Disclaimer: Masashi Kishimoto
Sinar mentari pagi kembali menghangatkan kediaman keluarga kecil bermarga Haruno. Teriakan anak semata wayang di rumah itu pun terdengar menyapa Sang Ibu di dapur
"Ohayo Kaa-san" sapa Sakura yang kemudian ikut membantu ibunya mencuci piring
Namun Ibunya terlihat tidak mau anaknya ikut membantu "Hey Saki jangan terlalu repot! Kaa-san bisa mengerjakan ini semua"
"Ck! Kaa-san ini kenapa sih? Sudah lebih dari seminggu Kaa-san menganggap ku seperti tuan puteri. Besok aku memang ulang tahun, tapi biarkan aku tetap membantu. Lagi pula aku sekarang sudah tidak sekolah karena menunggu hari kepindahan kita ke Tokyo"
Sakura memang gadis cerewet dan periang tak heran jika ia sangat disayangi orang tuanya
"Sudahlah Sakura, turuti saja kemauan Kaa-san mu itu" Suara berat sang Ayah yang tiba tiba muncul membuat Nyonya Nona Haruno teralihkan "Dan bukannya kau punya janji perpisahan dengan Miyuu dan Mei?"
"Astaga! Tou-san benar!! Aku hampir melupakan si kembar idiot itu. Baiklah kalau begitu aku akan bersiap siap"
_
"Hei tukang telat! Kau terlambat!" Cibir gadis yang memiliki rambut pirang bergelombang
"Ck! aku hanya telat tiga puluh menit Mei. Dan jangan mengatai ku tukang telat" balas Sakura tidak terima
Si gadis berambut indigo pendek yang juga bergelombang mulai merasa akan ada perang dunia jika kembarannya dan gadis gulali itu tidak segera di hentikan "Hei kalian berdua! Apa tidak cukup dengan pertengkaran kalian berdua untuk memilih tempat bertemu? Sudahlah! Ayo kita nikmati minuman kita. Aku tidak sabar bermainnn"
Sebenarnya dalam 'jadwal' kali ini tidak di awali dengan minum di kafe, tapi karena Sakura terlambat akhirnya Mei memutuskan menunggu Sakura di kaffe ini. Biarlah mereka dengan persahabatannya, toh siapa yang akan tau jika Sakura bukan hanya akan pindah dari Osaka ke ibu kota negara, Tokyo.
_
"Tadaima" Ucap Sakura ketika masuk ke kediamannya, tetapi tak ada sahutan sama sekali 'Gelap sekali, kemana Kaa-san dan Tou-san?'
"Huee? Tidak mungkin mereka meninggalkan ku sendiri di Osaka kan?" Ucap Sakura panik
"Kaa-san, Tou-san kalian dimana?" Sakura berteriak tetapi masih tidak ada jawaban. 'Apa teriakan ku kurang kencang? Hmm baiklahh..'
"KAA-SAN TOU--"
DUARRR!!!
"Kejutaaaannn" Teriak dua makhluk yang tak lain adalah orang tua Sakura sendiri
Sakura menyengrit "Heiii? Apa apaan ini? Apa kalian sudah lupa kapan hari ulang tahun ku? Besok Kaa-san Tou-san!"
"Sakura, besok itu kita sibuk mengepak barang tau! Lusa kita akan pindah ke Tokyo, kau ingat?" Ucap Ibunya
"Kaa-san mu benar Sakura. Nikmati saja pesta kecil kita ini" Sang Ayah menimpali
"Kalian benar" Ucap Sakura sambil tersenyum "Terimakasih Kaa-san Tou-san. Aku menyayangi kalian"
"Sama sama Saki. Nah, sekarang mari kita makan! Kaa-san sudah memasak makanan kesukaan mu lho" Ajak Ibu
"Souka? Ah, aku akan tidur dengan perut buncit malam ini"
Dan malam itu, tanpa sepengetahuan Sakura, orang tuanya tak pernah lepas menatap lekat dirinya dengan perasaan tak ingin kehilangan
_
Sakura merasa lelah hari ini. Berbaring di ranjang kamarnya sambil menatap langit langit rumah, Sakura mengingat sederet kisahnya pagi ini. Tentang perpisahan yang mengharukan bersama Miyuu dan Mei, juga kejutan yang diberikan orangtuanya membuat ia menjadi sesorang yang sangat beruntung.
