Pip… pip… pip… pip… pip… pip… pip… pi-

Gadis berambut pirang itu menguap, dan mematikan alarmnya. Dengan tampang mengantuk, gadis itu memakai jas berwarna putih, dan menyiapkan buku agendanya.

"Hoahem… waktunya kerja…"


Happiness for You and Me

Story by Sae Kiyomi

Trent x Claire

Disclaimer: Harvest Moon bukan milik Sae!

Request by Summist Moon

.

.

.

Dokter Claire adalah dokter dari sebuah desa terpencil. Karena suatu masalah di kota besar, beliau dan asistennya, Elli pergi ke rumah sakit di kota, dan bekerja. Tapi Claire bertemu dengan orang yang menurutnya itu menyebalkan, bernama Trent. Claire tidak tahu, bahwa Trent itu adalah seorang dokter juga. Bagaimana kisah hidup mereka yang gempar dan penuh kekacauan itu?


"-ire… Do- Claire… DOKTER CLAIRE!"

"HADIRRR!" kata gadis berambut pirang terbangun dari tidurnya. Sesosok wanita berambut coklat tertawa kecil.

"Dokter Claire, kamu mimpi apa? Kita sudah mau buka praktek, lho," kata Elli, perawatnya sekaligus asistennya.

Claire adalah dokter muda berumur dua puluh tahun, yang lulus ujian kedokteran spesialis, namun gadis itu mengambil menjadi dokter umum saja, karena katanya jadi dokter khusus spesialis itu merepotkan. Sedangkan Elli adalah perawat berumur dua puluh tiga tahun. Dulu satu sekolah dengan Claire di SMA dan di Universitas, karena Claire termasuk siswa yang kecepetan sekolah (banget) di kampus alias murid termuda. Elli memutuskan menjadi perawat, dan bekerja sama dengan Claire.

"Ma-maaf… kemarin aku begadang… jadi kurang tidur."

"Begadang mengerjakan apa?"

"Ehm… begadang… latihan wushu…"

.

.

.

"Dokter Claire lucu!" kata Elli tertawa. "Sudah, kita mau buka, nih. Dokter jangan tidur lagi ya. Terus yang lebih penting, jangan tidur di meja praktik. Nanti kalau Dokter Claire mengigau, terus malahan membanting obat-obatan."

"Enggak lah."

"Eh, pernah kok Dokter ngigau lagi main kasti, terus thermometer dijadiin tongkat bisbol dan bolanya itu botol obat-obatan… pas Dokter umur 17 tahun."

"E-elli!" kata Claire malu. "Jangan dibahas lagi! Ayo, kita buka aja tempat praktiknya!"

"Baik!"


Sorenya, mereka menutup praktik. Elli meregangkan badannya.

"Maaf ya Elli, harus bolak-balik bikinin aku kopi. Habisnya aku ngantuk banget," ucap Claire.

"Tidak apa-apa. Toh aku nganggur."

"Habisnya pasiennya juga aneh-aneh sih. Masa ada yang dateng ke dokter umum begini dengan keluhan sakit gigi, sakit jiwa, patah tulang, malahan ada yang dateng hanya untuk curhat karena SAKIT HATI," kata Claire mengeluh.

"Dan Dokter mendengarkan mereka, kan?"

"Ya. Setelah mereka mengeluh selama satu setengah jam, aku anjurkan untuk ke dokter gigi, psikolog, dokter bedah tulang, dan jalan-jalan."

"Jalan-jalan?"

"Iya. Buat yang sakit hati, jalan-jalan itu ngelepas stress. Aku aja sampai sakit kepala si bocah sakit hati itu curhat berjam-jam. Bayangin aja, Elli! Masa curhat selama 4 jam! Untung itu pasien terakhir. Kalau enggak, udah digedorin sama pasien lain," kata Claire mengaduk-aduk kopinya.

Te-tooot!

"TELEGRAM!"

Elli membukakan pintu rumah mereka. "Sebentar!"

.

.

.

Mereka?

