaskan sepatunya, dan saat hendak melepas alas kaki milik anak itu, ia menyadari, gadis itu tidak memakai alas kaki. Ia memilih untuk membawanya ke kamar Itachi karena dua alasan; Itachi sedang pergi dan kamar miliknya terlalu berantakan. Tanpa membuka lagi pintu kamar yang sudah dibukanya sebelum ia meninggalkan tempat itu, ia melangkah masuk dan membaringkannya di ranjang dengan sprei berwarna biru pucat itu.

Sekali lagi ia menyadari bahwa, tidak hanya tidak memakai alas kaki, gadis itu hanya memakan kaos kebesaran berwarna putih, tanpa bawahan, beruntung kaos itu menutupi sampai setengah pahanya.

Sasuke menggelengkan kepalanya, ia berniat untuk mandi dan membersihkan otaknya. Hal ini sudah berada di luar kemampuan otaknya untuk mencerna masalah.

--

Ia sudah mengganti bajunya yang basah dengan yang baru sebelum kemudian ia melangkahkan kakinya menuju ke kamar di sebelahkan. Terlihat sosok itu sedang duduk di atas ranjang, matanya memandang kosong ke lantai, sayapnya yang berwarna putih kehijauan terentang membelah kamar itu menjadi dua bagian.

"Maaf..?" Sasuke mencoba untuk menarik perhatiannya. Gadis itu menoleh ke arahnya, sepasang mata hijau menembus pikirannya, bibirnya yang berwarna pucat membuka.

"谁?" (Siapa?)

Sekali lagi, mulut Sasuke dibiarkan menganga.

To Be Continued...