Menarik lebih tinggi selimutnya, sakura mulai terlelap. Menggumam sepetik harap kepada tuhan untuk umurnya yang dalam beberapa jam lagi akan genap menapak angka enam belas. Baru saja Sakura akan menutup matanya, tapi kemudian-
-Cklek
Ternyata itu kedua orang tuanya "Hehe Saki, malam ini kami akan tidur bersama mu. Tidak apa kan?"
Sakura tersenyum melihat mereka "Tentu saja Tou-san, Kaa-san. Tapi ranjangku kecil, apa muat untuk kita bertiga?"
"Tenang saja, Tou-san akan tidur sambil duduk bersandar di tepi ranjang" ucap Ayahnya
"Tapi-"
"Tidak ada tapi tapi Sakura" Tegas Ibunya
Ah, Sakura, bukankah sifat keras kepalamu itu berasal dari Ibumu hm?
Kemudian Sakura memandang ibunya yang naik ke sisi pojok ranjang agar Sakura berada di tengah. Lalu setelah itu Sakura kembali menutup matanya, dan merasakan bagaimana hangatnya pelukan kedua orang tuanya sambil menyelam ke alam bawah sadar.
_
Kringggg
"Ughh" leguahan terdengar dari bibir nyonya Haruno di pagi hari ini, dan tiba tiba ia terkejut "Oh, astaga! Kizashi-kun bangun!"
"Ada apa Mebuki?"
"Hiks, bagaimana bisa kita tertidur semalam? Sakura sudah tidak ada hiks hiks harusnya kita lihat wajahnya saat ia akan pergi hiks" ucap Mebuki sambil sesegukan
Menghela nafas dengan tabah, Sang Kepala Rumah tangga keluarga Haruno itu mencoba menenangkan isterinya dengan memeluk tubuh Mebuki "Sudahlah, ini memang takdirnya Mebuki. Maafkan aku"
"Hiks Sakura~ semoga kau bahagia disana nak" gumam Mebuki penuh tangis
_
Cahaya Sang Mentari sepertinya telaah mengganggu sang putri dari tidurnya
"Nghh~ Kaa-san, Saki masih ngantuk tutup kembali tirai jendelanya" ucap Sakura. Kemudian ia menubah posisinya dari telentang menjadi meringkuk. Ia merasakan sesuatu yang berbeda. Ranjangnya tidak sekeras ini dan ia merasa ada sesuatu yang menyapu nyapu kulitnya.
Sakura memicingkan matanya berusaha melihat sekelilingnya 'Kamar ku berwarna merah muda, kenapa ini hijau dan seperti-'
"-RUMPUT?!" Teriak Sakura yang dengan refleks bangun dari posisinya
Meneliti sekelilingnya, Sakura tak percaya "Tidak mungkin! Di mana aku sebenarnya? Kenapa bisa seperti ini?" Sakura mulai panik, ia kini seperti beradaa di tengah hutan. Tidak mungkin ada yang menculiknya kan? Semalam ia tidur bersama kedua orang tuanya
Kemudian setetes liquid bening lolos begitu saja dari kedia bola matanya, memikirkan tentang apa yang akan terjadi dengan takdirnya "Siapa saja hiks, tolong aku"
_
Um.. hai teman*lambai tangan malu malu*
Ini fic pertama aku di ffn, sebenernya ide ini udh ada di khayalan ku tapi baru berani publish sekarang:(
And i'm very know my story has many flaws! so i think i should get your opinion:)
Last, Tq banget udh mau baca cerita abal ku ini dan sempetin juga buat baca celotehanku:"3
Salam manis, Strawberry Miaw