Ya, Elli dan Claire tinggal bersama di sebuah rumah biasa di sebuah jalan. Claire kabur dari rumah dan membeli rumah itu. Sedangkan Elli saat bertemu Claire, kebutuhan ekonomi Elli sangat kritis, dan Claire menampung Elli di rumahnya. Waktu itu saat Claire berumur 14 tahun, dan Elli berumur 17 tahun.

"Dokter Claire! Surat!" kata Elli tergopoh-gopoh menghampiri Claire.

"Hng?" kata Claire yang ternyata tidur lagi di meja parktik.

"Surat! Dari! Rumah sakit! Di kota! Besar!" kata Elli terputus-putus. Claire menerima surat tersebut, dan merobek ujungnya, agar lebih mudah membukanya.

"Rumah Sakit Minehana? Norak banget namanya," gumam Claire sambil mengamati tulisan di amplop itu.

Kepada, Dokter Claire di desa Leafbell.

Dengan hormat, kami mengundang Dokter Claire untuk bekerja di Rumah Sakit Minehana, berhubung kami mendengar bahwa Dokter Claire sangat ahli dalam menyembuhkan orang. Berhubung dokter di rumah sakit kami sedang mengadakan yang namanya 'mogok kerja', jadi kami kekurangan dokter. Sangat diharapkan agar anda bersedia untuk berpindah tempat ke rumah sakit kami.

Sekian dan terima kasih atas pengertian anda.

Tertanda,

Kepala Rumah Sakit Minehana,

Doug.

Claire menguap membaca surat tersebut. "Elli, buat surat balasan."

Elli mengeluarkan kertas dan pulpen. "Tulis ya. Kepada Kepala Rumah Sakit Minehana…"

"Kepada Kepala Rumah Sakit Minehana…" ulang Elli agar tidak salah menulis. Elli berlutut dan menulis di atas meja.

"Kami menolak ajakan anda…"

"Kami menolak ajakan an-… apa!?" kata Elli kaget, dan berhenti menulis. "Kenapa ditolak, Dokter!?"

"Kita tidak perlu ke rumah sakit besar itu," kata Claire sambil menaruh kakinya di atas meja praktik. "Itu urusan mereka soal para dokternya 'mogok kerja'. Kita tidak ada urusan. Lagipula, di desa Leafbell ini, tidak ada dokter yang buka praktik setiap hari seperti kita ini. Dan tidak ada tempat praktik yang menerima pasien dadakan, yang mengantarnya ke rumah sakit yang jauhnya harus pakai kereta dan dua kali ganti bus," kata Claire terang-terangan.

"Tapi Dokter, sangat sayang, lho. Padahal kalau Dokter ke sana, anda bisa mendapat penghasilan lebih besar, dan kemungkinan besar Dokter akan mendapat pengalaman."

"Tapi di sini tidak ada-…"

"Permisi…"

Elli berdiri, membukakan pintu.

"Do-dokter Anna?"

Claire berdiri, bersikap sopan kepada dokter seniornya itu. Sebenarnya tidak bisa juga dibilang senior, karena jabatan Claire lebih tinggi dari Anna. Tapi berhubung Anna jaaaaaaaauh lebih tua dari Claire, jadi Claire harus bersikap sopan kepada orang lebih tua darinya. (kesannya Anna tua banget ya? Beda 27 tahun kok sama Claire. Jadi beliau BARU 47 tahun.)

"Selamat siang, Dokter Anna. Ada apa?" kata Claire sopan.

"Ah, selamat siang. Ehm… saya mau minta ijin sama Dokter Claire, berhubung mulai besok saya akan melakukan praktik di rumah, jadi kuharap Dokter Claire tidak keberatan," kata Anna. Karena seringnya Anna bekerja di rumah sakit di pusat daerah, jadi di desa itu, sangat sedikit dokter yang buka praktik dekat, selain puskesmas yang harganya cukup mahal dibanding tempat praktik rumahan.

Claire tersenyum, dan menyalami Anna. "Beruntung sekali, Dokter Anna. Saya akan pindah. Saya hendak pindah ke kota besar. Saya titipkan desa ini kepada anda."

"Eh, ap-… kenapa?"

"Mulai besok, kuserahkan seluruh kesehatan warga desa Leafbell kepada anda. Mohon bantuannya," kata Claire membungkuk. "Elli, besok kita akan pindah. Siapkan barang yang hendak kita bawa."

"Baik, Dokter!"

"Maaf merepotkan," kata Claire mengedipkan matanya.

"Te-terima kasih, Dokter Claire!"

"Sama-sama," senyum Claire.


Malamnya…

"Dokter! Apa ini perlu?" kata Elli menyodorkan lilin dan korek api.

"Elli, kita mau ke kota besar lho. Barang-barang yang kelihatannya tersedia di rumah sakit dan tempat tinggal kita nanti, tidak usah dibawa. Siapa tahu nanti kalau kita sudah BOSAN di kota, sewaktu-waktu pulang ke sini, kita tidak usah repot dengan barang-barang kecil yang tidak ada," kata Claire membongkar isi lacinya. Keringat dingin yang berasal dari Elli terus bercucuran mendengar perkataan Claire. "Wah, kangennya sama pulpen ini. Terakhir kali lihat waktu aku masuk SMA."

"DOKTER CLAIRE! Apa yang kamu pikirkan? Kamu berniat kembali ke sini?" kata Elli panik.

"Yah… misalnya… kan orang bosan bisa kapan saja," kata Claire tanpa memedulikan Elli. "Jangan lupa bawa pakaian dalam. Nanti kelupaan, lagi."

"Iya…"

"Ah! Sebentar ya, aku mau pamit dulu," kata Claire keluar dari rumah mungilnya. Gadis itu mencopot papan nama yang ada di depan rumahnya, dan menggantinya dengan yang baru di buatnya tadi.

'KAMI AKAN TUTUP SELAMA JANGKUAN WAKTU LAMA. MUNGKIN TIDAK KEMBALI. JIKA ADA APA-APA, DOKTER ANNA ADA DI SEBELAH RUMAH.'

"Kami akan tutup selama jangkauan waktu lama. Mungkin tidak kembali. Jika ada apa-apa, Dokter Anna ada di sebelah rumah. Wah… pasang pengumuman dulu nih?"

"Gr-gray!" kata Claire kaget menyadari pria yang ada di sebelahnya.

"Kenapa pindah?" kata Gray, pria itu sambil melipat tangannya di dada, tanpa menoleh ke arah Claire, dan terus menatap ke arah pengumuman Claire.

"Ka-kami mau pindah ke kota besar. Mungkin tidak kembali… ah! Kalau Gray sakit, datanglah ke tempat Dokter Anna! Dia akan merawatmu," kata Claire panik.

Waktu SMA, Claire pernah menembak cowok satu ini yang sekarang berprofesi sebagai pandai besi. Namun sayangnya Claire ditolak. Sebenarnya bukannya Gray membencinya, namun Gray tidak bisa membuat persahabatan mereka terputus. Jadi dia menolaknya. Walaupun Gray ada rasa kepada Claire, namun dia tidak mau jujur saja.

Sayang sekali Gray… karena kamu tidak jujur itulah, Claire akan diembat orang lain! Uwahahah- ngg! Ngg! (Miya: #ngebekap Sae# buat narator yang benar, dong! Sae: ngg! Ng! #ngangguk-ngangguk berlinangan air mata)

"Aku tahu," kata Gray dengan cueknya.

"Ng…"

"Aku menyukaimu." Claire melongo. Gray ngeblushing. "Jadi kumohon tinggallah di sini," pinta Gray menatap Claire. Claire tidak percaya.

Ia bimbang. Sungguh. Namun gadis itu menggeleng-gelengkan kepalanya.

Gadis itu tersenyum. "Sayang sekali," ucapnya sambil melambaikan tangan. "Kamu sudah pernah menolakku, dan sekarang aku akan pergi. Terlambat sudah menyadarinya. Sampai jumpa, Gray. Kuharap kamu bisa mendapat gadis lebih baik, daripada aku yang egois ini." Claire berlari masuk ke dalam rumahnya. Gray hanya terpaku, membeku.

Sampai jumpa… Gray… cinta pertamaku…

Namun cintaku kepadamu hampir sirna. Terlambat menyadarinya…

Tapi aku bertekad untuk pergi ke kota. Habis sudah kisah kita. Aku akan pergi, meninggalkanmu…

Kudoakan kamu supaya bahagia…

"Dokter Claire? Kamu nangis?" kata Elli berjongkok menyamakan matanya dengan Claire yang terduduk sambil membelakangi pintu.

"Tidak," kata Claire mengusap air matanya. "Hanya menguap. Sudah siapkah?"

"Sudah~!"

"Bagus. Malam ini kita berangkat, pakai kereta cepat jam setengah sembilan," kata Claire menyeret kopernya. "Matikan aliran listrik, Elli. Periksa kompor. Sudahkah masukkan peralatan dokter ke dalam koper?"

"Sudah, Dokter," kata Elli sambil mematikan tempat aliran listrik.

"Baiklah, kita berang- tunggu!" kata Claire berlari masuk ke dalam kamarnya. Dibukanya laci mejanya, dan mengambil sebuah pulpen berwarna biru laut, serta sebuah buku biru tua dan amplop berisi surat dari rumah sakit Minehana. "Yosh! Berangkat!"

Claire menderek kopernya keluar rumah. Dilihatnya Gray sedang mengasah kapak. Tentu saja melihatnya, rumahnya nyaris bersebrangan, walaupun beda tiga rumah. Graypun melihatnya. Claire tersenyum. "SAMPAI JUMPA, GRAAAAY!"

Gray menatapnya lembut, dan membalas lambaian tangan Claire. "Sampai jumpa."

"Dokter, sepuluh menit lagi kereta berangkat!" kata Elli mengingatkan.

"Apa!? Kita harus cepat!" kata Claire berlari menyeret kopernya, meninggalkan Gray yang memperhatikannya sampai punggung wanita itu menghilang.

"Sampai jumpa, Claire. Aku harap bisa bertemu lagi denganmu," gumam Gray kembali melanjutkan pekerjaannya. "Semoga kamu bisa menemukan pasangan yang baik, tidak egois sepertiku."


Bersambung -Chapter 1 END-


SaeSite

Wawawawawaw! Mengeluarkan fict ClairexTrent! Berhubung cerita yang Love Story Travel kayaknya terlalu cepet, jadi kemungkinan cerita ini lebih dari 3 Chapter.

Ehem! Karena fict Claire x Trent langka… jadi saya buat kisah yang langka juga! Ehehe… yang Clairenya dokter, dan Trent pasiennya!

Itu rencana pertama Sae. Dan ternyata Sae dapet ide yang alurnya beda. jadi mau enggak mau ini cerita alurnya bukan Trent PASIEN, tapi Trent SESAMA DOKTER!

Kacian kamu Gray… patah hati deh… weeeek! Aw! Ih, Nao apa-apaan sih? Kok aku ditabok!?

Nao: karena kamu norak.

Sae: jahat! Boleh enggak aku ngisi SaeSite tanpa OC sekali-kali?! #cemberut# ah, reader! Mungkin karena ada Gray di sini, jadi aneh ya? Tenang aja, tetep ClaireTrent kok! Maaf buat Summist Moon kalau ceritanya diluar pikiran. Tapi pengen aja bikin sekali-kali tentang Clairenya yang dokter…

Karena seringnya enggak ada tentang kilas cepat alias spoiler sebelum chapter berikutnya, sekarang Sae adain!


"Dokterr! Kamu masih mengingau!" "Suaranya enggak elit banget, Dokter." "Eh, apa-apaan kamu?! Punya mata enggak !?" "Aduh… sakit! Jangan nendang dong!" "KAMU DOKTER!?" "Dokter sama Dokter Trent akrab ya."